. post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Background

Pages

Jumat, 29 Mei 2015 di 22.10 Diposting oleh Medusa Lilly Fans 7 Comments


part 1

"Uwah!!, Apa itu?!!"

Dari dalam hutan makhluk bermata merah yang di selimuti oleh kabut hitam berjalan pelan menghancurkan apapun yang mereka lewati.
Mereka bergerak seperti air yang menghanyutkan segalanya.

"Guh, sepertinya sudah dimulai."

Cerudim di sampingku mengatakan itu dengan wajah penuh ketakutan.
Saat ini aku dan beberapa orang lainya sedang melihat kejadian itu dari atas menara pengintai di dinding pelindung kota bawah.
Beberapa saat yang lalu Tuan Agloval tiba-tiba mengabarkan bahwa muncul makhluk aneh dari dalam hutan dan mulai menghancurkan apapun yang mereka lewati, dan saat aku memeriksanya inilah yang aku lihat.

"Cerudim, kau tahu makhluk apa mereka?"

"Hee? kau berani juga memanggilku tanpa menggunakan penghormatan"

Cerudim mengatakan itu sambil memasang senyum ramahnya.
Bagaimana bisa dia berekspresi seperti itu saat mengatakan sesuatu dengan nada mengancam?!
Tunggu, apa dia mencoba memprovokasiku?

"Hoo, jadi kau menginginkan penghormatan dariku? kupikir kau bukan orang yang suka meminta sesuatu pada manusia yang kau anggap rendah."

Mendengar jawabanku, kedua penjaga di belakangnya mulai memasang wajah marah.
Apa yang aku katakan terlalu berlebihan?

"Ahaha, maafkan aku sepertinya aku salah bicara"

Mencoba menenangkan penjaga di belakangnya, Cerudim mengatakan itu.

"Hoo, jadi pimpinan demihuman plinplan seperti ini huh?"

"Kau tahu, bicara seperti itu pada orang yang lebih tua benar-benar tidak sopan, ah maafkan aku mungkin kau memang tidak tahu apa itu sopan santun"

"Aku akan bersikap sopan pada orang yang aku anggap pantas, jadi jangan salahkan aku."

Mendebatkan hal itu kami bedua tersenyum, dan entah kenapa atmosfir di tempat ini menjadi berat.

"Hei, kalian tahu? kalian berdua tersenyum seperti penjahat"

Dan Cecillia di belakang kami memprotes sambil menunjukan ekspresi takut.

"Uhm, baiklah hmm Nicho benar? Aku juga akan memanggilmu dengan nama depanmu."

"Terserah kau ingin memanggilku apa."

"terserah huh? baiklah, brengsek"

"Hey!!!"

Cukup hentikan itu!, jika ini terus berlanjut kita tidak akan mendapatkan apapun!!.

"Mungkin sebaiknya kita berhenti mendebatkan hal kecil seperti ini."

Pembicaraan ini tidak akan menuju ke arah manapun jika kami terus memperdebatkan hal tidak penting seperti ini.

"Umm, kau benar, jadi apa yang ingin kau tanyakan?"

"Pertama tentang makhluk hitam itu, sebenarnya makhluk apa itu?"

 "Mereka di sebut sebagai antibody, ketika Goliat memulihkan kekuatanya dia akan berada pada titik dimana dia kehilangan seluruh pertahananya. Dan untuk alasan itulah dia membuat Antibody yang melindunginya."

"Dengan kata lain jika bisa menyerang Goliath secara langsung kita bisa mengalahkanya?"

"Bisa di bilang begitu, lagi pula mereka hanyalah makhluk yang bergerak berdasarkan insting."

"Insting?"

"Ya, Insting untuk memusnahkan semua sumber mana dan membuat mana berhamburan di udara agar Goliath bisa menyerap mana tersebut."

"Sumber mana?"

"Umm, Dan sumber mana terbesar yang di ketahui hingga saat ini hanyalah satu...Jiwa"

Dengan kata lain alasan kenapa mereka menghancurkan pepohonan dan hewan yang ada di depan mereka adalah  menyediakan energi untuk Goliath?

Tunggu, jika sumber mana terbesar adalah jiwa maka...ini buruk, dengan kata lain kota ini seperti sebuah umpan untuk menarik mereka!
Menyadari itu aku langsung berlari ke plataran kota.
Dan di sana aku melihat Tuan Agloval sedang menangani para penduduk yang panik.

"Tuan Agloval!!"

"Oh Tuan Count  ada yang bisa saya bantu?"

"Cepat kumpulkan semua ksatria penjaga dan para petualang! kemudian suruh para Mage untuk membuat dinding sihir di sekitar kota."

"Sa,saya mengerti"

Mematuhi perintahku Tuan Agloval segera berlari menuju kantor para ksatria.
baiklah sekarang aku harus segera mengungsikan penduduk.

"Ah, Tuan Nicho?!!"

Kemudian dari kejauhan Blance dan Noir yang melihatku datang menghampiriku.
Oh, tepat waktu! Aku bisa menyuruh mereka untuk memberi tahu penduduk agar segera mengungsi.
Dan dengan begitu aku memanggil mereka.

"Blance, Noir!!"

"Miaw?!"

"Blance, Noir Tolong pergi ke rumah utama dan beri tahu budak yang lain agar mereka membantu para penduduk mengungsi."

Sekarang keadaan sudah menjadi semakin buruk, aku harus mengutamakan keselamatan penduduk.
Guu, apa dinding sihir cukup kuat untuk mengehentikan mereka? Dilihat dari jumlah mereka kurasa tidak, tapi setidaknya itu bisa menahan mereka untuk beberapa saat.

"Sa,saya mengerti."

"Tu,tunggu, Tuan Nicho?"

Berbeda dengan Noir yang mengangguk mematuhi perintahku, Blance justru memegang bajuku seolah dia tidak mau pergi.

"Apa Tuan akan pergi bersama kami..."

 "Tidak, aku harus tetap di sini..."

Karena aku adalah pemimpin di tanah ini, jadi aku harus berada di garis depan.
Mungkin itu hanya Ideologi bodohku tapi aku tetap ingin melakukanya, aku ingin berada di tempat yang sama dengan orang-orang yang berjuang demi kota dan penduduk kota ini.
Dalam bencana ini mungkin mereka akan mati karena itu aku akan bersama mereka sampai akhir.
Aku ini lemah, aku menyadari jika aku tidak memiliki kekuatan untuk melindungi siapapun , meski begitu setidaknya aku akan mati bersama mereka.
Haaah, mati sekali sepertinya tidak memberiku pelajaran apapun.

"Tapi, tapi..."

Blance memegang bajuku semakin erat.

"Blance... aku akan kembali..."

"Uuu..."

Meski aku mengatakan hal itu aku tidak yakin bisa menepatinya.

"janji?"

Uh, sekarang bagaiman aku harus menjawabnya.

"Anda tidak menjawab..."

"Hei, apa aku pernah berbohong padamu?"

"..."

Hanya itu yang bisa aku katakan, karena aku tidak bisa berjanji pada Blance bahwa aku akan kembali.
Setelah itu aku menepuk kepala Blance pelan kemudian berjalan meninggalkan gadis kucing itu.

"Anda harus kembali, kami akan menunggu."

Kali ini Noir yang mengatakan itu, kemudian dia berlari ke rumah utama sambil menarik Blance.
Aku melihat kekhawatiran di wajah Noir.

"Tuan Muda anda benar-benar jahat."

Dan saat itu Ellena tiba-tiba muncul di sampingku.
Sejak kapan dia berada di sana?!!

"Huee!! Ellena?!!.. Tunggu! Apa maksudmu dengan jahat?"

"Hanya mengatakan apa yang ingin di dengar oleh Blance dan Noir tanpa memberi tahu mereka kemungkinan yang akan terjadi."

"Setidaknya aku tidak berbohong pada mereka."

Karena aku tidak berjanji untuk kembali.

"Tapi anda juga tidak bicara jujur pada mereka."

"..."

Aku tahu itu...meski begitu aku ingin  mereka tidak mengkhawatirkanku.

"Umm, apa anda serius untuk bergabung dalam perang ini?"

Saat menanyakan itu Ellena memandangku dengan wajah serius, kemudian dia melanjutkan.

"Dengan level dan kemampuan anda saat ini anda tidak akan bisa melakukan apapun."

"Aku tahu itu."

Meski begitu aku tidak ingin melarikan diri lagi.

""aku tidak ingin melarikan diri lagi" apa anda sedang memikirkan hal itu?"

"Sudah ku duga kau memang Esper"

"Saya tidak tahu apa itu esper, tapi sepertinya itu julukan yang bagus"

Haaahh,kenapa kau justru merasa senang dengan julukan itu? Itu bukan sesuatu yang bisa kau banggakan tahu, dan berhentilah membaca pikiranku!
Saat aku menggumamkan itu dalam pikiranku, Ellena kembali mengajukan pertanyaan padaku.

"Apa anda tidak takut mati?"

"Apa kau akan percaya jika aku bilang tidak?"

"..."

Tentu saja aku takut, aku pernah mati sekali dan itu sangat menyakitkan.
Meski begitu aku tetap ingin ikut dalam mengatasi bencana ini.
Aku tidak mau menjadi orang yang hanya bisa diam dan tidak berbuat apa-apa, seperti hidupku di duniaku yang dulu.

Aku juga ingin hidup bersama yang lain, meski pada akhirnya aku hanya akan tersakiti.
Aku ingin merubah hidupku, aku sudah mendapat kesempatan hidup kedua, tapi jika aku terus menjadi pengecut yang hanya bisa bersembunyi...
Aku merasa hidupku hanya akan berakhir seperti dulu.

Aku merasa sudah mengambil keputusan yang salah dengan mengikuti pertempuran ini, tapi...
Entah kenapa aku tidak merasa akan menyesalinya, meski pada akhirnya aku mungkin akan mati.
Mungkin pada akhirnya aku akan menyesal karena udah membuang hidupku dalam pertempuran ini, tapi setidaknya itu lebih baik dari pada menyesal karena tidak melakukan apapun.

"Anda benar-benar bodoh..."

"Ellena, hanya perasaanku atau lau memang terlalu sering mengataiku bodoh?"

Aku mengatakan itu dengan tatapan marah, tapi Ellena hanya menjawab dengan sebuah senyuman, setelah itu dia mendekat padaku dan berlutut di hadapanku...

"Aku Ellena Jakulovsky, dengan ini menyatakan akan melindungi tuanya dalam pertempuran ini."

Dia mengatakan itu seperti seorang ksatria yang mengajukan sumpah pada rajanya.
Untuk beberapa saat aku merasa bingung untuk menjawabnya.
Sikap maca apa itu, aku tidak tahu jika Ellena bisa lebay seperti ini.

"Aku tidak tahu bagaimana cara yang benar untuk menjawabmu, meski begitu aku akan mengatakan ini..."

Menatap pada Ellena aku menarik nafas, kemudian aku mengatakanya dengan tegas.

"Jangan menyesal karena keputusan yang sudah kau buat!"

Aku mengatakan itu, dan Ellena menengadahkan kepalanya mendengar jawabnku.

" Saya tidak akan menyesal"

"Kalau begitu, tolong lindungi aku...Ellena"

Part 2

Setelah itu Ellena memutuskan untuk kembali ke rumah utama, sepertinya dia ingin mengambil sesuatu yang dia tinggalkan.
Dan aku, aku segera berlari menuju tempat para ksatria dan petualang berkumpul, selain itu aku juga harus memikirkan apa yang bisa aku lakukan saat ini.
Well, memangnya apa yang bisa dilakukan level 1 seperti ku.
Kemudian di tengah jalan aku melihat Leon sedang duduk sambil memeluk lututnya, Apa yang dia lakukan? Merasa khawatir padanya jadi aku menghampirinya.

"Hei apa yang kau lakukan di sana?"

"..??."

Mendengar suaraku pundak Leon sedikit bergetar, tapi dia tidakmenjawab.

"Aku tanya sekali lagi kau sedang apa?"

"..."

Masih tidak menjawab?, cukup! anak ini benar benar menjengkelkan!

"OUCH!!"

Aku tidak tahan lagi dengan sikapnya jadi aku memukul kepalanya.

"Jangan abaikan aku bodoh!"

"Uuu, maafkan aku."

Hee? dia tidak berisik lagi? Biasanya dia akan membantah setiap kali aku menghinanya.
Dilihat dari raut wajah Leon sepertinya dia sedang depresi, karena itu aku memutuskan untuk bicara padanya.

"Boleh aku duduk di sampingmu?"

Tanpa mengatakan apapun Leon mengangguk.
Kurasa dia sedang memikirkan banyak hal.

"Hei Leon, aku sangat marah padamu."

"Uuu..."

Dia mengerutkan pundanknya serakang.

"Tiba-tiba kau muncul di wilayahku dan menyebabkan semua masalah ini "

Dan sekarang wilayahku terancam musnah oleh masalah yang sudah dia sebabkan.

"Kau tahu sekarang wilayahku terancam akan musnah. Meskipun tentara dari wilayahmu datang kupikir itu akan terlambat."

"Uuu... hiks hiks"

Oh? Dia bisa menangis juga? Kupikir dia akan membantah perkataanku barusan dengan kesombongan bangsawannya.

"Maaf, maaf, maaf...."

Dia mengatakan itu sambil mengelap air matanya yang terus bercucuran dari sudut matanya, kemudian perlahan tangan kecilnya menarik lengan bajuku. Dia adalah laki-laki, tapi dia justru terlihat cantik saat dia menangis.
Tunggu apa yang aku pikirkan barusan?!!

"Tolong maafkan aku hiks hiks..."

" Meski aku selamat setelah semua ini, aku tetap tidak akan memaafkanmu."

"Uuu...Hiks hiks."

" Lagi pula mungkin aku tidak akan bisa bertahan sampai besok."

Saat mengatakan itu banyak pikiran mulai berputar di kepalaku, dan aku hanya bisa menggaruk kepalaku untuk menenagkan diriku.

"Hiks...ka,kau ikut berperang..Hiks?"

"Ya...Aku adalah tuan dari tanah ini dan mereka adalah rakyatku. Tugas seorang bangsawan adalah untuk memimpin rakyatnya, meski begitu bukan berarti aku harus terus hidup dengan mengorbankan rakyatku.

Seperti orang-orang busuk yang ada di duniaku sebelumnya lakukan.
Normlanya seorang bangsawan akan memilih untuk menyerahkan semua masalahnya pada para prajuritn dan kemudian melarikan diri ketika nyawa mereka terancam.
Ada berbagai alasan yang bisa mereka berikan untuk melakukan itu seperti mereka harus tetap hidup untuk memimpin rakyat mereka atau menjaga kekuasaan mereka dan masih banyak lagi alasan politik yang bisa mereka gunakan.

Dan sayangnya apa yang mereka katakan memang masuk akal.
Tapi disini,  aku tidak akan melakukan hal rendah seperti itu, aku merasa harus menghadapi masalah ini dan berhenti melarikan diri.
Aku sudah berjanji untuk menjadi orang yang lebih baik dalam kesempatan hidup keduaku.
Tapi jika aku mati aku tidak akan mendapatkan apapun, meski begitu aku tetap ingin melakukan sesuatu untuk menghadapi masalah ini.
Uh, sepertinya apa yang Ellena katakan benar, aku ini memang bodoh.

"Leon, aku sangat marah padamu, dan aku sangat tidak menyukaimu... Tapi tidak suka bukan berarti aku membencimu."

"A,apa?"

" Meski begitu aku ingin kau bertanggung jawab dengan apa yang sudah kau sebabkan."

"..."

Leon kembali mengerutkan pundaknya.

"karena itu, jika aku benar-benar tidak kembali, tolong jaga rakyat dan budak-budakku. Tolong perlakukan mereka dengan baik seperti kau memperlakukan keluargamu, aku ingin kau melakukan itu karena aku juga melakukan hal yang sama pada mereka."

Sambil mengatakan itu aku berdiri dan mulai berjalan menjauh, meninggalkan Leon yang memandangku dengan mata lebarnya.
Kenapa tiba-tiba aku mengatakan itu, sial! tadi itu seperti aku meninggalkan wasiat trakhir saja!!
Tapi ,itu adalah hal yang tepat, lagi pula setelah ini mungkin aku akan mati.
Guh, sudah pasti mati!! aku masih level 1!!

Part 3

"Oh tuan muda anda sudah tiba?"

Ellena yang sudah berada di sana lebih dulumenyambutku ketika aku sampai di tempat berkumpul.
Hmm senjata apa yang dia pegang? Apa itu katana? bukankah itu terlalu panjang?

"Oh Count, saya sudah mengumpulkan semua prajurit dan petualang seperti yang anda perintahkan."

Dan saat aku sedang melihat senjata yang Ellena bawa Tuan Agloval mengatakan itu padaku, di belakangnya akun melihat para prajurit dan petualang sudah berkumpul.

"Dari semua orang yang memutuskan untuk bertarung hanya terkumpul 130 orang tidak termasuk para petualang yang memilih membantu kita, jika para petualang di ikut sertakan mungkin ada sekitar 170 orang."

 Hmm, cukup banyak. Aku tidak menyangka kota ini memiliki cukup banyak prajurit.
Tapi untuk mengahadapi pasukan monster hitam itu apa kami cukup kuat?
Dan saat aku menanyakan itu...

"...."

Tuan Agloval hanya menundukan kepalanya...
Sudah kuduga dengan jumlah pasukan saat ini memang tidak mungkin, lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?

Sepertinya aku harus memikirkan sesuatu.

"Umm, aku mengerti aku akan memikirkan sesuatu."

Meninggalkan mereka aku berjalan ke tempat yang lebih tenang untuk memikirkan taktik demo menghadapi bencana ini.
Meski aku mengatakan akan memikirkan sesuatu memangnya apa yang bisa di lakukan saat ini? Aku benci mengakui ini semua, tapi aku sudah tidak bisa memikirkan apapun.

Tunggu, mungkin akan lebih baik jika kami memilih untuk lari dan mengorbankan tanah ini.
Tidak, meskipun bisa, tetap harus ada orang yang mengulur makhluk-makhluk itu, dengan kata lain pasukan ini tetap di perlukan sebagai umpan!

"Guh!!"

Ternyata memang tidak bisa!

"Tuan muda anda tidak apa-apa? "

Tiba-tiba Lilli yang sedang berjalan menuju tempat berkumpul melhatku dan kemudian dia menghampiriku.

" Kau pikir aku akan baik-baik saja dengan situasi seperti ini?"

"Hmm, kurasa tidak..."

"Kenapa kau bisa setenang itu?"

benar, kenapa Lilli bisa setenang itu melihat situasi saat ini?

"Hmmm, kenapa ya?..."

"Jangan jawab pertanyaanku dengan pertanyaan!"

"Hahaha"

Dia tertawa?!...

"Tuan Muda...anda tahu saya sangat senang melihat anda saat ini."

"..."

Apa itu? Bukankah saat ini bukan saat yang tepat untuk mengatakan hal seperti itu?!

"Kau tahu jika kau ingin menyatakan cinta ini bukan saat yang tepat."

Tentu saja aku hanya bercanda, tidak mungkin Lilli memiliki perasaan seperti itu padaku.
Hmm, dia memang jarang bicara padaku, kurasa ini saat yang tepat untuk menggodanya.
Kemudian Lilli yang mendengar candaanku mukanya langsung memerah hingga ke telinga.

"Ap,ap,apa?!!... Ti,tidak.. aku..aku..."

Dia panik?, OK itu manis... melihat itu aku merasa perasaanku sedikit lebih baik sekarang.

"Hahaha, aku hanya bercanda..."

"Uuu..."

Hmm, kenapa tiba-tiba sikapnya berubah? Lilli yang biasanya akan bersikap tenang dan dingin. Seolah ada dinding tak terlihat yang melindunginya.
Dan dia tidak akan pernah menghampiriku seperti saat ini kecuali dia sedang merasa khawatir akan sesuatu.
Tapi melihat ekspresinya sekarang, aku tidak melihat rasa khawatir apapun darinya.
Jika aku tidak salah dengar dia bilang kalau dia senang melihatku barusan...
Tapi apa yang sebenarnya membuatnya senang?
Apa dia senang dengan apa yang terjadi padaku saat ini?
Apa dia akan senang karena sebentar lagi aku akan mati?
Apa yang aku pikirkan...aku harus cepat memutuskan sesuatu untuk menangani masalah yang sedang terjadi, Meski begitu...

"Lilli... Apa yang harus aku lakukan?"

Aku sudah benar-benar kehilangan jalan hingga aku ingin bertanya pada siapapun yang aku bisa,  meskipun aku tahu jika mereka tidak memiliki jawaban yang aku perlukan. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan, jika semuanya terus berjalan seperti ini semuanya akan berakhir.

Sudah kuduga mencoba menyelesaikan masalah tanpa jatuhnya seorangpun korban  memang tidak mungkin.
Harus ada seseorang yang menahan makhluk hitam itu sementara para penduduk mengungsi.

Benar menahan mereka...

Berapa lama kami bisa bertahan melawan makhluk hitam itu?.
Apakah masih ada kemungkinan selamat bagi kami?
Dan saat aku memikirkan  itu tangan Lilli menepuk kepalaku...

"Anda tidak perlu khawatir, Saya akan melindungi anda."

"Bukankah harusnya aku yang berkata seperti itu?"

Mendengar jawabanku Lilli tersenyum, kemudian melanjutkan...

"Anda juga tidak perlu mengkhawatirkan para prajurit, karena ketika seseorang memutuskan untuk menjadi prajurit itu berarti mereka harus siap untuk menghadapi keadaan antara hidup dan mati seperti ini."

Meski begitu, aku tetap ingin memkirkan sesuatu untuk menyelamatkan mereka...

"Terlalu banyak berpikir tidak akan menyelesaikan apapun."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?..."

"Anda adalah pemimpin kami, kami akan melakukan apapun yang anda katakan..."

Meski kau bilang seperti itu, saat ini aku tidak memiliki rencana apapun, dan aku juga tidak bisa melakukan apapun, aku masih level 1 tahu...

"Bagi kami para pelayan, dan para prajurit, melihat tuannya lebih memilih tinggal dan bertarung bersama kami adalah sesuatu  yang lebih dari cukup untuk membuat kami senang."

Apa itu, mana mungkin hal seperti itu benar-benar ada.
Keberadaan satu orang tidak mungkin bisa mempengaruhi orang lain sampai sejauh itu.

"Jadi kau pikir aku ini orang baik?, kau pikir tuan macam apa yang membiarkan pelayan rumah tangga untuk maju di garis depan?"

"Hmm, orang yang tega melakukan hal seperti itu? mungkin semacam orang brengsek ..."

"Aku mulai berpikir kalau kau menjadi seperti Ellena..."

"Ahaha, tidak aku hanya bercanda... tapi, di sini aku, Ellena , Leaf, dan Oliver kami berjuang atas kemauan kami sendiri..."

Benar, kalau tidak salah aku sudah memerintahkan mereka untuk mengungsi.
Tunggu, Leaf dan oliver juga ikut?!!

"Ku pikir hanya Ellena yang memilih ikut dalam pertempuran ini, sebentar, apa kalian sebenarnya bekas seorang prajurit?"

Jika aku pikir-pikir, mereka terlalu aneh.
Lilli bisa membaca dan menulis, Ellena bahkan bisa mengurusi dikumen yang harusnya menjadi pekerjaan seorang Count, untuk Leaf dan Oliver... aku tidak tahu apa kelebihan mereka tapi kurasa mereka pasti juga memiliki sesuatu yang di sembunyikan.

Dan lagi, Senjata yang di gunakan Ellena dilihat dari ukurannya aku yakin jika pedang itu bukan pedang biasa, lebih lagi katana bukanlah pedang yang biasa di gunakan di negara ini.

"Jika saya memilih untuk diam dan tidak menjawab apa yang akan anda lakukan?"

Mendengar pertanyaanku, Lilli mengatakan itu sambil membuat senyum mencurigakan.

"Tidak ada... Itu adalah rahasia kalian, aku tidak memiliki hak untuk bertanya sampai sejauh itu. Lagi pula aku tidak mau mendengar sesuatu yang mungkin akan membuatku membenci kalian semua."

"Eh?"

Setelah menjawab pertanyaan itu aku berdiri dan melihat Lilli yang terduduk sambil melihatku dengan mata lebar.

"Sepertinya yang lain sudah berkumpul sebaiknya kita juga kesana."

Saat aku berdiri aku melihat Cerudim dan Cecillia sudah berada di tempat berkumpul, mereka sedang berbicara pada Tuan Agloval dan Ellena.
Jadi aku memutuskan untuk segera ketempat tersebut.

"Tuan Muda..."

Tapi saat aku hendak berjalan Lilli menarik lenganku.

"Apa aku bisa mempercayai Tuan Muda yang sekarang?"

"..."

Mendengar pertanyaan itu untuk beberapa saat aku terdiam.

" Aku tidak berpikir kalau aku ini orang baik, tapi ... aku akan senang jika kau bisa mempercayaiku."

Jika ini adalah adegan dalam Novel romantis, si tokoh utama pasti akan mengatakan sesuatu seperti "Aku tidak akan pernah mengecewakanmu!" atau " Serahkan semuanya padaku!".
Tapi sayangnya aku bukan orang seperti itu...

"Anda tahu, anda tidak menjawab pertanyaanku sama sekali..."

Mengatakan itu Lilli membuat senyum masam.

"Maaf... aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, karena suatu saat nanti mungkin aku akan kembali seperti aku yang dulu, dan akan kembali berbuat kasar pada kalian..."

Meski ini hanya perkiraan, tapi mungkin suatu saat nanti aku akan menghilang, dan jiwa pemilik tubuh ini yang sebenarnya akan kembali.

"..."

Lilli terdiam, tapi dia tidak melepas tanganku.
Untuk beberapa saat suasana menjadi hening, Lalu Lilli mulai berbicara lagi.

"Apa tidak bisa Tuan muda tetap seperti ini?..."

Dan perlahan dia melepaskan tanganku.
Aku tidak bisa menjawab pertanyaanya, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan saat ini.
Meninggalkan Lilli yang masih menunggu jawabanku, aku berjalan menuju tempat berkumpul dimana Cerudim dan yang lainya berdiri.

"Oh, Nicho kau masih di sini, ku kira kau sudah kabur."

Melihat aku berjalan mendekat, Cerudim mengatakan itu sambil memasang senyum ramah seperti biasanya.
Sudah ku duga orang ini menyeramkan...

"Maaf jika aku mengecewakanmu Cerudim."

Mengatakan itu, aku juga tersenyum padanya.

"Kalian tahu kalian tersenyum seperti penjahat."

Kali ini Ellena yang memprotes dan Cecillia di sampingnya mengangguk meng iyakan perkataan Ellena.
Hmm, apa aku terlihat seburuk itu?

"Umm, Tuan Muda apa yang barusan anda bicarakan dengan Lilli?"

Oh? dia melihatnya?

"Bukan apa-apa, Lilli hanya mencoba menenangkanku."

"Hanya itu?"

Menanggapi pentanyaan Ellena aku mengangguk.

"Anda tahu, anda tidak pintar berbohong..."

"..."

Seperti yang sudah kuduga sangat sulit untuk berbohong di depan Ellena.

"Tapi saya tidak akan bertanya lebih jauh..."

"Hei Ellena, kau pikir kita masih bisa hidup setelah ini?"

"Anda pikir saya tahu?"

"Benar, maaf..."

Aku merasa seperti kelinci yang mencoba melompat kedalam api. Rencana yang bisa aku pikirkan adalah terus menahan mereka hingga seluruh penduduk mengungsi, setelah itu mundur secepat mungkin dengan orang yang tersisa.

"Ah Tuan Nicho!!"

Leaf menghampiriku saat dia melihatku.
Huh? penampilan apa itu, Leaf menggunakan pakaian yang mirip seperti pakaian tradisional china dengan dua buah Knucle berbentuk kepala singa di kedua lenganya, eh bukankah ukuranya terlalu besar? apa itu tidak berat?

"Umm, Benda apa itu?"

"Oh? umm, ini Cestus senjata istimewa yang selalu menjadi andalan saya."

Sudah kuduga Trio Maid memang mencurigakan.

"Meski Cestus tidak secepat Raikiri milik Kak Ellena tapi senjata ini tidak akan kalah dari segi kekuatan"

Raikiri? jadi itu nama pedang  katana besar yang Ellena bawa?
Kenapa ada bahasa jepang di sini?!

"Umm, nama Raikiri berasal dari negara di timur jauh tempat Kak Ellena berasal."

Apakah hal itu cara dunia ini mengolah sebutan yang mudah aku pahami? Kurasa tidak, jika benar begitu akan lebih mudah jika menggunakan bahasa inggris.

Tapi, negara di timur jauh? mungkin aku harus mengunjunginya suatu saat nanti, jika aku masih bisa hidup tentunya.

"Umm, Tuan Nicho apa anda sudah baikan, apa tubuh anda tidak apa-apa? Maksud saya, racun yang ada di tubuh anda apakah semuanya sudah benar-benar hilang?"

Racun? Oh, benar saat aku pertama kali terbangun di dunia ini aku dalam keadaan terkena racun berlogam berat.
Tapi saat ini aku merasa tubuhku sudah lebih baik bahkan tidak ada rasa sakit yang terasa dari efek racun, tidak, bahkan aku merasa semua racun yang ada di dalam tubuhku sudah hilang.
Ngomong-ngomong sejak kapan aku merasa tubuhku menjadi sebaik ini? Umm, jika aku ingat aku mulai merasa lebih sehat setelah tidur di ruang kerja bersama Ellena.
Tapi apa yang terjadi sebelum aku tertidur?...

Saat memikirkan itu aku melihat kearah Ellena, dan dia membalas dengan melambaikan tangan.

"Saya ingin melapor , makhluk-makhluk hitam itu sudah semakin dekat dengan kota ini jika kita tidak segera bergerak semuanya akan  terlambat"

Salah seorang penjaga yang bertugas mengawasi dari menara pengintai meneriakan itu.
Dan itu adalah tanda jika sekarang sudah saatnya untuk bergerak.

"Oh sepertinya ini sudah di mulai..."

"Tuan Cerudim sebaiknya kita segera pergi"

" Hmm, benar..."

Mengatakan itu Cerudim dan ke dua penjaganya berjalan meninggalkan tempat ini.

"Hoo, kau kabur?..."

"Maaf saja, tapi aku tidak boleh mati dalam pertempuran ini karena aku harus memimpin rakyatku yang masih tersisa. Tapi tenang saja, aku akan memberikan prajuritku untuk membantu."

Alasan itu,ternyata dia sama seperti orang-orang busuk yang menyebut diri mereka bangsawan.

"Kakak..."

Tiba-tiba Cecillia yang dari tadi mengikuti Cerudim menghentikan langklahnya.

"Ada apa Cecillia? jika kita cepat kita akan terlambat."

"Aku, aku akan terus berada disini..."

"..."

Tiba-tiba Cerudim terdiam..."

"Aku , aku ingin bersama prajurit kita sampai akhir, aku juga ingin bertarung demi rakyat kita."

Setelah mendengar kata-kata Cecillia Cerudim mengarahkan tatapan padaku.
Ooi, jangan menatapku dengan tatapan tajam seperti itu, tatapanmu seolah menunjukan kalau aku adalah orang yang paling bersalah di sini!!

"Cecillia__"

"Aku tahu, tapi aku ini tidak seperti kakak. Aku ini bodoh tanpa aku pun rakyat kita masih bisa bertahan... meski begitu aku tidak ingin menhadi pengecut yang tidak bisa berbuat apa-apa. setidaknya aku tidak ingin kalah dengan orang bodoh disana."

Dan Cecillia menunjuk padaku...

"Kau tahu , sudah terlalu banyak kata bodoh yang di tujukan padaku hari ini..."

Tanpa menanggapi protesku Cecillia menunduk pada kakaknya.

"Larena itu kumohon..."

"Baiklah aku mengerti... "

Setelah mengatakan itu Cerudim kembali menatapku.
Kau menerima permintaan adikmu semudah itu?
Kau tahu dia mungkin akan mati dalam pertempuran ini!

"Aku titipkan adikku padamu, jaga dia baik-baik."

"Hei!!"

Jangan memutuskan hal seperti itu seenaknya!!

7 Responses so far.

  1. Mantap,lanjutgan

  2. perasaan aku saja atau sebenarnya nicho tidak pindah dimensi atau apa, dia hanya kembali ke abad pertengahan? (jika benar tolong salto kedepan, jika salah tolong salto ke belakang) abaikan imo gk jelas ini :D
    mantap seperti biasa kk... dan saya masih berharap ada yg bikin doujin dengan tema seperti ini hahah

  3. Oh? ada pembaca barukah?

  4. mungkin benar... mungkin juga salah... jadi saya harus salto kemana nih ...

  5. Oh? ada pembaca barukah?

  6. Chapter 5 nya kok gak ada gan?

  7. maaf kk kmaren kedelete tp sudah saya upload kembali.

Posting Komentar

    About Me

    Medusa Lilly Fans
    Lihat profil lengkapku

    Followers