. post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Background

Pages

Rabu, 27 Mei 2015 di 05.38 Diposting oleh Medusa Lilly Fans 5 Comments


Part 1

"Aura!!"

Ketika aku melafalkan kata itu, aura biru kemerahan mulai menyelimuti diriku.
Sihir yang aku gunakan barusan di sebut dengan 'Strenghtenin Aura' sihir boosting nonelement level paling dasar dengan efek menaikan STAT beberapa tingkat...

"Itu bagus tuan muda, anda benar-benar luar biasa."

Ellena yang membantuku belajar sihir tersenyum puas saat melihatku berhasil melakukanya setelah selama setengah hari mencoba.

"Eh? apa aku sebaik itu?, ini hanya sihir dasarkan?, lagi pula aku butuh waktu cukup lama untuk menguasainya."

"Umm...tapi normalnya akan membutuhkan satu atau dua hari untuk bisa berhasil."

Dia berkata seperti itu sambil menunjukan sebuah mantra lain pada buku yang dia pegang.

"Sekarang coba anda gunakan mantra ini"

"Hmm, Healing,yah?"

"Umm, Spell elemental cahaya, ini adalah sihir dasar yang wajib di pelajari, tehnik dasarnya sama seperti 'Aura' meski membutuh mantra yang lebih panjang dan mana yang sedikit lebih banyak."

Mendengar penjelasan Ellena aku mulai melafalkan mantra.

"Wahai roh cahaya,aku adalah seseorang yang sudah mengethui kekuatan dari semesta, sekarang berkumpulah di tanganku dan berikan kesembuhan pada mereka yang diberkahi"

Sambil melafalkan mantra aku memusatkan mana yang aku miliki di tanganku, mengangkat tanganku aku melepaskan mana yang sudah terkumpul bersamaan dengan berakhirnya mantra,membuat bentuk cincin biru di tanganku aliran mana bersinar semakin terang namun...tiba-tiba cahaya mana menghilang dari tanganku.
Dan tidak ada yang terjadi, cahaya di tanganku lenyap begitu saja

"Gagal huh..."

"Tunggu,hanya cahaya mana? bahkan tidak ada reaksi apapun dari mantra?!"

Melihat hasil yang aku dapat Ellena melebarkan matanya karena terkejut.

"Ummu sepertinya begitu."

"Ini aneh saya belum pernah melihat ketidak cocokan pada Element sampai tingkat ini, meskipun anda sangat bodoh atau bahkan tidak berbakat sama sekali harusnya akan ada reaksi lompatan partikel element cahaya pada  mana ketika mantra gagal di casting.

"Hanya perasaanku atau kau memberi penekanan pada kata ' sangat bodoh' barusan?, tidak mengatakan sangat bodoh itu sudah terlalu kasarkan?!."

"Oops, sepertinya saya keceplosan."

Apa itu!!, saat aku memandangnya dengan marah Ellena menghindari tatapanku dan berkata.

"Tuan muda, sepertinya hari sudah siang, kita sebaiknya cepat kembali"

"Jangan abaikan aku!"

Dan dengan begitu kami kembali ke rumah utama.
Tentang alasan kenapa aku mulai mepelajari Spell, sebenarnya sudah seminggu aku berpikir untuk belajar Spell.
Sebelumnya aku selalu berpikir bahwa belajar Spell itu merepotkan, Ok terkadang itu terlihat fantastis bisa mengeluarkan bola api dari telapak tangan.
Tapi setelah melihat teory dan rumus-rumus dasar Spell seperti hubungan timbal balik antar elemen dan juga hubungan diagonal masing-masing elemen aku mulai mengendurkan niatku untuk belajar.
Apa lagi setelah aku melihat rumus penggambaran pentagram sejak saat itu aku memutuskan untuk menjauhkan diriku dari Spell.
Bagaimana lambang sederhana seperti itu memiliki rumus sangat rumit?!!

Tapi tiba-tiba pikiranku berubah, sekitar seminggu yang lalu malam setelah pembicaraan dengan Noir dan Blance selesai aku mengalami mimpi aneh.

Di sebuah ruangan gelap yang di penuhi buku-buku tua, banyak tangga melintang dengan posisi aneh seolah tangga tersebut tidak dibuat untuk manusia.
Aku terus berjalan menyusuri lorong gelap, tidak tahu dimana tempat yang aku tuju.
Sejauh mata memandang yang aku lihat hanyalah buku yang di tumpuk dan di selipkan kedalam rak secara sembarangan.
Hingga akhirnya aku sampai di sebuah ruangan luas dimana buku-buku yang ditumpuk sembarangan seperti gunung semakin banyak tergeletak.

"Tempat apa ini?"

Tempat apa ini? tempat ini terlihat berantakan dengan buku-buku yang berserakan tapi sangat bersih, seolah ada pelayan yang membersihkan tepat ini secara rutin.

"Jika memang ada yang membersihkan tempat ini setidaknya rapikan juga buku-buku ini."

Mengatakan itu aku mengambil beberapa buku kemudian menatanya di atas sebuah rak yang berada berapa meter di sampingku, dan tepat di saat aku meletakan buku terakhir aku menyadari seorang gadis bertopeng dengan rambut putih berdiri di sampingku.

"Uwah!!"

Terkejut karena keberadan gadis itu aku terjatuh.

"Selamat datang, master"

gadis itu berkata padaku dengan nada datar.

"Tunggu si-siapa kau?,tunggu sebentar, master?"

Benar, kenapa gadis ini memanggilku master?

"Perkenalkan namaku ------"

Saat dia mengatakan namanya tiba-tiba suaranya berubah menjadi sebuah dengungan yang mirip seperti logam yang bergetar.

"...???"

"Sepertinya namaku memang tidak bisa di mengerti oleh master"

"Tunggu?!, apa maksudmu?"

" Tolong panggil aku dengan nama yang Master suka."

"Eh?,sudah kubilang  tunggu sebentar!"

"Aku adalah salah satu dari Bibliotecaria dari Nividia"

Tanpa mempedulikan perkataanku dia melanjutkan.
Huh? apa yang dia katakan?!
Aku benar-benar tidak mengerti, dan kumohon behentilah mengabaikan aku!

"Aku adalah pedang suci yang melambangkan kemenangan"

Bersamaan dengan kalimat yang dia katakan dia membuka topengnya.
Saat itu aku tidak bisa berkata apa-apa mengadapi tatapan tajam dari mata rubi gadis itu yang melihatku dari balik topengnya.
Apa yang bisa aku lakukan hanyalah memberikan kekaguman pada wajah cantiknya yang dia miliki.

"Di saat Master melihat wajahku aku tidak akan pernah melepaskanmu Master. mulai dari sekarang Master adalah Masterku dan aku adalah pedang yang melindungimu."

Mengatakan itu wajahnya semakin mendekat, dan kemudian...
Dia menciumku.
Perasaan lembut dari bibirnya seperti kain Velvet kualitas terbaik.
Menghadapi perasaan manis yang sedang aku alami aku tidak bisa merasakan apapun di sekelilingku.
Seolah ada dunia lain yang tercipta saat kami berciuman.

"Mmm...Ahh.."

Bersamaan dengan suara manis itu bibir kami terpisah, dan pandanganku semakin kabur.

"Dengan begini kontrak sudah di buat,tidak lama lagi aku dan Master akan bertemu , sebelum saat itu Master harus bertambah kuat. Karena aku akan memberikan diriku pada Master, dan bersamaan dengan diriku yang muncul di dunia, itu berarti bencana besar akan segera terjadi."

Kemudian pandanganku menjadi gelap meninggalkan wajah cantik gadis putih itu yang terlihat semakin samar, dan ketika aku membuka mataku untuk kedua kalinya aku sudah kembali ke kamarku yang di selimuti kegelapan malam, satu-satunya cahaya yang aku lihat hanyalah cahaya dari bulan yang masuk menembus tirai jendela.

Itu mungkin hanyalah sebuah mimpi, tapi aku tidak bisa mengabaikanya seperti mimpi-mimpi yang lain.
Karena gadis putih itu mengatakan tentang sesuatu yang selalu menjadi pertanyaan dalam diriku.
Nividia...
Itu adalah nama yang sudah gadis itu sebutkan, dan itu juga adalah nama dari sesuatu yang tertulis dalam Magic yang aku miliki, Biblioth.

Dalam Magic yang aku miliki di katakan bahwa Biblioth adalah Skill yang bisa membuatku terhubung dengan Nividia.
Tapi apa itu Nividia?
Aku tidak tahu kenapa tapi aku merasa khawatir mendengar kata-kata terakhir adis itu
'Bersamaan dengan diriku yang muncul di dunia, itu berarti bencana besar akan segera terjadi.'
Aku benar-benar tidak mengerti, tapi aku juga tidak bisa melupakan kata-kata itu.
Mungkin aku memang harus bertambah kuat dan berhenti bermalas-malasan karena hidup nyaman yang aku miliki.
Lagi pula, alasan kenapa jiwaku di transfer ke tubuh ini adalah untuk menghadapi bencana yang akan segera terjadi.

"Hmm? Tuan Muda, anda tidak apa-apa?"

Saat aku melamun suara Ellena memasuki telingaku.

"Umm?!! ti,tidak apa-apa, aku hanya sedang memikirkan beberapa hal."

"Apa itu tentang pekerjaan anda?"

"Uh? bukan, bagaimana aku harus mengatakanya... sebenarnya aku sendiri tidak tahu apa aku harus benar-benar memikirkan hal ini."

"Huh?,"

Ah, sudah kuduga Ellena tidak akan mengerti, lagi pula aku sendiri juga bingung harus bagaimana menjelaskanya.
Mungkin sebaiknya aku bicarakan hal ini dengan dia.

"Umm, Ellena..."

"Hmm?"

"Aaa~begini, apa kau pernah mendengar tentang sesuatu yang di sebut Nividia?"

"Nividia?... Umm aku pernah mendengarnya."

"Eh?!!"

Dia mengetahuinya?!!

"Kupikir hampir semua orang tahu dongeng tentang perpustakaan Nividia."

"Tunggu , Dongeng?"

"Hmmm,di ceritakan di kedalaman hutan terlarang Sanctum sanctuary terdapat sebuah perpustakaan melayang yang di sebut Nividia, di dalam perpustakaan tersebut terdapat semua pengetahuan dari segala jaman."

Huh?, apa itu semacam perpustakaan sihir seperti dalam dongeng? tapi, perpustakaan yang memegang pengetahuan dari segala jaman? aku merasa jika perpustakaan seperti itu benar-benar ada maka perpustakaan itu hanya akan membuat kekacauan di dunia ini.
Karena perpustakaan yang menawarkan pengetahuan dari segala jaman hanya akan memancing kerakusan manusia.

"Umm apa ada orang yang pernah memasuikinya?"

"Hmm, dalam legenda ada 3 orang yang pernah memasukinya. Pertama dalah raja besar Solomon, dia menggunakan pengetahuan dari perpustakaan Nividia untuk menyegel Makhluk kelas atas yang melakukan tirani pada makhluk lain, kemudian..."

"Tunggu apa itu makhluk kelas atas?"

"Umm, jika harus di katakan , mereka adalah eksistensi yang di sebut sebagai Dewa. Makhluk terkuat yang hanya bisa di bunuh oleh bangsa mereka sendiri, atau menggunakan senjata yang mereka buat."

Dan orang yang di sebut raja besar Solomon itu bisa menyegel mereka keseluruhan?!, aku tidak bisa membayangkan pengetahuan macam apa yang di segel dalam perpustakaan Nividia.
Saat aku memikirkan itu, Ellena melanjutkan ceritanya.

"Kemudian yang kedua adalah raja tirani Goliat, meski karena suatu alasan dia di tolak oleh Nividia dan tidak di ijinkan untuk mengakses pengetahuan dari dalam perpustakaan tersebut, namun dia berhasil secara paksa menggunakan energi sihir yang menjaga keberadaan Nividia. Membuatnya menjadi raja raksasa yang tidak bisa di kalahkan bahkan oleh seribu pasukan."

"..."

Entah kenapa aku merasa pernah medengar cerita ini.

"Kemudian yang ketiga, David sang pahlawan utusan raja Saul , dia adalah orang yang membunuh Goliat dan menghentikan tiraninya..."

"Sudah ku duga!!!"

Ini adalah kisah David yang membunuh Goliat kan? kenapa cerita itu bisa berada di dunia ini?

"Ada yang salah Tuan Muda?"

"Tidak, maaf...kau bisa melanjutkanya"

Ugh, sepertinya aku terlalu berisik barusan. Tapi, jika kisah David ada di dunia ini apakah legenda yang lain juga ada?

"Dalam pertempuran terakhir melawan Goliat raja Saul mengirim putra tertuanya Jonathan untuk memberikan busur suci pada David, busur peninggalan para Dewa yang masih tersisa di dunia 'Arthemis'. Dengan busur tersebut David berhasil membunuh Goliat. Tapi, senjata dewa tidak boleh di gunakan oleh manusia, dan David yang sudah menggunakanya akhirnya tewas. Namun sebelum dia tewas, dia berhasil menyegel Nividia ke sebuah tempat yang tidak akan pernah bisa di jangkau oleh siapapun."

"Umm, lalu sebenarnya dimana Nividia berada sekarang?"

"Entahlah, mungkin di suatu tempat di antara kehidupan dan keabadian jauh didalam celah dimensi"

"Tunggu, tempat apa itu?"

"Aku tidak tahu, tapi ada yang bilang itu adalah sebuah tempat yang tidak akan bisa dijangkau derngan cara apapun, dan tidak akan pernah ditemukan meskipun di cari."

Umm... aku tidak mengerti sama sekali!!! Tapi jika itu adalah sebuah tempat yang tidak akan pernah bisa di jangkau lalu kenapa aku memiliki magic yang bisa membuatku terhubung dengan perpustakaan yang berada di dunia terlisolasi seperti itu? Dan gadis putih itu, siapa dia?

"Umm Ellena, apa ada sesuatu yang menjaga perpustakaan itu?"

Aku tidak yakin jika Ellena tahu sampai sebanyak itu, tapi aku benar-benar penasaran.

"Umm, ada..."

Guh! dia tahu?!

"Aku pernah mendengar jika Nividia dijaga oleh sang ratu pedang."

"Huh? Ratu pedang?"

"Umm... Ratu tanpa nama yang bersemayam di dalam Nividia, di katakan dia adalah Roh peringkat paling atas yang bahkan Raja Dewa dan Raja Roh tidak mau berususan denganya."

Baiklah, semoga gadis yang aku temui dimimpiku bukanlah makhluk mengerikan yang bahkan  membuat Dewa takut.
Setidaknya aku berharap begitu.

Setelah beberapa saat berjalan akhirnya kami sampai di rumah utama.

"Oh, Tuan Nicho selamat datang."

Dan Emisa menghampiriku saat aku memasuki halaman.
Dia masih menggunakan baju maid hah?

"Emisa, sepertinya akhir-akhir ini kau sering menggunakan baju maid."

"Hmm, begitulah, saya sudah memutuskan untuk menjadi maid dirumah ini."

Tunggu, apa dia serius

"Sebentar, bukankah terlalu buru-buru memutuskan hal itu?"

"Tidak, tidak, ini adalah keputusan yang sudah saya tetapkan."

"Baiklah aku mengerti, tapi akan aku ingatkan mungkin suatu saat di masa depan aku akan banyak merepotkanmu"

menanggapi sikap serius Emisa aku sedikit bercanda.

"Umm, saya mengerti saya akan menunggu masalah yang akan anda sebabkan!"

Mengatakan itu Emisa memasang tatapan penuh percaya diri.
Itu adalah hal yang bagus jika dia bisa bersemangat seperti ini.
Ngomong-ngomong budak yang lain sudah bisa menerima Emisa.
Akhir-akhir ini aku sering melihat para budak bermain dengan Emisa , aku sudah tidak perlu mengkhawatirkanya lagi sekarang.
Tunggu, aku tidak khawatir padanya aku hanya merasa sebagai seorang tuan aku juga harus memperhatikan hubungan antar budak yang aku miliki... yap seperti itu.

 "Ah tuan Nicho anda sudah kembali?!"

Melihatku berdiri di halaman Blance dan Noir berlari kearahku.

"Ouch!"

Dan aku menggunakan tanganku untuk menghentikan Blance sebelum menabraku.
Serius, gadis ini terlalu bersemangat.

"Blance, aku sudah mengatakanya berkali-kali jangan menabraku!"

"Uwaaa, Tapi saya akan merasa kehilangan tujuan hidup jika saya tidak melakukan itu."

"Memangnya Tujuan macam apa yang membuatmu harus bersikap seperti itu?!!"

"Tujuan hidup saya adalah kehidupan yang penuh dengan kehangatan dari Tuan Nicho dimana kita bisa melakukan hal-hal nakal seperti...HMM!!"

"Cukup..."

Aku merasa mrinding di leherku mendengar perkataan Blance jadi aku menutup mulutnya dengan tanganku.
Ngomong-ngomong seperti biasanya Noir yang berdiri di sampingku mentapku dengan mata berair.
Hanya perasaanku atau urutan seperti ini selalu terjadi setiap kali aku bertemu dengan mereka?

"Kami pulang..."

Kemudian Leaf yang baru kembali dari kota bawah menyapaku.
Di belakangnya Rakkan dan Oliver berdiri sambil membawa beberapa karung gandum.
Kesampingkan Oliver yang berjalan dengan santai sambil memanggul 3 karung gandum di pundaknya, sepertinya Rakkan terlalu memaksakan dirinya.

"Jika kau tidak kuat sebaiknya berikan beberapa karung padaku."

"Tidak, aku adalah laki-laki aku tidak akan kalah dengan siapapun!"

Sepertinya Oliver juga menyadari jika Rakkan terlalu memaksakan dirinya dan menawarkan sedikit bantuan, tapi harga diri bocah harimau itu terlalu tinggi untuk menerima bantuan Oliver.

"Rakkan , Tuan Oliver tolong letakan gandum-gandum itu di gudang."

"Umm, aku mengerti."

Menuruti kata-kata Leaf, Oliver langsung berjalan menuju gudang.

"Tunggu!, jangan tinggalkan aku!"

Dan Rakkan...
Sepertinya Rakkan masih tidak mau kalah dengan Oliver.
Sebenarnya apa yang ada di kepala anak itu?

"Tu, Tuan Nicho..."

Leaf tiba-tiba mendekatiku saat aku melihat Rakkan dan Oliver berjalan menuju gudang.
Kenapa wajahnya terlihat malu-malu?

"Sa,saya sudah berbelanja seperti yang anda perintahkan."

"Ah, kerja bagus Leaf..."

"Uuu..."

Tunggu, kenapa kau memasang muka memelas seperti itu.

"Uuu..."

Apa dia ingin hadiah? tapi hadiah apa yang harus aku berikan?
Tolong berhenti memandangku dengan tatapan seperti itu!
Tidak tahu apa yang harus aku lakukan aku hanya mengelus kepalanya.

"Tehehe..."

Dia tersenyum?!!...
Tunggu kau hanya ingin aku mengelus kepalamu?!
Sungguh gadis yang sulit di mengerti.
Melihat Leaf yang tersenyum manis bagaikan peri musim semi enah kenapa aku merasa ada rasa hangat di dadaku,namun semua itu hanya berlalu beberapa detik karena mendadak aku merasakan perasaan dingin di punggungku.
Dan ketika aku melihat kearah perasaan dingin itu berasal, Rakkan melihatku dengan mata haus darah dari gudang.
Ada apa dengan dia?!
Glup*, sebaiknya aku abaikan dia .

"Tuan Muda saya akan keruang kerja lebih dulu."

"Eh?, kau tidak ikut makan siang bersama kami, Ellena?"

"Tidak, saya akan meminta Lilli mengantarnya keruang kerja."

Mengatakan itu Ellena bergegas masuk.
Umm, dia sibuk seperti biasanya, mungkin aku sudah menganggu pekerjaanya.
Jika aku pikirkan lagi, untuk seorang demihuman Ellena memiliki pengetahuan yang baik tentang spell, apa dia juga bisa menggunakanya? kurasa tidak.
Beberapa saat kemudian kami makan siang bersama seperti biasanya.
Hmm, para budak sepertinya sudah terbiasa denganku, beberapa di antara mereka bahkan sudah berani mendekatiku dan mengajaku bicara.
Saat aku memikirkan itu seorang budak gadis kecil  mendatangiku dengan membawa sebuah kertas di tanganya.

"Umm Tuan Muda lihat..."

Berhenti di sampingku dia menunjukan sebuah gambar yang dia buat.
Oh? itu gagak?, atau srigala?

"Umm, hewan apa itu?"

"Buu!!ini bukan hewan, ini gambar tuan muda!!"

"...!!!"

Itu aku?!!Seriusss?!!!

"BFFF"

"Kuhuuu"
 
Melihat itu Duo maid(tanpa Ellena) plus oliver dan beberapa budak di sampingku mulai menahan tawa mereka.
Jangan menertawaiku!!
Eh? Lili juga tertawa?, Well itu bagus jika gambar ini bisa membuatnya tertawa.

"Sudah saya duga gambar ini tidak bagus"

Melihat reaksi orang-orang di sekitarnya gadis itu mengerutkan pundaknya dan air mata mulai berkumpul di sudut matanya.

"Ahaha, bukan begitu, sebenarnya gambar itu bagus boleh aku memilikinya?"

"Umm!!"

Aku mengatakan itu untuk menenangkanya, dan dia mengangguk dengan semangat kemudian menyerahkan gambarnya padaku.
Sepertinya dia senang aku menerima gambarnya

Well, ini tidak buruk aku akan menyimpanya.
Sangat jarang ada orang yang memberiku hadiah bahkan di duniaku sebelumnya.

"Cih, aku tidak boleh kalah dari gadis kecil seperti dia. aku akan membuat  Tuan Nicho sangat senang sampai dia tidak bisa hidup tanpa aku!"(Blance)

"Uuu.. aku harus bertindak lebih cepat, aku tidak akan tertinggal lagi kali ini aku akan lebih agresif!" (Leaf)

Aku akan pura-pura tidak mendengar mereka.

Kemudian saat aku memasukan sepotong roti kemulutku, pintu ruangan tiba-tiba di buka dengan cepat.

"Maaf Tuan Muda, ada sesuatu yang gawat!!"

Seorang penjaga muncul dari balik pintu, dan di punggungnya seorang gadis berambut hijau terdiam tak berdaya. Banyak darah mengotori bajunya, bahkan ada darah yang terus mengalir di tangannya.
Itu Cecillia!!

Part 2

"Jelaskan apa yang sudah terjadi."

Berlari menghampiri Cecillia yang terluka aku menanyakan itu pada penjaga yang membawanya.

"Saat kami sedang berjaga di gerbang kota tiba-tiba gadis demi human ini muncul dari semak-semak. Dia hanya mengatakan ingin bertemu dengan Tuan Muda sebelum dia tidak sadarkan diri, jadi saya memutuskan untuk membawanya kesini."

"Kerja bagus, lalu di mana penjaga yang lain"

"Karena curiga dengan apa yang terjadi mereka pergi untuk memeriksanya."

"Aku mengerti."

yang lebih penting sekarang aku harus cepat merawat luka Cecillia.

"Lilli tolong ambil obat-obatan dan air."

"Uh?! Sa,saya mengerti!"

Lili bergegas pergi mengambil alat pengobatan menuruti perintahku.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

"Tuan Nicho Lihat kemari"

Tiba-tiba Leaf yang berdiri di dekat jendela memanggilku sambil menunjuk keluar.

Saat aku menghampirinya untuk melihat apa yang dia tunjuk...

"Uwah!... apa itu?!"

Di tenpat dimana Leaf menunjuk sebuah gunung tiba-tiba muncul dari kedalaman hutan terlarang Sanctum sanctuary, bukan itu bukan gunung jika di lihat lebih saksama itu lebih mirip sebuah tangan yang muncul dari dalam bumi!

"Benda apa itu..."

Penjaga yang berdiri di sampingku mulai gemetaran melihat tangan raksasa tersebut muncul dari tanah.

"kumpulkan para ksatria penjaga dan suruh mereka untuk memeriksa tempat tersebut!!"

"Huh?, ah baik Tuan..."

Mendengar perintahku penjaga tersebut membusungkan dadanya.

"Juga, selamatkan siapapun yang bisa kau selamatkan di tempat itu!"

"Mengerti!!"

Setelah mengatakan itu penjaga tersebut berlari keluar ruangan.
Sepertinya keadaan akan semakin gawat setelah ini.
Dan kemudian Ellena yang baru keluar dari ruang kerjanya menghampiriku

"Berisik sekali, sebenarnya apa yang sedang terjadi"

"Uh? Ellena sebenarnya..."

"Uwah!! tangan apa itu?"

Ah itu yang sedang ingin aku tanyakan padamu, tapi melihat Ellena terkejut aku tahu jika dia juga tidak memiliki informasi tentang tangan raksasa tersebut.
Baiklah otak utama di rumah ini sepertinya juga tidak tahu apa-apa , satu-satunya orang yang bisa di harapkan sepertinya hanya Cecillia yang masih tidak sadarkan diri.

Sebaiknya aku segera memindahkan Cecillia keranjang atau kondisinya akan semakin buruk.
Dan saat aku mengangkat tubuh Cecillia...
Uh? Ringan sekali.
Dia benar-benar ringan, apa dia makan dengan baik?

"Tuan Muda, aku tahu jika gadis ini manis, tapi melihat seorang gadis yang sedang tidak sadarkan diri dengan tatapan penuh nafsu seperti itu tidak sopan"

Ellena yang mengikutiku dari belakang mengatakan itu.

"A,aku tidak melihatnya dengan tatapan penuh nafsu!!"

"Oh? jadi anda tidak tertarik denganya?"

"Tentu saja tidak!!"

"jadi anda tidak tertarik dengan gadis cantik? oh saya mengerti  apa mungkin tuan muda memiliki ketertarikan pada sesama jenis?, aku tahu jika akhir-akhir ini hubungan sesama jenis sedang populer tapi aku tidak menyangka jika Tuan juga memiliki hubungan seperti itu."

"Um Ellena sepertinya  ada yang salah dengan kepalamu."

" Uhm, kira-kira siapa pasangan tuan muda? kurasa bukan Oliver. Tunggu, jika di lihat baik-baik Rakkan selalu melihat anda dengan tatapan haus darah setiap kali anda dekat dengan gadis lain...Yup, itu benar. Sebentar itu artinya anda memiliki fetis pada anak laki-laki di bawah umur?!!...I,ini tidak mungkin-"


Kau pikir aku ini laki-laki macam apa!! setidaknya khawatirlah sedikit pada tangan raksasa yang muncul dari dalam hutan itu!!
Ah sudahlah, aku akan mengabaikan Ellena yang menggumamkan hal aneh untuk saat ini.

Membawa Cecillia kekamarku aku menidurkannya di ranjangku, dan beberapa saat kemudian Lilli memasuki ruangan.

"Ah tuan muda aku sudah membawa obat dan perban."

"Uh?...terima kasih Lilli, tolong segera obati dia, aku akan keluar."

"Umm, serahkan pada saya."

Membiarkan Lilli mengurus Cecillia aku meninggalkan ruangan itu bersama Ellena.
Aku harap semuanya akan baik-baik saja, aku benar-benar bingung saat ini.
Dan saat aku memikirkan hal itu tiba-tiba kata-kata gadis putih itu terngiang di kepalaku.

'Bersamaan denganku yang muncul kedunia, itu berarti bencana besar akan segera terjadi'

Ugh, apa yang dia katakan berkaitan dengan hal ini?, Sial!!

"Uh Tuan Muda?.."

"Aku bukan homo!!"

Mendengar Ellena memanggilku,secara reflek aku menjawabnya dengan jawaban acak.

"Hee?"

"Tidak!!, maaf tadi aku hanya menjawab sembarangan,  aku ini masih normal tahu!"

Mendengar jawabanku Ellen tersenyum.

"Anda benar-benar...."

"Hmm?"

"tidak..."

"Hei, jika kau ingin mengatakan sesuatu maka katakan sampai selesai"

"Haaahh, baiklah, anda benar-benar bodoh."

"Gu!, maaf, aku tarik kembali katak-kataku, aku tidak ingin mendengarnya"

Kenapa Ellena suka sekali mengatakan hal-hal menyakitkan padaku?.

"Apa itu, seorang bangsawan tidak boleh menarik kata-katanya, atau anda akan kehilangan harga diri."

"Aku akan melakukannya di saat yang tepat."

"..."

Ellena hanya memasang tatapan bingung saat aku mengatakanya, kemudian aku meneruskan.

"Aku tidak mau menjadi orang sombong yang selalu membanggakan harga diri bangsawan yang dia miliki, aku hanya ingin hidup tenang dengan orang-orang di seklilingku."

Dan Ellena hanya tersenyum mendengar jawabanku, kemudian dia melanjutkan.

"anda tahu, jika anda mengatakan itu, anda akan kehilangan kehormatan di mata bangsawan lain."

"Selama itu tidak membahayakanku kupikir itu tidak masalah."

"Haah, anda bisa bersikap cuek pada hal seperti itu, tapi anda justru terlalu banyak memikirkan hal yang tidak penting, jika anda terus seperti itu maka anda tidak akan bisa melihat apa yang seharusnya terlihat."

"Huh?"

 "Ah lihat sepertinya para ksatria penjaga sudah kembali, sebaiknya kita segera kesana."

Seolah mengalihkan topik pembicaraan Ellena menunjuk keluar jendela kerarah kota bawah.

"Apa yang anda tunggu, ayo!"

"Umm.."

Melihatku yang terus terdiam Ellena kemudian menarik tanganku.
Apa aku memang terlalu memikirkan sesuatu yang tidak perlu?, mungkin benar karena terlalu banyak hal yang sudah terjadi dalam waktu singkat ini, sepertinya hal itu yang membuatku tegang dan gugup.
Mungkin akan lebih baik jika aku menenangkan diriku dan mempersempit jangkauan pikirku, benar, lupakan apa yang tidak bisa di pecahkan saat ini dan fokus pada apa yang ada di depanku.

"Hei Ellena terima kasih"

"Huh untuk apa?"

"Tidak... lupakan apa yang baru saja aku katakan."

"...?"

Mengabaikan Ellena yang kebingungan aku berlari menuju kota bawah.
Mengikuti Ellena yang terus menarik tanganku akhirnya aku sampai di kota bawah.
Dan di sana sudah banyak orang berkumpul, bukan hanya para ksatria penjaga tapi penduduk kota juga berkumpul untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Di wajah mereka terlukis ketakutan yang mereka alami, tentu saja! bagaimana kau bisa tenang ketika melihat tangan raksasa muncul dari dalam hutan terlarang.

"Oh, Count anda sudah tiba."

Tuan Agloval menghampiriku saat aku muncul dari keramaian di belakangnya.

"Tuan, Agloval apa yang terjadi?"

"Ah itu..."

Memasang wajah bingung Tuan Agloval memalingkan wajahnya kearah ksatria penjaga berkumpul.
Dan disana terlihat beberapa demihuman yang memiliki warna rambut mirip seperti Cecillia sedang terbaring.

"Ada sekitar 30 orang demihuman yang sudah kami temukan, dan semuanya sedang terluka, mungkin demihuman yang lain sudah lari dan bersembunyi di hutan."

"Terluka?, tapi apa yang membuat mereka terluka"

Ellena menanyakan itu setelah Tuan Agloval memberikan informasi yang dia dapat.

"Umm, sebenarnya..."

"Apa yang kalian lakukan, cepat lepaskan aku!!"

Saat Tuan Agloval mencoba menjelaskan, sebuah suara nyaring yang berdenting seperti lonceng terdengar.
Saat aku mengarahkan pengelihatanku kearah suara tersebut, di sana berdiri seorang anak kecil berambut pirang sedang berdiri di antara penjaga yang mengenakan armor berbeda dengan para ksatria penjaga kota ini, mungkin mereka bukan dari wilayahku.

"Siapa dia?..."

Aku menanyakan itu pada Tuan Agloval tapi Tuan Agloval hanya  tensenyum dengan ekspresi yang membingungkan.
Sebaiknya aku menanyakan langsung pada anak itu.
Hmm, dia masih kecil, umurnya mungkin sekitar 12 atau 13 tahun, jika di lihat dari dekat rambutnya berwarna pirang platinum sepanjang leher, dari pakaian yang dia kenakan sepertinya dia adalah seorang bangsawan.
Melihatku mendekatinya wajah manisnya mulai cemberut.

"Hei siapa namamu?"

Aku mencoba menanyakan namanya tapi yang aku dapat...

"Sebelum menanyakan namaku setidaknya tunjukan rasa hormatmu pada.. OUCH!!"

Dan kemudian secara reflek aku memotong perkatanya dengan memukul kepalanya.
Seperti yang sudah aku duga, bangsawan memang mengalami cacat mental sejak kecil!!
Karena itu aku tidak akan segan dengan mereka!

"Bukankah harusnya kau yang  memberikan rasa hormat ketika bertemu dengan pemilik tanah, terutama jika dia lebih tua darimu!!"

"Be,beraninya kau...OUCH!!"

Sepertinya dia memang tidak bisa belajar dari kesalahannya jadi aku memukulnya lagi.

"Be,beraninya..."

"Jika kau masih tidak bisa bicara sopan aku akan terus memukulmu!"

"Hauu...Ma,maaf!!"

Huh, sepertinya dia sudah tenang, jika aku perhatikan dia tampak lebih manis jika kalem seperti ini.
Ah sebaiknya aku segera mengurus orang-orang yang terluka.

"Baiklah kalian semua segera panggil dokter untuk mengobati..."

Tapi saat aku menoleh kearah orang-orang di belakangku...
Mereka semua memandangku dengan wajah pucat, Eh? bahkan Ellena juga?
Apa aku melakukan kesalahan?

"Tu,tuan Muda apa anda tahu siapa yang barusan anda pukul?"

Ellena mengatakan itu sambil gemetar.

"Huh?..."

"Aku adalah, Leon Djantsal Antharas, putra pertama sekaligus penerus dari Duke Gaul Djantsal Antharas"

Mengatakan itu anak kecil itu membusungkan dadanya.

"Leon?.. bukankah itu seperti nama laki-laki?"

"A,aku memang laki-laki!!.. tunggu, seharusnya kau lebih memperhatikan gelar yang aku sebutkan!!"

"EEEHH!!. kau adalah laki-laki?!!"

"Kenapa kau justru terkejut pada bagian yang tidak penting!"

Ah, benar memangnya ada apa dengan gelar yang dia sebutkan?

"Tu,tuan muda, jangan bilang jika anda lupa pada urutan gelar tiap bangsawan?"

"Huh?"

Sebenarnya aku tidak lupa, tapi aku tidak tahu sama sekali.
Melihat ekspresiku Ellena menepuk dahinya.

"Asal kau tahu, gelar Duke yang keluargaku miliki tingkat jauh lebih tinggi dari pada gelar Count yang kau miliki!!"

Ah dia mulai menyombongkan dirinya lagi.
Melihat itu aku mengepalkan tanganku di depanya.

"Hauu!!!"

Dan dia kembali menunduk sambil menutupi kepalanya dengan tangan.
Hmm, apa aku terlihat kejam? jika iya lalu kenapa tidak ada penjaga yang melindungi anak ini.
Ketika aku sedang memastikan keadaan, aku melihat beberapa prajurit dengan armor berbeda sedang di obati, termasuk prajurit yang tadi menjaga di samping anak ini.
Sepertinya mereka terlalu lelah untuk terus menjaga tuanya.

"Ma,maaf, aku tidak akan mengatakan apapun lagi"

Hei jangan bersikap seolah aku adalah orang jahat disini.
Tapi melihat dia takut padaku sampai seperti ini membuatku merasa tidak nayaman, jadi aku sedikit mengelus kepalanya untuk membuatnya nyaman.

"Apa itu sakit?... aku minta maaf, tapi jika aku tidak melakukan itu kau tidak akan mau mendengarkan aku'kan?"

Mendengar perkataanku, anak itu mulai memandang langsung padaku.
Dari mata birunya aku merasa kalau dia merasakan sesuatu yang sudah lama dia rindukan.
Jangan bilang dia merasa aku mirip dengan ibunya.
Ah sudahlah, sekarang ada hal lebih penting yang harus aku lakukan.

"Dengar semuanya!, bawa mereka yang terluka ke tempat pengobatan, kemudian sisanya kembali ke hutan untuk mencari mereka yang masih menghilang, dan pastikan kalian memiliki informasi yang bisa di laporkan setelah kembali"

Aku memerintahkan pencarian pada para penjaga, dan sekarang sebaiknya aku mempersiapkan rencana untuk menangani masalah ini.
Tapi sebelumnya aku harus bicara pada Cecillia terlebih dulu.

Part 3

Beberapa jam setelah para Demihuman diungsikan ke kota bawah.
Saat ini aku sedang melakukan pertemuan dengan pimpinan Demihuman dari hutan terlarang Sanctum Sanctuary.
Selain aku di sini juga ada bangsawan pretty boy bernama Leon, trio maid tanpa Oliver, dan Blance plus Noir dan kawan-kawan.
Dan di pihak Demihuman hanya ada lelaki tampan berambut hiaju berusia sekitar 20 tahunan yang mereka sebut pimpinan, beberapa Demihuman penjaga dan Cecillia yang berdiri di antara kami.
Hmm, sepertinya seluruh ras mereka memiliki rambut hijau mengkilap seperti batu mulia.

Beberapa saat yang lalu Cecillia yang tahu kalau rassnya sudah memasuki kota ini memaksa untuk datang kekota bawah dan Lilli dan yang lainya hanya bisa mengikutnya.
Dan terima kasih atas hal itu, karena Cecillia datang aku jadi bisa bertemu dengan pemimpin Demihuman dari hutan Sanctum Sanctuary.

"Namaku adalah Nicholas Edward Silvester, aku adalah penguasa tanah di wilayah ini, dan orang-orang di belakangku adalah pelayan dan budak yang aku miliki"

Aku mulai memperkenalkan diriku, kemudian saat aku mengatakan kata 'budak' kedua penjaga Demihuman di depanku menunjukan ekspresi penuh kebencian.
Ugh, aku ingin segera kabur dari sini.

"Tuan Silvester huh?, baiklah namaku adalah Cerudim Un Unahan pemimpin dari ras Forest Elf."

Oh, jadi mereka di sebut Forest Elf?

"Dan gadis disana adalah adiku Cecillia Un Unahan."

Mendengar kakaknya memperkenalkan namanya Cecillia menunduk padaku.

"Hoo, jadi si gadis hijau bisa bersikap sopan juga huh?"

"Sudah kukatakan berhenti memanggilku gadis hijau namaku Cecillia!! Ce-Cil-li-a!!"

Mendengarku mengatakan itu Cecillia langsung meledak dalam kemarahan dan berusaha mencubit pipiku tapi aku berhasil menghalanginya.
Bukankah harusnya kau lebih khawatir saat aku menyinggung sikap sopanmu!!

"A,apa kau ini benar-benar adik seorang pimpinan?!!, lihat tingkah lakumu seperti gorila!!"

"Berhenti mengejeku!!, lalu apa itu gorila?!!"

"Kau bahkan tidak tahu apa itu gorila?!!"

Atau mungkin di dunia ini memang tidak ada gorila.

"Hmm, kelihatanya kalian sangat akrab."

Cerudim mengatakan itu saat melihat aku can Cecillia berdebat.

""Kau pasti bercanda!!""

Terima kasih karena hal itu aku dan Cecillia bisa kompak untuk pertama kalinya.
Melihat aku dan Cecillia kedua penjaga di samping Cerudim memandangku dengan tatapan kagum.
kenapa kalian memasang wajah seperti itu?

"Uhuk, sebaiknya kita kembali ke permasalahan."

terbatuk kecil, aku menegaskan hal itu.

"Umm, kau benar..."

"Demi menyelesaikan hal ini kuharap kalian tidak menyembunyikan sesuatu yang penting."

"Aku akan mempertimbangkanya, tapi dengan satu syarat kau harus menjamin keselamatan kami."

" menjamin?"

"Umm, kau harus bisa melindungi kami dan berjanji tidak akan memperbudak satupun dari kami."

"Baiklah aku akan menyetujuinya."

Lagi pula sejak awal aku tidak memiliki niat untuk melakukan hal itu

"Hmm, itu bagus. Tapi jangan harap aku akan berterima kasih."

Cerudim terlihat seperti orang ramah dengan sikap easy going, tapi aku merasakan duri di setiap kata-katanya.
Orang ini benar-benar menyeramkan.

"Aku juga tidak mengharap rasa terima kasih darimu."

Tapi aku tidak boleh jatuh oleh perkataanya, aku harus bisa terus sejajar dengan orang ini.

Mendengar jawabanku Cerudim tersenyum.

"Jadi apa yang ingin kau tanyakan?"

"Sudah jelaskan, tangan raksasa itu, sebenarnya benda apa itu?"

"Itu adalah tangan dari spirit yang sudah kami segel di dalam bumi sejak empat ribu tahun lalu, Goliat Fragment"

"Goliat Fragment?"

"Umm, Spirit yang tercipta dari kemarahan raja tirani Goliat atas kematianya di tangan David"

"Jika kalian menjaganya selama empat ribu tahun lalu kenapa sekarang makhluk itu bisa lepas dan muncul di permukaan?"

"Umm, tentang masalah itu, sebaiknya kau tanyakan pada anak kecil disana."

Mengatakan itu Cerudim menunjuk kearah Leon.
Menyadari dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang di ruangan ini, Leon  hanya bisa menundukan kepalanya dalam ketakutan.

"Dia mengatakan ingin mendapatkan permata rahasia yang di simpan oleh ras Forest Elf, dan berakhir dengan merusak segel Goliat"

"A,aku...aku...."

Mendengar Cerudim bicara Leon mencoba mengatakan sesuatu, tapi dia berhenti sebelum menyelesaikan kalimatnya.

"Apa kau ingin mengatakan pembelaanmu setelah dengan paksa menyerang desa kami, menyakiti penduduk kemudian menyebabkan bencana ini?"
Cerudim memasang ekspresi tenang , namun kalimat yang dia ucapkan memiliki tekanan yang terbalik dengan ketenanganya.
Kali ini Leon benar-benar terdiam seolah membeku, jika aku adalah dia aku juga akan kebingungan memikirkan masalah yang sudah aku perbuat.

"Ji,jika aku melapor pada keluargaku aku pasti bisa mengatasi masalah ini!!"

"Berapa lama waktu yang akan di perlukan?, setelah Goliat bangkit sepenuhnya dia memerlukan 1 hari penuh untuk mengembalikan seluruh kekuatanya, itu adalah satu-satunya kesempatan yang kita miliki untuk bisa mengalahkanya."

"..."

Dari apa yang Ellena katakan, untuk mencapai wilayah kekuasaan Duke Antharas membutuhkan waktu satu setengah sampai dua hari.
Jika selama itu pasti akan terlmbat, tanah ini mungkin akan rata sebelum pasukan dari keluarga Antharas datang.

"Apa tidak ada cara lain untuk mengalahkanya?"

"Harusnya akan mudah untuk menyegelnya kembali jika bocah di sana tidak merusak batu berlian darah yang di gunakan untuk menyegel goliat"

Mendengar apa yang Cerudim katakan, Leon hanya bisa mengerutkan pundaknya sambil mengatakan "Uuuu"

Apa yang harus aku lakukan sekarang?.
Baiklah aku harus tenang, pikirkan baik-baik apa yang aku bisa lakukan sekarang.

"Leon, sebenarnya apa tujuanmu sampai jauh-jauh datang ke wilayah ini."

Benar, aku belum mengetahui alasan Leon sampai menempuh jarak dua hari perjalan demi datang ke wilayah ini.

"Aaa, itu sebenarnya...."

Leon mulai menceritakan tentang dongeng yang selalu neneknya ceritakan, tentang harta legendaris yang di sembunyikan oleh Forest Elf, dan disanalah awal mula keinginan Leon untuk merebut berlian darah dario Forest Elf ,dia juga menceritakan jika dia ingin memamerkan harta tersebut pada teman-temanya di akademi.

Dan, aku...
Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan!!

"Se,seperti itulah..."

"Hanya karena sebuah dongeng dan kau sekarang membahayakan penduduk di wilayahku!!, Guu, aku tidak tahu lagi harus berkata apa!!"

"Uuu, ma,maaf... tapi-tapi aku pasti akan menyelesaikan masalah ini!"

"Sebelum prajurit dari keluargamu datang tanahku akan rata karena monster itu."

"....."

Mendengar jawabanku Leon menunduk.
Ah, mungkin aku terlalu keras padanya, tapi aku sudah tidak bisa lagi menahan kesabaranku.
Dan saat aku mencoba menenangkan perasaanku pintu ruangan tiba-tiba terbuka, dan Tuan Agloval memasuki ruangan dengan wajah kacau.

"Tuan Muda ini gawat!!"

Dan bersamaan dengan kepalaku yang semkin sakit, sepertinya keadaan sudah menjadi lebih buruk.


Note: maaf kalo chapter yang ini sedikit lebih pendek dari chapter sebelumnya, saya masih sering dikit-dikit capek kk ^_^

5 Responses so far.

  1. hahaha pantas rasanya baru baca kok udah habis aja...
    jaga kesehatannya kk,
    udah mulai konflik ya... bagus seperti biasanya kk

  2. makasih all, BTW soal gambar yg saya janjikan lg saya usahakan, guuu susah jga y gambar chara...

  3. Sebenarnya saya berniat mengubah judul fic ini, tp kira kira judul yg cocok apa y?.. kata temen nih Fic judulnya g jaelas bgt=="

  4. Selesaikan aja dulu arc satu ini, mungkin setelah selesai akan mendapat inspirasi judul baru :D
    dilihat dari potensinya nih fanfict bisa panjang loh, mungkin sampai dia jadi raja? atau mungkin si nicho yg asli balik lagi? siapa yg yau hahah
    oh iya setelah baca ulang kemarin entah kenapa saya berpikir seperti ini "coba aja ini ada doujin h-nya pasti mantep tuh" (abaikan pemikiran mesum ini)

  5. Boleh kok.. maaf baru sadar dgn komen ini.. maaf bgt...><

Posting Komentar

    About Me

    Medusa Lilly Fans
    Lihat profil lengkapku

    Followers