. post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Background

Pages

Minggu, 02 Agustus 2015 di 06.48 Diposting oleh Medusa Lilly Fans 5 Comments


Part:1

Matahari sudah mulai terbenam, dan kami memulai operasi pertahanan kami.
Fokus utama dalam rencana ini adalah bertahan selama mungkin untuk membiarkan penduduk mengungsi dan kemudian mundur secepat mungkin.
Tapi, jika keadaan mengijinkan mungkin kami bisa melancarkan serangan pada Goliath yang masih berada pada mode terlemahnya.
Tapi yang menjadi masalah disini adalah...Apakah kami bisa bertahan sampai semua penduduk mengungsi dan berjalan cukup jauh dari makhluk hitam tersebut.
Dan tentang Goliath sendiri, spirit misterius yang di segel di dalam hutan terlarang Sanctum sanctuary oleh para Forest Elf, dia sudah mulai bangkit secara perlahan dan mengakibatkan gempa bumi di wilayah ini..
Sekarang satu-satunya yang bisa kami lakukan adalah menunggu bantuan dari pihak keluarga Antharas yang Leon janjikan.
Sepertinya tanah ini akan benar-benar rata.

"Fire Bolt!!"
"Sagita magica series lucis"

Di udara puluhan panah cahaya dan bola api yang di lafalkan oleh para Mage di sisi pertahanan dinding sihir melesat menuju dimana Goliath berada, tapi para Anti Body tiba-tiba terbang dan menghalangi serangan tersebut.
Hal ini sudah terjadi berkali-kali, dan ini adalah tembakan keempat yang sudah di lancarkan dan seperti biasa para Anti Body menyebalkan itu selalu berhasil menggagalkan serangan sihir tersebut.

"Sudah kuduga, prajurit yang tidak takut mati adalah musuh paling menakutkan..."

Tuan Agloval di sampingku mengatakan itu sambil mengernyitkan dahinya.
Dia juga bisa membuat wajah seperti itu huh?

"Hmm, aku setuju tidak memiliki rasa takut akan kematian itu berarti mereka tidak bisa di pengaruhi dengan taktik serangan mental."

Dan sekarang Ellena juga mengangguk menyetujui hal itu.
Ini menyebalkan ketika mereka percaya padamu dan berjuang bersamamu tapi kau tidak tahu apa yang harus di lakukan.

"Tuan Muda, jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Eh?!"

Memegang pundakku Ellena menanyakan itu.
Kau pikir aku tahu apa yang harus di lakukan sekarang?!
Mengabaikan aku yang kebingungan dia berbalik pada para ksatria, dan...

"Semuanya dengar!! Kita akan berperang demi kebanggaan kita sebagai seorang prajurit."

Tanpa mempedulikan aku Ellena tiba tiba meneriakan itu pada para pasukan.

"Dan Tuan Muda kita sudah menetapkan hati untuk berjuang bersama kita."

Dan pada saat Ellena mengatakan itu, semua prajurit mulai berdiri.

"Dia memiliki pesan yang ingin di sampaikan pada kalian para ksatria terhormat."

Menepuk punggungku sambil membisikan "Tuan Muda selanjutnya aku serahkan pada anda" Ellena tersenyum padaku.
Apa maksudnya ini!! Kau ingin aku mengatakan kata-kata penyemangat?!!...

Jangan bercanda?!! bahkan di duniaku sebelumnya aku tidak pernah bicara di depan kelas dan sekarang kau menyuruhku bicara di depan 170 orang prajurit?!

"E,Ellena... Mungkin membiarkan aku bicara pada mereka adalah ide yang buruk..."

Maksudku bagi mereka aku adalah Nicholas Edward Silvester yang di kenal jahat.
Mungkin berbicara pada mereka justru membuat suasana hati mereka menjadi lebih buruk.

"Aku tahu, tapi jika anda ingin membuat pandangan mereka tentang anda berubah ini adalah saatnya."

Jangan mengatakan hal itu seolah itu mudah untuk di lakukan!!

Meski aku ingin mengatkan itu pada Ellena akhirnya aku menyerah dan mulai berjalan ke atas podium.
Dan setelah sampai di atas aku bisa melihat seluruh prajurit yang berbaris rapi di depanku.
Aku ingin pulaaaannnggg!!!

"Lakukan Tuan Muda!! kita tidak punya banyak waktu lagi!!"

Jangan memerintahku, lakukan sendiri jika kau mau mempercepat hal ini!!

Dan seperti apa yang sudah ku duga, aku hanya mengoceh tidak jelas dengan mengatakan "aaa...", "Umm, dan " uhuk"
Sudah kuduga aku tidak mungkin kelakukanya?!!

"Apa yang dia lakukan?"
"Bukan, lebih tepatnya apa yang bisa dia lakukan?!!"
"Benar, pada akhirnya kita semua akan mati."
"Memangnya, karena dia bergabung dengan kita hasil pertempuran ini akan berubah?"
"Jangan harap orang brengsek sepertimu akan mendapat kesetiaan dari kami!"
"Bodoh apa yang kau lakukan?!!, kau ingin mati?!!"
"Siapa yang peduli, pada akhirnya kita semua akan mati dalam pertempuran ini!!"

Mereka meneriakan semua hal itu padaku saat melihat aku berdiri di atas podium.
Sepertinya memang tidak ada ruang untukku di hati mereka.
Aku mulai berpikir ulang.
Sejak awal Nicholas bukanlah orang yang baik, tidak peduli seperti apa aku yang sebenarnya mereka hanya mengetahui diriku sebagai Nicholas yang sudah berbuat jahat pada mereka.
Dan sekarang mereka memiliki kewajiban untuk mati demi orang seperti itu.
Meski begitu...

"Benar, aku adalah orang brengsek seperti yang kalian katakan... kalian tahu hidup ini benar-benar membosankan... "

Aku tidak ingin menjadi orang yang hanya bisa terus menyerah pada keadaan,karena itu jika aku tidak bisa mendekati mereka.
Maka aku akan menjadi orang yang paling mereka benci dan memberikan tujuan pada mereka agar mereka bisa memiliki tujuan hidup... meski tujuan itu adalah untuk memenggal kepalaku.

"Dan sekarang aku akan mati di sini... tentu saja aku akan membawa sampah-sampah seperti kalian bersamaku untuk membuat semua ini semakin menarik, jadi berterimakasihlah."


Mengatakan itu aku tersenyum sinis pada mereka, dan mereka mulai menunjukan kebencian di wajah mereka.
Sepertinya aku memang harus menjadi orang jahat di dunia ini, lagi pula menyemangati seseorang memang bukan keahlianku.
Memahami hal itu aku menuruni podium dengan angkuh, dan di pertengahan jalanku aku meneriakan ini pada para prajurit di belakangku.

" Jika kalian memang tidak bisa berjuang demi diriku, setidaknya berjuanglah demi orang-orang yang kalian cintai, demi orang-orang yang menantikan kepulangan kalian di kota tersebut, demi tempat dimana kalian sudah di lahirkan dan berjuang disana."

Dan jika sesuatu terjadi pada kalian, jika aku masih bisa terus hidup setelah ini, aku akan menanggung semuanya...
Agar kalian bisa tenang meninggalkan semua yang kalian cintai dan perjuangkan.
Dan jika di dalam peperangan nanti kalian menipuku dan mengorbankan diriku demi keselamatan kalian...
Aku tidak akan menyalahkan kalian...

Part 2

"Hei itu tidak terlalu buruk..."

Setelah aku menuruni podium Cecillia tiba-tiba menghampiriku.

"Apa maksudmu? aku mengatakan kata-kata menyakitkan seperti itu dan kau menganggapnya tidak buruk?... apa kepalamu sakit?"

"Hei, aku sedang mencoba memujimu di sini..."

"...."

Mengatakan itu dia sedikit menciutkan bibirnya, kenapa pipinya memerah seperti itu?
Tunggu, dia bilang ingin memujiku? apa aku salah dengar?...
Maksudku Cecillia bukan orang yang bisa mengatakan hal baik seperti itu tentang diriku.

"Nicholas Edward Silvester dengan alias Clever Rabit. pria muda yang di berkahi dengan banyak kelebihan. Terutama kecerdasannya yang melebihi kata jenius..."

mengatakan itu sambil memasang senyum manis dia meneruskan dengan "Tapi"

"... Karena dia terlalu jenius, tidak ada seorangpun yang bisa memahaminya. Dan tiba-tiba dia sudah menjadi orang yang di takuti dan di benci bangsawam yang lain, bahkan rakyatnya sendiri sangat membencinya..."

Mendengar itu aku hanya bisa bengong...

"Apa kau terkejut karena aku mengetahui banyak hal tentang dirimu?"

mengatakan itu dengan bangga Cecillia menekan pipiku dengan jarinya.

"..."

bagaimana aku harus menjawabnya, sebenarnya aku lebih terkejut karena mengetahui betapa menakjubkanya Nicholas yang sebenarnya.

"Tapi Nicholas yang aku lihat saat ini tidak seperti Nicholas yang pernah aku dengar, Nicholas di depanku terlihat lebih bodoh dan tidak menunjukan wibawa seperti di dalam rumor"

Tentu saja karena aku bukan Nicholas yang kau maksud, dan berhentilah mengatakan kalau aku ini bodoh!!
Setelah itu Cecillia melanjutkan dengan "Meski begitu" sambil mengubah eksperinya ke wajah yang lebih serius.

"Hal itu tidak mengubah fakta bahwa kau adalah orang yang sulit di tebak, seperti apa yang kau lakukan barusan...Jika kau mengatakan akan mati bersama mereka tentu mereka hanya akan menganggp remeh dirimu dan tidak akan menerima keberadaanmu di dalam grup mereka, tapi dengan mengatakan akan membawa mereka mati bersamamu..."

Cecillia mulai memasang senyum masam padaku...

"Itu tidak ada bedanya dengan mengatakan akan mati bersama mereka... cara yang cukup licik untuk memaksa mereka menerimamu huh?..."

Kenapa orang-orang di sekelilingku selalu saja bisa membaca apa yang ada di dalam pikiranku?
Aku menatap dengan tatapan dingin pada Cecillia, kemudian aku melanjutkan.

"Sayangnya mereka tidak akan pernah menerimaku..."
"Mungkin benar, tapi setidaknya kau memberi tujuan bagi mereka untuk terus hidup..."

Kembali menunjukan senyum lembutnya Cecillia  melanjutkan kalimatnya..

"Meski tujuan itu adalah untuk membunuhmu..."

Tapi dari senyum lembut tersebut aku justru merasakan perasaan dingin yang seolah menusuk hatiku.
Seolah dia menunjukan rasa kasihan padaku.
Kemudian aku mengbaikan kata-kata Cecillia dan meninggalkanya...
Apa yang dia katakan benar...

Karena itu adalah satu-satunya yang bisa aku lakukan demi mereka...
Memberikan mereka tujuan untuk hidup...

Setelah beberapa saat berjalann akhirnya akus ampai di gerbang kota/
Di sana aku melihat beberapa orang sedang mengawasi keadaan, ketika aku menghampiri mereka Tuan Agloval, Lilli dan Leaf menyambutku...
Tunggu, bahkan Oliver juga berada di sini?

"Tuan Muda musuh sudah memasuki wilayah anda."
"Umm, aku mengerti...Tuan Agloval posisikan semua pasukan untuk siap berperang."
"Saya mengerti..."

Saat ini kami harus menghadapi pertempuran ini, di belakangku para prajurit mulai berkumpul.
Bersamaan dengan teriakan penuh semangat kami menyerbu pada kegelapan yang mencoba menelan tanah ini.

Part 3

Kami mulai memasuki hutan saat monster-monster hitam mengamuk dan merusak apapun yang mereka lewati, ini sangat mengerikan.

Para prajurit sudah di posisikan pada posisi masing-masing dan fokus untuk mempertahankan garis pertahanan kota hingga semua penduduk berhasil keluar dari kota.

"Tuan Muda tolong mundur.."
"Uh? Ellena apa yang akan kau lakukan?"
"Aku akan maju kedepan..."

menghempaskan ekornya Ellena menyerbu dengan katana panjangya...

"Grand Slash!!"

Dia menebas sepuluh monster dalam satu tebasan?!!

"Uuu, aku tidak akan kalah... Martial Art Element Earth... Lion Howl!!"

Mènyerbu kearah kerumunan monster yang berjalan mendekat kemudian Leaf meninju tanah dengan senjata yang dia sebut Cestus, Leaf membuat sebuah ledakan udara dan menghancurkan semua musuh yang berada di radius lima meter dari Leaf!!

Itu Over Kill!!!

Suara logam mulai bergema di sekelilingku, sepertinya semua prajurit sudah memulai peran mereka.
Saat aku memperhatikan Ellena dan Leaf bertarung dari sampingku Antibody berukurtan kecil bergerak cepat menyerangku.

"Tidak akan aku biarkan!!"

Dari kejauhan suara Lilli terdengar, dan bersamaan dengan itu ribuan panah cahaya menghujani para antibody yang menyerangku.

"Lilli!!"
"maaf saya terlambat Tuan Muda."

Membawa busur besar dan pisau di pinggangnya Lilli berlari menghampiriku.

"Tuan Muda, untuk saat ini saya memutuskan untuk mengikuti anda!!"

Begitukah? sepertinya dia sudah memikirkanya dengan baik
Aku bisa melihat itu dari ekspresi serius yang dia tunjukan.
Meski begitu hanya ada satu hal yang bisa aku katakan untuk membalas perasaanya...

"Jangan salahkan aku jika nanti kau menyesal telah megikutiku."

Mendengar jawabanku wajah Lilli menjadi gelap, dan dia menarik lenganku membuat wajahku mendekat padanya bahkan aku bisa merasakan safasnya..

"Jangan mengatakan hal seperti itu!! ... jangan mengatakan sesuatu seolah anda adalah orang yang membawa masalah untuk kami!!... Anda adalah tuan dari tanah ini, tuan kami , tidak masalah jika anda ingin bersikap sedikit egois. Aku sudah menyadari hal itu karena itu aku memutuskan untuk mengikuti anda. Meski begitu, setidaknya berikan kami harapan dan keinginan untuk mengikuti anda!!"
"Bagus Lilli, sudah ku duga  kau adalah orang yang tepat untuk mengatakan hal itu pada tuan kita yang bodoh"

Dan Ellena yang masih berlumuran carian hitam dari Antibody tiba-tiba mengatakan itu sambil tersenyum padaku, ah dan tolong berhenti memanggilku bodoh...

"Ellena, jika kau sudah tahu sikap buruk tuan kita harusnya kau lebih cepat mengingatkannya."
"Hoya... ku pikir peran itu lebih cocok untukmu..."

(Hoya: sebenarnya itu sama seperti ketika chara jepang mengatakan "Ara" cuma saya pengen bikin versi indonya >,<)

"Haah, seperti biasa kau memang selalu merencanakan sesuatu yang tidak perlu.."
"Eheheh... tapi itu sangat menyenangkan.."

Kembali mengarahkan pandangannya padaku Lilli memasang wajah marah.
Melepaskan tanganku gadis itu menatapku tajam, kemudian dia berkata...

"Tolong jangan mengatakan hal seperti itu lagi."

Dan aku...
Aku hanya bisa mengangguk menurutinya...
Dia sangat menyeramkan.

"Baiklah sepertinya waktu bicara sudah usai."

Saat Ellena mengatakan itu aku menyadari bahwa saat ini kami sudah di kepung dari segala arah.

"Lilli, aku serahkan padamu."
"Tunggu, Ellena... Dengan Raikirimu harusnya ini akan lebih mudahkan?"
"Itu benar, tapi aku ingin melihat senjata unikmu bekerja saat ini."
"Haaahh... aku mengerti, Leaf tolong mundur sebentar."

Mendengar perintah Lilli Leaf segera mundur sambil mengatakan "uwah.. Baik".
Menghadapi kerumunan Antibody yang mengerumuni kami, Lilli mulai mengeluarkan pisau yang berada di pinggangnya.
Tunggu...
Itu adalah pisau dengan bentuk unik,  meliuk-liuk seperti ekor ular dengan ukuran yang tidak terlalu panjang.
Itu Keris kan!!!!!...

"Ini adalah senjata yang aku dapat dari negeri jauh di tenggara.  Senjata yang merupakan perwujudan dari salah satu uroboros, Ular abadi yang bersemayam di tengah samudra, Antareja!!"

Heee!!!!
Aku tidak menyangka akan melihat senjata itu di dunia ini!!!!
Dan Antareja , bukankah itu salah satu tokoh dalam mitos di Indonesia?!!
Aku mulai berpikir jika aku tidak berpindah dunia tapi hanya kembali ke masa lalu.
Mungkin itu benar...

"Horyaa..."

Mengabaikan jumlah musuh yang dia hadapi Lilli mulai menyerang.
Gerakan lincahnya dengan cepat melewati beberapa Antibody, dan setiap kali dia mengayunkan kerisnya Antibody hancur satu persatu.

"Hebat..."

Aku hanya bisa kagum dengan pemandangan di depanku.
Dia hebat...

"Hoya?... apa anda terkejut?... itu adalah senjata terkuat milik Lilli, mungkin dari semua senjata yang kami  miliki Antareja adalah senjata paling mematikan."
"Eh?"
"Efek dari senjata itu adalah Absolute Death... hanya dengan satu goresan dari senjata itu dan kematian akan mendatangimu."

Itu OVER POWERRR!!!.
Bagaimana senjata itu bisa ada di dunia ini!!

"Akan aku beri sedikit rahasia, Mungkin anda tidak ingat siapa kami sebenarnya tapi dalam kondisi terbaik kami , kami setara bahkan lebih kuat dari pada Goliath."

Apa itu? mengatakan itu Lilli menunjukan senyum nakalnya.
Apa dia mencoba mengatakan padaku bahwa Ellena, Lilli ,Leaf dan Oliver adalah makhluk yang memiliki kekuatan di luar kendaliku?.

"Blandire Crush!!!"

Menggunakan kapak besar Oliver tiba-tiba menyerbu dalam kerumunan Antibody yang mengepung Lilli.

"Lihat, untuk ukuran budak bukankah Oliver terlalu kuat?, kemudian Lilli dan aku apakah kami tidak terlalu pintar seorang budak pelayan?"

Pada dasarnya pelayan memiliki derajat lebih tinggi dari pada budak pelayan, tapi jika aku tidak salah ingat bahkan pelayan tidak di ijinkan untuk belajar lebih dari membaca dan menulis kecuali mereka adalah pelayan bangsawan.

"Lalu, sebenarnya kalian itu apa?"

Setelah mendengar semua itu aku hanya bisa terus bertanya-tanya pada apa yang Ellena katakan.

"Suatu saat nanti anda akan mengetahuinya, sebelum itu terjadi... anda harus tetap berhati-hati pada kami."

Perasaan ini, tatapan dingin dan penuh kebencian ini, Ellena menujukan semua perasaan itu padaku.

"Meski saya telah berjanji untuk melindungi anda, tapi itu berlaku hanya sampai peperangan ini selesai."

Menyelesaikan kalimatnya Ellena langsung menyerbu pada kerumunan Antibody di sampingku.
Kenapa dia mengatakan hal itu? apa dia memperingatkan aku agar aku tidak lengah terhadap mereka?
Lalu apa yan harus aku lakukan?

Part 4

4 jam sudah berlalu sejak kami memulai operasi kami, meski sudah bertahan selama 4 jam kekuatan pasukan kami masih bisa di pertahankan.
Terima kasih pada para Mage yang terus menerus menembakan sihir sekala besar pada para Antibody yang mengepung pasukan.

Tapi di lihat dari jumlah ledakan sihir yang mulai berkurang , sepertinya mereka sudah mulai kelelahan.
Yah, mau bagaimana lagi, melihat Antibody yang terus muncul tanpa henti tentu saja itu akan menguras banyak stamina dan mana untuk menahan mereka.

"Aura!!"

Melafalkan satu-satunya mantra yang aku kuasai aku memberikan tambahan pada Stat orang-orang dalam radius 5 meter dariku.
Well meski ini hanyalah sihir dasar bonus Stat yang di dapat ternyata cukup tinggi, mencakup 30% dari Stat utama , Umm mungkin ini termasuk cheat jika di masukan dalam kategori sihir dasar.

"Umm, sudah ku duga kau memang menakjubkan Clever Rabit.."
"HUEH!!!"

Cecillia tiba-tiba muncul di belakangku saat aku tidak memperhatikan, dari mana dia muncul!! tidak lebih tepatnya kemana saja dia selama ini?!!

"Cecill...kemana saja kau..."
"Cecill?!... Si,siapa ya,yang mengijinkanmu memanggilku dengan akrab seperti itu?!!"
"..."

Kenapa setiap kali aku memulai percakapan dengannya pasti berakhir dengan dia berteriak padaku?

"Bukan seperti itu,...maksudku, kau tahu memanggilmu dengan nama Cecillia itu merepotkan jadi..."
"Oohhh.. jadi kau berani menghina nama adik dari pemimpin Forest Elf huh?"
"Tidak .. aku..."

kenapa jadi seperti ini akhirnya?.
Setelah menjelaskan selama 5 menit penuh akhirnya aku bisa menenangkanya.

"Ji,jika memang seperti itu harusnya kau menjelaskanya lebih awal"
"..."

Aku sudah mencoba menjelaskanya sejak 5 menit yang lalu!!
Sudah kuduga aku perlu memberi pelajaran pada gadis ini.

"Tuan Muda ...boo!!"

Tiba-tiba Leaf menarik bajuku, dan dia..
Kenapa dia menggembungkan pipinya?

"Tuan Muda saya tahu anda sangat senang di temani gadis secantik Nona Cecillia tapi anda juga harus ingat jika kita sedang berperang, ini juga berlaku untuk anda Nona Cecillia"

Seperti biasa Ellena selalu memberikan komentar aneh pada ku.

"A,apa aku juga?  ja, jangan samakan aku dengan makhluk ini!!!"

Cecillia menunjuk padaku.
Hmm, aku di panggil dengan sebutan "makhluk ini" huh?

"Hei jangan mengatakan sesuatu seolah aku adalah maklhuk asing di sini..."

karena itu sangat menyakitkan...
Aku memprotes pada Cecillia.

"Horyaa!!!"

Suara Oliver menyerbu pada kumpulan Antibody terdengar..
benar, saat ini masih dalam pertempuran, sebaiknya kami fokus pada pertempuran ini..

Saat aku memikirkan itu, tanah tiba-tiba bergetar, tangan raksasa yang muncul dari dalam tanah mulai bergerak.

"ini tidak mungkin..."

Cecillia di sampingku mulai memasang wajah takut.
Benar Goliath mulai bangkit.
Tapi, kenapa sekarang?, bukankah Goliath membutuh sehari penuh untuk benar-benar bangkit?.
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres di balik semua ini.

Bersamaan dengan teriakan para prajurit kami mensiagakan pertahanan kami hingga tingkat maksimal.
Menghadapi raksasa yang sedang bangkit, aku semakin kehilangan jalan menuju kemenangan
Apakah ini adalah akhir dari kami?


Note:Maaf lama baru update, karena ada sedikit masalah dengan keluarga jadi saya menunda penulisan chpater ini. tapi yah berhubung sudah selesai .. selamat menikmati.



5 Responses so far.

  1. Mungkin ini novel amatir terbagus yang pernah saya baca. nggak ada kata yang lain.
    Terima kasih atas karyamu. Updatenya cepet ya!!

  2. Kalau boleh request, jadiin Ellena Heroine utama dong.

  3. terima kasih pujianya kk, Ellena jadi Heroine utama?.. Hmm... kita lihat aja nanti...

  4. BTW saya lg mikirin kemampuan khusus buat Nicho jd chapter selanjutnya agak lama

  5. Kalau bida beri saya kritik kk biar saya bisa belajar...

Posting Komentar

    About Me

    Medusa Lilly Fans
    Lihat profil lengkapku

    Followers