part 1
Pagi harinya aku bangun sedikit lebih awal dari biasanya karena nafasku terasa sesak.
Saat aku membuka mata aku menyadari Ellena menjadikan aku sebagai bantal peluk.
Sebentar, dimana aku sekarang?, Oh ini ruang kerja aku lupa jika tadi malam aku tidur di ruangan ini bersama Ellena.
Tapi sejak kapan aku pindah ke sofa? bukankah aku menyandarkan diriku di meja kerja?, dan apa yang terjadi setelah pembicaraan kami?,kenapa aku tidak ingat sama sekali?!.
"Munyu-munyu, Tuan muda anda sangat enak."
Apa maksudmu dengan 'enak'?!.
Melepaskan tangan Ellena yang memeluku aku berdiri.
Sambil menatap wajah manis Ellena yang masih tertidur aku membenarkan slimut yang dia kenakan kemudian keluar dari ruangan tersebut.
Serius, Ellena benar-benar cantik .
Dan saat itu aku tidak sengaja melihat kerah leher Ellena yang terbuka dan memperlihatkan belahan dada indahnya, menyadari itu mataku secara autofokus memandang di celah dadanya.
"Eh?, Tuan muda?"
Saat aku masih fokus memandang belahan dada indah itu Lilli muncul dari lorong.
Menghampiriku Lilly menunduk dengan hormat padaku.
"Selamat pagi tuan muda, apa yang sedang anda lakukan pagi-pagi"
"Huh?!,Lilli?!!. A-aku hanya..."
Lilli mengintip kedalam ruangan dari celah pintu yang sedikit terbuka saat aku bicara.
"E- Ellena?"
Melihat Ellena yang ertidur di ruang kerja, wajah Lilli menjadi pucat.
"Tidak, Lilli dengarkan aku, aku bersumpah aku tidak melakukan apapun pada Ellena."
"Umm..Begitukah..sa-saya mengerti."
Kau mempercayainya?!, Cepat sekali!.
Tunggu kenapa kau masih memandangku dengan tatapan jijik seperti itu?!, ugh aku harus segera mengalihkan topik.
"Umm Lilli apa yang kau lakukan?, bukankah ini masih terlalu pagi untuk bekerja?"
"Oh, Seperti biasanya saya membersihkan perapian kemudian bergegas membangunkan anda. Saya adalah Head Maid pekerjaan saya selalu dimulai lebih awal dari maid yang lain"
Oh, seperti itukah pekerjaan Lilli?.Eh!, dia adalah Head Maid!!
"Tapi anda sudah bangun ,itu meringankan tugas saya, Uhm...sepertinya saya harus segera membangunkan Leaf. Jadi saya mohon diri."
"Ummu..."
Melewatiku Lilli menuju lantai satu.
Hanya perasaanku atau dia memang menghindariku?.
Dibandingkan Ellena dan Leaf , Lilli adalah Maid yang selalu bersikap tenang padaku.
Tapi di saat yang sama aku merasakan ada sebuah dinding tebal yang mengelilinginya.
"Huh, sepertinya dia belum bisa menerima anda."
Dari ruang kerja aku medengar suara Ellena berbicara sambil melihatku.
"E,Ellena...kau bangun?"
"Saya akan tidur sedikit lagi, jadi tolong tutup pintunya."
"EH?!.. Tu,tunggu sebentar..."
"Zzz...zzz..."
Kau!!, setidaknya jelaskan apa maksud perkataanmu!.
"Zzz...Zzz"
Dia mengabaikanku?!.
menyerah dengan sikapnta aku meninggalkan Ellena kemudian bergegas kekamarku.
Ellena menyebalkan,jangan mengatakan hal tidak jelas seperti itu.
Dan saat aku sampai di kamar...
"Nyaa..."
Aku mendengar suara itu ketika memegang knop pintu.
"Nyaa...Ahn.. Tuan Nicho"
"........"
Itu suara Blance?
"Ahn.. Tuan.."
Tunggu, suara Noir juga?!.
Apa yang mereka lakukan di dalam?, ini ruangankukan?.
Benar, aku membiarkan mereka tidur di ruanganku tadi malam.
"Ahn.. Tuan, jangan lakukan itu...jangan lakukan disana."
Hey!!, sebenarnya apa yang sedang aku lakukan di dalam kepala kalian, dan bagian mana yang kau sebut 'disana'?.
Aku ingin membuka pintu dan melihat apa yang mereka lakukan!.
Tapi disaat yang sama aku juga merasa jika aku melakukan itu aku akan melihat sesuatu yang seharusnya tidak aku lihat, jadi aku meninggalkan mereka di kamarku.
Kuharap mereka tidak mengotori ranjangku.
Sekitar 1 jam kemudian, melewati lorong aku menuju ruang makan untuk sarapan.
Dan saat tiba di ruang makan aku melihat Rakkan sedang bicara pada Leaf.
"Nona Leaf bi,biar aku bantu pekerjaanmu."
Rakkan mengatakan itu ketika melihat Leaf membawa kereta dorong berisi makanan.
"Tidak perlu ini adalah tugas saya sebagai maid, tugas yang saya emban dari tuan saya"
"Kalian sepertinya semakin akrab."
"Ah tuan Nicho sealmat pagi.
menyadari aku sedang melihatnya Leaf menunduk padaku dan kemudian tersenyum, tunggu kenapa pipimu memerah?.
"Cih..."
Melihat Leaf melakukan itu Rakkan mulai memandangku seperti monster yang haus darah.
Hah! aku yang salah di sini?.
Apa yang harus aku lakukan?, mungkin sebaiknya aku memberi Rakkan sedikit hiburan.
"Aaa-Leaf, hari ini aku ingin kau membeli bahan makanan di kota bawah."
"Fuee!!"
Leaf mengeluarkan suara itu saat aku memberinya perintah.
Biasanya Oliver adalah orang yang bertugas untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan membawanya ke rumah utama, tapi kali ini aku akan menyuruh Leaf melakukanya.
Setelah itu aku menunjuk Rakkan untuk menemani Leaf ke kota bawah.
"Baik Tuan!!"
Mendengar perintahku Rakkan tersenyum lebar.
Sekarang kau memanggilku dengan tuan?!!, dasar bocah, dia selalu bersemangat jika itu berkaitan dengan Leaf.
Tapi anggap ini sebagai hadiah dariku mengerti, aku akan mempekerjakanmu dengan sangat keras setelah ini.
"Tuan Nichoooo!!!"
"Guhe!!"
Tiba-tiba Blance yang berlari di lorong menabraku dari belakang dan dia langsung melingkarkan tanganya di pinggangku.
"Ap,apa yang kau lakukan!!, dan jangan berlari di lorong!"
"Tuan Nicho, Tuan Nicho, Tuan Nicho...Aku merindukanmu!!"
Apa!!, kita hanya satu malam berpisah dan kau sudah merasa rindu!!, tidak bahkan kita masih berada di satu atap kau tahu!.
Lagi pula bukankah baru kemarin kita bertemu?.
"........"
Dan Noir di belakang kami melihatku dengan mata berair.
"Tunggu, Noir, aku tidak melakukan hal yang salah disini, Blance yang melakukanya duluan."
"Uuuu.. A,aku mengerti, kali ini aku tidak akan menentang hubungan kalian"
Apa itu?, kau seperti seroang kakak perempuan yang sudah merestui hubungan cinta adiknya dengan pria pilihanya.
"Hee, kenapa sangat ramai disini?."
Dan saat itu Ellena memasuki ruang makan sambil membawa kereta berisi makanan seperti Leaf.
"Ah, tuan muda.."
"...??"
Melihatku Ellena kemudian berjalan mendekatiku.
"Tuan muda, terima kasih atas apa yang sudah anda lakukan tadi malam..anda tahu itu sangat panas, tapi sangat menyenangkan."
Apa?!, kita hanya ngobrol dan mengerjakan dokumen di mejamu'kan? jangan menambahkan sesuatu yang bisa membuat orang salah paham!!.
Tapi sudah terlambat, aku merasakan lengan Blance yang memeluk pinggangku semakin erat.
"B,Blance kau tahu, jika apa yang kau lakukan sekarang membuat pinggangku sakit?."
"Ooh, maaf tuan Nicho sepertinya saya terlalu bersemangat."
Bohong!, aku melihat segel budakmu bersinar merah.
Segel budak yang bersinar adalah tanda seorang budak sedang mencoba melakukan hal buruk pada tuanya.
"Fufufufu... sudahlah sebaiknya kita segera makan."
"Ellena, jangan mengatakan sesuatu seolah kau tidak ada sangkut pautnya seperti itu."
"Eeeh?, apa saya mengatakan hal yang salah tuan muda?"
"Uu, Tidak, lupakan apa yang sudah aku katakan, aku lapar aku ingin makan.."
Dengan berakhirnya pembicaraan itu, sarapan pagi di mulai.
Ugh, para budak masih mejauhiku, di sampingku hanya ada Noir,Blance, Rakkan, Emisa, dan juga Trio maid plus Oliver, setelah aku memaksa mereka tentunya.
Hmm sepertinya para budak sudah tahu cara menggunakan sendok dan garpu, siapa yang mengajari mereka?.
Dan di saat aku memperhatikan semua orang yang berada di meja makan aku menyadari, Lilli masih sering memandang dengan tatapan dingin padaku.
Part 2
Beberapa saat setelah sarapan.
"Uwah!, sejak kapan ada pembangunan di sini."
Awalnya aku sedikit curiga karena tiba-tiba Ellena menariku keluar sambil mengatakan "Tuan muda tolong temani saya untuk hari ini".
Saat kupikir itu adalah ajakan kencan , ternyata dia hanya ingin menunjukan hasil kerjanya.
Ok itu sangat mengecewakan.
Dan sekarng aku di kejutkan dengan adanya pembangunan gedung di dekat kebun buah bell.
"Saat anda menyuruh saya ke kantor para ksatria dan Adventurer Guild saya meyempatkan diri untuk memasang Quest di Buletin board. saya tidak menyangka akan banyak orang yang berpartisipasi dalam Quest membersihkan kebun dan pembangunan gedung."
Quest?, jadi dia menggunakan para petualang sebagai pekerja?, itu tidak buruk.
"maaf jika saya melakukanya tanpa bicara pada anda telebih dulu."
"Tidak, ini justru lebih baik."
Karena gedung besar pasti di butuhkan dalam kegiatan produksi.
Tapi aku akan lebih senang jika kau membicarakan hal ini denganku terlebih dahulu.
"Ah tuan Count selamat pagi"
Saat aku sedang melihat para petualang bekerja , seseorang menghampiriku.
Oh itu tuan Agloval.
"Ah, Tuan Agloval, selamat pagi."
Tunggu, apa yang sedang dia kerjakan disini?, saat aku melirik pada Ellena, tuan Agloval bicara padaku.
"Saya di tugaskan oleh nona Ellena untuk mengawasi pekerjaan mereka"
"Itu benar. Tuan Agloval bagaimana laporan pekerjaan yang saya minta?"
Tuan Agloval menyerahkan sebuah dokumen saat Ellena bertanya, Melihat isi dalam dokumen Ellena mulai tersenyum.
"Bagus, kita bisa menyelesaikanya dalam 2 bulan."
"Eh 2 bulan? secepat itu?"
Bukankah 2 bulan itu terlalu cepat, bahkan di duniaku sebelumnya dimana teknologi sudah jauh berkembang masih membutuhkan waktu jauh lebih lama untuk membuat bangunan sekala ini.
"Ummu, beruntung ada beberapa mage yang ikut dalam Quest."
"Mage?"
Saat aku menanyakan itu beberapa pisau udara bergerak cepat di depanku dan memotong beberapa pepohonan di hutan, kemudian sebuah ledakan besar terjadi.
"......."
"Lihat, mereka bekerja sangat cepat."
Apa maksudmu dengan bekerja dengan sangat cepat?!, di lihat dari manapun kejadian itu lebih terlihat seperti sedang ada pertempuran di dalam hutan!.
Aku akan memotong bayaran mereka jika berani merusak tanah di wilayahku!.
"Tunggu kita mengambil bahan bangunan langsung dari hutan?"
"Ummu...Beruntung ada hutan lebat di sekeliling wilayah anda."
"Hmm, aku mengerti"
Tapi jika penebangan seperti ini terus terjadi akan ada masalah di masa depan nanti.
"Jangan lupa menyiapkan bibit tanaman untuk menggantikanya."
"Eh? kenapa?"
Aku tidak mau mengulangi kesalahan orang-orang di duniaku, jadi akan lebih baik jika kita tetap mengembalikan apa yang sudah kita ambil dari hutan.
Setidaknya dengan menanam bibit pohon untuk menggantikan pohon yang sudah di tebang aku bisa menurunkan dampak kerusakan ekosistem.
"Jika kita terus mengambil bahan dari hutan tanpa menggantikanya , itu akan menjadi masalah di masa depan"
Terutama karena wilayahku di kelilingi banyak bukit.
"Ooh, saya mengerti sekarang."
Baiklah, Sekarang tinggal menunggu bangunan ini selesai dan aku akan memulai pembuatam selai dan asinan.
Untuk manisan, aku akan memikirkanya nanti, gula sangat mahal di benua ini.
Setelah memeriksa kebeberapa tempat dan melihat Ellena menangani beberapa masalah yang terjadi , aku memutuskan untuk kembali kerumah utama bersama Ellena yang membawa dukumen di tanganya.
Eh bukanya itu terlalu banyak?, melihat itu aku mengambil beberapa dokumen dari Ellena untuk membuatnya lebih ringan.
"Eh?, a,anda tidak perlu melakukanya."
"Diamlah, sangat menyebalkan melihatmu mengerjakan semuanya."
" Tapi yang anda bawa lebih banyak dari saya.."
"hmm?, ada yang salah dengan itu?"
"Hee?, anda tahu, jika anda terus bersikap seperti ini mungkin akan ada banyak gadis yang mengejar anda?"
"Apa maksudmu?, aku tidak memerlukan hal seperti itu."
"Sepertinya anda harus lebih jujur terhadap diri anda sendiri, atau anda akan membuat banyak gadis menangis."
Mengatakan itu Ellena membuat ekspresi yang seolah berkata " Ah dia mulai lagi".
"Apa itu?, aku selalu jujur pada diriku sendiri tahu."
"Ya, ya saya tahu..."
Ugh, dia masih memperlakukanku seperti anak kecil.
Sambil terus berbicara kami berjalan menuju rumah utama.
Dan ketika kami akan memasuki halaman belakang aku melihat seseorang yang memakai jubah sedang mengintip dari balik pagar, siapa dia?.
Apa, yang dia lihat?.
"Uuu, kenapa ada banyak demi human di sana?, kenapa mereka bisa bermain dengan leluasa di lingkungan manusia?."
Saat aku melihat kearah dia memandang aku melihat di sudut halaman yang sedikit tersembunyi Lilli dan para budak sedang bermain.
Bukan hanya itu,sepertinya Lilli juga mengajarkan mereka membaca karena banyak buku berserakan dan ada papan besar di sana.
Um, jadi Lilli juga yang mengajarkan para budak etika dasar di meja makan?.
"Hei apa yang kau lakukan?,"
melihat tingkah mencurigakan orang itu, aku bertanya padanya.
"Uwah!"
Terkejut karena mendengar suaraku orang itu melompat dan terjatuh membuat jubah yang dia kenakan tersingkap.
Dan di sana aku melihat celana dalam hitam yang dia kenakan ,maaf maksudku aku melihat seorang gadis demihuman berambut hijau dengan telinga yang mirip dengan telinga Lilli.
"Ma,manusia!!... Aku akan membunuhmu jika kau berani menyentuh-"
"Ellena cepat kita pergi, dokumen ini terlalu berat."
Dia adalah satu-satunya orang mencurigakan di sini tapi justru dia yang mengancamku.
Aku merasa jika aku mengurusinya, orang ini hanya akan menjadi masalah yang merepotkan, jadi aku mengabaikanya.
"Uh?. Unn..."
Mengangguk Ellena mengikutiku, sepertinya Ellena juga merasakan hal yang sama.
"HEEEE!!, Be,beraninya kau mengabaikanku."
Mengatakan itu, sebuah benda mirip seperti bilah Rapier keluar dari telapak tanganya dan gadis itu mengarahkanya padaku.
"Huee...A,apa yang kau lakukan itu berbahaya tahu,Ellena."
Aku mencoba meminta bantuan pada Ellena tapi ...
"Maaf tapi tanganku sudah keberatan aku duluan, jangan terlalu lama bicara denganya hanya karena dia manis dan cepat bawa dokumen itu ke meja kerjaku."
Apa?!, kau meninggalkan tuanmu saat tuanmu dalam bahaya?!, dan jangan memerintahku seolah aku adalah bawahanmu!.
Kenapa dia selalu melakukan hal menjengkelkan seperti ini padaku.
"Jangan abaikan aku!!"
"Hah!, kau bilang kau akan membunuhku jika aku menyentuhmu'kan?!, lalu kenapa sekarang kau marah ketika aku pura-pura tidak melihatmu?"
Gadis demi human itu masih menodongkan senjatanya dan seolah tidak mau kalah denganku dia terus saja berbicara seolah aku adalah orang yang salah di sini.
"Ah!... itu kak Cecilia!"
Tiba-tiba seorang budak menghampiri kami setelah melihat gadis demihuman yang menodongkan senjata anehnya padaku. Dan Lilli yang sebelumnya bersama budak tersebut terkejut melihatku.
"Uh kau mengenalnya?"
"Eh...u,ummu... "
Budak itu mengangguk ketika aku menanyainya , sepertinya dia masih takut padaku, mencoba menenangkanya aku mengusap pelan kepalanya.
"Hah, aku sudah mengatakanya, kalian tidak perlu takut padaku..."
"Ta,tapi anda adalah tuan dan sa,saya adalah budak."
"Hmm, itu benar, Tapi akan lebih baik jika kalian bersikap normal padaku."
Budak itu terlihat bingung mendengar jawabanku.
"Jika kau tidak mengerti kau tidak perlu memikirkanya, yang lebih penting kau kenal gadis hijau disana?"
"Namaku Cecilia!!..."
"Ah benar itu maksudku."
"kau sengaja kan!!!"
Kenapa aku selalu salah?!!
"Dia adalah kak Cecilia sebelumnya dia yang selalu membawakan kami makanan dan obat dari hutan."
Oh?, dia orang baik, sambil memikirkan itu aku mengarahkan pandanganku pada gadis demihuman bernama Cecilia itu.
"kenapa kau menatapku seperti itu?, menjijikan!."
Maaf, aku menarik kata-kataku, dia tidak baik sama sekali!.
"Hey aku baru saja berpikir kalau kau itu orang baik, jadi jangan merusak semuanya."
"Sejak awal aku ini adalah orang baik, aku tidak butuh tanggapanmu."
Gadis ini!!!, aku akan membuatnya menyesal suatu saat nanti!.
"Tu,tuan muda anda sudah kembali?"
Saat kami mulai berdebat,Lilli berlari menghampiriku, Eh? kenapa wajahnya terlihat khawatir?
"Ya aku sudah kembali, kenapa kau terlihat khawatir?"
"A,aku... Maaf!!"
Apa? setidaknya jelaskan terlebih dulu kenapa kau meminta maaf.
Dan saat aku menanyakanya dia melirik kearah dimana budak yang lain sedang belajar.
"Umm, Lilli apa kau mengajari mereka membaca?"
"....."
Lilli tetap diam saat aku menanyakanya, sebenarnya ada apa dengan Lilli?.
"Well, itu hal yang bagus, aku harap kau juga mengajari mereka hal-hal lain."
"Huh?... anda tidak marah?"
Seolah aku mengatakan hal aneh Lilli menyakan itu dengan ekspresi terkejut.
Kenapa aku harus marah?, Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Lilli katakan.
Dan saat aku menanyakanya, Lilli justru terlihat bingung untuk menjawab.
"Huh?, kau benar-benar menarik."
Melihatku berbicara pada Lilli gadis demihuman bernama Cecilia itu tersenyum.
"Menarik?"
"Ya, kau tahu... Biasanya seorang tuan tidak akan membiarkan budaknya belajar, bahkan ketika seorang budak di ketahui bisa membaca mereka akan langsung mendapat hukuman."
"Huh?... hukuman?."
"Ummu, hukuman seperti memotong otot tendon mereka, membuat mereka menjadi buta atau membuat mereka tidak bisa bicara semua itu demi membuat mereka patuh, karena semakin cerdas seorang budak makan akan semakin besar kesempatan mereka untuk kabur."
Apa itu?,bukankah itu terlalu berlebihan.
Aku tidak percaya jika mereka melegalkan perbuatan seperti itu.
Tapi, aku akui hal itu masuk akal, karena memanga ada beberapa mantra dasar yang mampu merusak segel kutukan budak.
Tapi tetap saja...
"kau bercandakan?"
"Jika ini hanya bercanda aku tidak akan sebenci ini pada manusia."
"....."
Saat itu aku merasakan hawa permusuhan kuat dari gadis itu.
Melihat bagaimana dia bereaksi pada pertanyaanku aku langsung menyadari jika apa yang dia katakan bukanlah kebohongan.
Seperti yang sudah aku duga, orang-orang busuk selalu ada di tiap dunia.
Dan mungkin, aku berada di lingkup yang sama dengan mereka.
Apa yang gadis itu katakan membuat dadaku terasa sesak.
"Sebenarnya kau itu dari ras apa, ah maksudku Apa banyak dari rasmu yang sudah diperlakukan seperti itu?."
"Maaf, aku tidak bisa mengatakan lebih dari itu."
"...."
"Hei jangan membuat ekspresi seperti itu, kemana sikap sok kerenmu tadi?"
bagaimana bisa aku bersikap sok keren setelah mendengar semua itu.
"kau mau makan siang bersama kami?"
"Apa kau berniat meracuniku dan menangkapku untuk di jadikan budak?"
"Jika aku katakan tidak apa kau akan percaya?"
"Huhu.. baiklah, aku akan mengikuti permainanmu."
Eh dia menerima ajakanku?, padahal aku hanya mengatakanya untuk basa-basi.
Aku tidak tahu apa yang membuat gadis bernama Cecilia itu berubah, entah kenapa aku merasa dia tertarik padaku.
Untuk saat ini au hanya ingin mendapat informai tentang dunia ini ,meski aku masih tidak mengerti kenapa dia terus menunjukan kecurigaan dan kebencian yang dalam padaku.
Tidak, jika dilihat dari perlakukan manusia terhadap demihuman seperti yang dia katakan, kebencian seperti itu adalah hal yang wajar.
Apa di dunia ini aku juga tidak bisa hidup dengan tenang?.
Sekarang aku mengerti kenapa Ellena, Lilli , Leaf, dan Oliver selalu menatapku dengan tatapan dingin.
Mengingat semua itu aku mulai khawatir, apa tubuh ini juga pernah melakukan hal seperti itu pada budak-budak sebelumnya?.
Dan yang lebih penting, apa aku bisa memperbaiki semua itu?.
Kenapa aku harus di hidupkan kembali di dunia yang busuk seperti ini?.
Terus mempertanyakan itu di dalam hatiku aku memasuki rumah utama bersama Lilli dan para budak, ah gadis bernama Cecilia itu juga ikut.
Part 3
"Tuan Nicho!!"
"Guha!!"
Ketika aku membuka pintu tiba-tiba menabraku dan memeluku erat.
"B,Blance!! ini sudah kedua kalinya kau melakukan itu!!"
"Tehehe... Ini salah tuan karena tuan tidak mengajaku."
Apa maksudnya dengan tidak mengajakmu? lagi pula aku tidak pergi untuk jalan-jalan jadi aku tidak punya alasan untuk mengajakmu.
"..."
Dan Noir seperti biasa melihat kami dengan mata berair, aku merasa mengalami de javu.
"Noir, kenapa kau menatapku dengan wajah seperti itu?, tunggu apa kau juga ingin di peluk"
Mengatakan itu aku melebarkan tanganku seolah menyuruhnya untuk datang mendekat,tentu saja semua itu hanyalah sebuah candaan.
Aku tahu seperti apa perasaan Noir padaku, maksudku tidak mungkin dia akan menyukaiku.
Tapi saat aku mengira dia akan membentaku, justru yang terjadi adalah sebaliknya.
Noir justru mendekatiku dan memeluku .
"Ha,hanya untuk hari ini, aku akan memberimu sedikit pelukan."
Menekankan wajahnya padaku Noir mengatakan itu.
Ini tidak seperti Noir yang biasanya, dia salah makan atau apa?.
Tapi jika boleh aku katakan, aku lebih suka Noir yang seperti ini.
Karena itu aku mengusap kepalanya Noir dengan lembut.
"Uuu... Kenapa cuma kak Noir yang dapat?!!"
Melihat Blance protes sambil menggembungkan pipinya aku juga mengusap kepalanya.
"Eh?! Noir dan Blance?!"
Dan kemudian Cecilia bicara setelah melihat Noir dan Blance.
"Kak Cecilia?!!"
Menanggapinya, Noir dan Blance mengatakan itu bersamaan kepada Cecilia yang melambaikan tanganya.
"Hei, bukankah ini saat yang tepat untuk melepas pelukan kalian dan berlari kearah gadis hijau itu secara dramatis?"
Aku hanya mengatakan itu sebagai candaan tentunya.
"Unn, tidak, karena aku akan kehilangan daerah kekuasaanku jika aku melepaskan anda?"
Dan itulah yang aku dapat, Tunggu, apa maksudnya dengan membuatku menjadi salah satu wilayah pribadimu?.
"maaf tuan muda yang tampan, bisakah kau berhenti memanggilku gadis hijau?"
"Ummu, kau benar aku memang tampan..."
"Setidaknya perhatikan bagian "Berhenti memanggilku gadis hijau"'nya!, ah sudahlah entah kenapa aku menyesal mengatakan itu."
Menanggapi candaanku Cecilia cemberut padaku.
"Hei, aku hanya bercanda, kau tidak perlu menanggapinya seserius itu kan."
"Oh, Tuan Nicho selamat datang."
"Uh?, Emisa?."
Saat aku sedang bicara pada Cecilia , tiba-tiba Emisa memasuki ruangan.
Dan dia... mengenakan pakaian maid huh?.
"Um, Tuan Nicho kenapa anda memandang saya seperti itu?... apa pakaian ini terlihat aneh untuk saya?"
"Tidak, justru sebaliknya itu sangat cocok denganmu"
Ya, Emisa memang manis, kesampingkan ekor ularnya, wajah dan proporsi tubuhnya sangat bagus.
Mendengar jawabanku Emisa memegang pipinya yang mulai memerah dengan kedua telapak tanganty, entah kenapa aku bisa melihat asap keluar dari kepalanya.
"Dasar gigolo alami."
Dan Cecilia di belakangku mengatakan itu saat melihatku tersenyum pada Emisa.
Kenapa kau selalu mengatakan hal-hal yang menyakitkan padaku?!.
Mencoba mengabaikan Cecilia, kemudian aku bicara pada Emisa.
"Emisa, tolong buatkan teh untuk kami"
"OK!! saya mengerti."
Dan Emisa, menanggapi permintaanku dengan semangat sambil berjalan(melata) menuju dapur.
Tidak peduli seberapa banyakpun aku melihatnya aku hanya bisa tertawa melihat sikapnya.
"Umm, Tuan muda, jika anda mengijinkan, saya ingin melanjutkan untuk mengajari para budak membaca."
Lilli di sampingku yang hanya diam sejak tadi akhirnya bicara sambil menarik lengan bajuku.
"Ummu... tolong ya Lili."
Saat aku mengatakan itu, tiba-tiba Lili menundukan kepalanya.
Dan perasaan itu muncul kembali, sama ketika Ellena memandangku dengan tatapan menakutkan itu.
"Sa,saya mengerti."
Setelah mengatakan itu Lili langsung kembali ke halaman belakang tanpa menghiraukanku.
Aku tidak bisa mengerti, aku tidak bisa memahami kenapa Lili, bukan, tapi semua orang melakukan memasang ekspresi itu saat aku tidak melihat mereka, karena itu beritahu aku apa yang harus aku lakukan sekarang.
Aku tidak suka perasaan seperti ini.
Saat itu secara tidak sengaja tatapanku bertemu dengan Cecilia, dan seolah tidak menyadarinya aku bertanya pada Cecilia.
"Hei Cecilia, apa yang harus aku lakukan."
"Kau pikir aku tahu."
"..."
Benar, kenapa aku bertanya pada Cecilia..
Lagi pula ini bukanlah salahku, hal ini terjadi larena kekejaman pemilik tubuh ini sebelumnya benarkan?.
Meski begitu aku tidak bisa menganggap diriku tidak ada hubunganya dengan masalah ini, karena saat ini bagi mereka aku adalah Nicholas Edward Silvester.
Part 4
Menjelang sore hari , Cecilia kahirnya pergi setelah bermain dengan para budak.
Jila aku boleh jujur aku sangat berterima kasih padanya.
Karena dia sudah melakukan apa yang tidak bisa aku lakukan tentunya.
"Kau tahu, sepertinya aku tertarik padamu. Aku akan datang lagi jika aku sempat."
Itu adalah apa yang dia katakan padaku sebelum pergi.
Dan saat aku menjawab dengan "Heh? apa itu semacam pengakuan cinta?" mukanya langsung memerah dan akhirnya pergi tanpa mengatakan apapun.
Berapa kalipun aku memikirkanya aku tidak bisa mengerti dengan cara pikir gadis itu.
"Haaahh..."
Medesah pelan, aku mengelus Noir dan Blance yang tidur di panguanku.
"Ah tuan Nicho apa ada yang anda pikirkan?"
Blance yang tidur sambil meletakan dagunya di pangkuanku menanyakan itu saat aku mendesah.
Ah, sejak siang ini Noir dan Blance terus saja lengket padaku, tidak peduli apa yang aku lakukan mereka selalu saja mengikutiku.
OK, jika itu Blance dengan sikap anehnya aku tidak akan mempertanyakanya, tapi jika Noir juga ikut..
Tidak, mungkin dia hanya khawatir pada Blance, benar pasti itu alasanya.
Tapi, jika itu alasanya dia tidak perlu ikut tidur di pangkuanku seperti ini kan?.
"Hey, Tuan Nicho?..."
"Uh?, ma,maaf sepertinya aku sedikit melamun."
"Uumm?.. anda tidak seperti biasanya."
Benarkah?, mungkin aku terlalu memikirkan hal yang tidak penting.
Melihat Blance yang memasang ekspresi khawatir aku mengelusnya.
"Tuan muda, anda terlihat sedang memikirkan banyak hal?"
mengangkat kepalanya Noir bertanya, Uuh Dia sangat manis membuatku ingin menggodanya.
"Eh?, Noir apa kau khawatir padaku?"
"I,ini tidak seperti aku khawatir padamu , bodoh!!"
Haha, dia selalu berisik seperti biasanya, tapi sepertinya dia memang mengkhawatirkanku.
"terima kasih Noir."
"Uh? heh?... aku tidak...um, sama-sama"
Mukanya menjadi merah seperti tomat sekarang.
"Um...aku, aku suka tuan muda yang biasanya, aku tidak suka tuan muda yang selalu diam sepeti ini"
Mengatakan itu Noir menekankan wajahnya ke pahaku, apa aku sudah membuatnya khawatir?.
"Maaf sudah membuatmu khawatir, Noir. Tapi, tuanmu memang sangat lemah, Terlalu lemah untuk menanggung semua masalahnya."
Apa yang aku katakan?,mereka akan menertawaiku jika aku mengatakan hal seperti itu.
Ya menertawaiku, dan mengatakan banyak hal menyakitkan seperti di duniaku sebelumnya.
Tapi, apa yang terjadi tidak seperti apa yang aku pikirkan, Blance dan Noir tiba-tiba memeluku, menekankan kepalaku di dada mereka.
"Saya tidak peduli jika anda adalah tuan yang lemah, atau tuan yang bodoh, selama anda bisa bersikap seperti ini dan tidak berubah seperti tuan kami sebelumnya itu sudah cukup."(Noir)
"Jika , ada orang yang mengatakan 10 hal buruk tentang anda saya akan mengatakan 100 hal baik tentang anda, jika mereka mengatakan 100 hal buruk tentang anda, saya akan mengatakan 1000 hal baik tentang anda.(Blance)
Apa itu, kita bahkan baru 2 hari bertemu, tapi kalian sudah bisa mengatakn hal seperti itu, apa kalian pikir aku akan mempercayainya?.
Lagi pula aku adalah orang yang sudah mengatakan bahwa aku akan melindungi kalian dengan semua yang aku punya.
Meski begitu, terkadang aku ragu apa aku yang lemah seperti ini bisa melindungi semuanya.
Aku takut akan berubah menjadi seperti orang-orang yang sudah banyak melakukan hal buruk padaku di duniaku sebelumnya, dan aku juga takut jika aku akan di perlakukan sama seperti saat aku masih di duniaku dulu.
Tapi aku juga ingin memperbaiki pikiran orang-orang pada tubuhku saat ini, pada Nicholas Edward Silvester.
Dan saat itu, aku mulai berpikir.
Apa aku akan baik-baik saja jika aku mulai melalui hidupku bukan sebagai Nicholas, tapi sebagai diriku sendiri?.
bagus seperti biasa kk
karakternya konstan gk labil.. candaannya ringan tapi bikin ketawa terus..
udah kayak baca LN pro hahah.. pokoknya mantap dah
maaf karena baru bisa bales, karena saya masih baru aja sembuh dari penyakit tahunan saya n butuh sminggu untuk penyembuhan saya mohon maaf jika chapter berikutnya akan memakan banyak waktu
waduh sakit...
semoga cepat sembuh aja kk
utamakan kesehatannya