. post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Background

Pages

Selasa, 04 Agustus 2015 di 04.09 Diposting oleh Medusa Lilly Fans 6 Comments


Part 1

Dari dalam kegelapan hutan, tangan besar yang menjulang dari dalam tanah mulai bangkit menunjukan wujud aslinya. Tanah bergoncang seolah akan menghancurkan setiap bangunan yang berdiri di atasnya dan bersamaan dengan bangkitnya makhluk raksasa tersebut awan gelap mulai memenuhi langit.

"Itu Goliath?"

Mata merahnya yang memancar dari dalam helm prajurit yang dia kenakan membawa tekanan hebat pada semua yang melihat, dia mulai mengembangkan sayap hitamnya, membuat seolah sayap tersebut menutupi seluruh langit.
Aku tidak bisa lagi membayangkan apa yang akan terjadi, semua ini di luar perkiraanku, Goliath bangkit lebih cepat dari apa yang Cerudim katakan, kenapa bisa begini?!

"Tu,Tuan Muda ayo lari!!!"

Tidak menyadari apa yang terjadi tiba-tiba seseorang menarik tanganku.

"Lilli...?"
"Ini gawat, makhluk itu bangun lebih cepat dari yang di perkirakan sebaiknya kita cepat lari!"

Mengatakan itu Lilli terus menarikku, dari raut wajahnya aku melihat ketakutan yang sedang dia tahan.

"Sial, kenapa makluk itu bisa bangkit lebih cepat dari seharusnya"
"Fuueee... ini benar- benar buruk!!"

Ellena dan Leaf yang berlari di sampingku menunjukan ekspresi yang sama dengan Lilli.
Sepertinya semuanya sudah menjadi semakin buruk.

"Hei kalian cepatlah..."

Dan Cecillia yang melompat di pepohonan mengatakan itu dengan ekspresi yang jauh lebih buruk, sepertinya dia benar-benar takut.

"Guu, semoga kita sempat."
"Nona Cecillia kenapa anda terlihat sangat khawatir?"

Kemudian ketika Leaf menanyakan itu pada Cecillia langit gelap di atas kami berubah menjadi merah.

"Sial, kita terlambat!!"

Kali ini wajah Cecillia menjadi benar-benar pucat.

"A,apa yang terjadi..."
"Kita sudah masuk dalam penghalang yang di buat Goliath"

Menanggapi pertanyaan Ellena Cecillia mengatakan itu sambil mengepalkan tanganya semakin erat.

"Ketika Golliat memulai tiraninya dia akan memerangkap ruang di seklilingnya untuk menghalangi gangguan dari luar dan mencegah mangsanya melarikan diri."

Dengan kata lain Golliath tidak memberikan kesempatan bagi musuhnya untuk melarikan diri atau membiarkan bantuan dari luar penghalang untuk masuk!?

" Jika itu adalah aku yang merupakan High Forest Elf mungkin bisa melewati penghalang tersebut. Selain itu, kalian para pelayan, aku tidak tahu apa yang terjadi tapi, aku merasakan sesuatu yang aneh pada kalian, aku merasa seolah kalian bukan Demihuman biasa. Jika itu benar harusnya kalian juga bisa melewati penghalang ini dengan mudah tapi, aku tidak mejamin manusia lemah itu juga bisa keluar bersama kita."

Saat itu Cecillia menunjuk padaku.
Saat kami sedang berbicara cahaya merah berkumpul di antara kedua telapak tangan Goliath dan...

Boom...

Bersamaan dengan teriakan para prajurit pilar cahaya di tembakkan dari telapak tangan golliath, semua yang di lewati oleh cahaya merah tersebut hangus dalam sekejap.
Antibody yang mengerumuni kami juga semakin aktif, gerakan mereka semakin cepat dan semakin lincah.

Mereka tidak lagi terlihat seperti makhluk tak berotak yang hanya bergerak berdasarkan insting.
Selain itu, jika apa yang di katakan Cecillia benar,jika Lilli Ellena dan Leaf bukan Demihuman biasa dan manusia lemah sepertiku tidak akan bisa melewati penghalang maka sudah tidak ada harapan lagi untukku.
Apa ini akan berakhir seperti ini?...
Apa aku akan benar-benar mati?
Apa aku tidak bisa melakukan apapun?
Semua pertanyaan itu terus berputar di dalam kepalaku.

"Sial apa yang harus aku lakukan"
"Tu,tuan Muda anda tidak apa-apa?"

Lilli menepuk pundakku.

"Tuan Muda, anda tidak perlu khawatir anda pasti akan selamat."

Melihatku yang mulai depresi Lilli menunjukan wajah khawatir padaku di belakangnya Ellena dan Leaf juga memasang wajah yang sama.
Benar, setidaknya aku harus menyelamatkan mereka.
Jika aku dan prajurit lain yang hanya manusia biasa tidak mungkin bisa selamat karena kami lemah setidaknya aku harus menyelamatkan mereka.

"Hei, bukankah akan lebih baik jika kalian meninggalkan aku sekarang?"

Benar, dalam keadaan seperti ini hal terbaik adalah meninggalkan semua yang tidak di perlukan.

"Jika benar, hanya kalian yang bisa melewati penghalang yang didirikan Goliath, maka tidak ada gunanya membawaku bersama kalian."

Karena aku ini lemah, karena aku tidak bisa melakukan apapun untuk para prajurit yang bertarung demi diriku.
Benar, aku memiliki tanggung jawab yang sudah di bebankan padaku.
Jika aku selamat, dan membiarkan mereka mati aku tidak akan bisa mengatakan diriku adalah Tuan yang baik dan aku tidak akan bisa menunjukan wajahku di depan keluarga meraka yang sudah gugur.
Lagi pula aku sudah berjanji pada mereka, jika aku tidak bisa melindungi mereka, setidaknya aku akan mati bersama mereka, karena itu...


"Aku tidak mau menjadi pengecut yang hanya bisa melarikan diri. Tapi kalian berbeda, kalian tidak memiliki beban yang harus kalian tanggung, kalian memiliki jalan hidup kalian sendiri, jalan hidup yang masih panjang."
"Beban? apa ini tentang apa yang anda katakan pada para prajurit?"

Ellena menciutkan alisnya saat menanyakan itu, dan aku hanya bisa mengangguk menanggapi pertanyaanya.

"Anda adalah tuan dari semua prajurit dan juga kami para pelayan, jika anda ingin lari dan meninggalkan kami itu adalah hal yang normal untuk anda, maksud saya semua bangsawan selalu melakukan itu."
"Jangan samakan aku dengan orang-orang berpenyakit mental seperti mereka."
"Saya benar-benar tidak menyangka akan tiba waktu dimana Tuan Muda yang kejam mengatakan hal itu"
"Uuggh"

Itu bukan aku!!
Aku sangat ingin mengatakan itu pada Lilli dan Ellena yng berbicara padaku tapi aku memilih untuk diam saat ini.

"Mmmh maaf, Mungkin tidak seharusnya orang sepertiku mengatakan itu."

Karena aku yang dulu juga orang berpenyakit mental seperti para bngsawan itu.
Bagi mereka aku adalah Nicholas Edward Silvester, orang yang sudah melakukan banyak kejahatan, meski aku menyangkal kesalahan yang sudah di lakukan orang bernama Nicholas ini, tidak akan ada orang yang mempercayai kata-kataku.

"Ah, ada satu lagi yang harus aku lakukan."

Aku membuka Magic Windowku, wow aku sudah mencapai level 20, sepertinya Antibody memberikan Exp drop yang tinggi, tunggu apa yang aku lakukan? aku harus segera menyelesaikan apa yang harus aku lakukan.
Menekan Icon Slave Bar, dan dengan begitu informasi dari setiap budak muncul di depanku,

"Anggap ini sebagai hadiah dariku..."

mengatakan itu aku menekan icon [Release All] pada Icon Slave Bar, dan dalam sekejap semua nama yang tertulis di dalam Slave List menghilang.
Aku akan membebaskan mereka semua, aku tidak tahu seperti apa Nicholas yang sebenarnya, tapi aku bukanlah dia.
Sejak awal aku tidak suka dengan perbudakan, karena ini adalah hari terakhirku setidaknya aku ingin melakukan apa yang aku inginkan.

Tapi setelah aku melepaskan semua budak, perasaan dingin tiba-tiba datang seolah menusuk dadaku, ini hawa membunuh, Ellena melihatku dengan tatapan dinginya.
Dan tanpa aku sadari bilah dari pedang besar yang dia bawa sudah menyentuh leherku.
Apa-apaan ini!!!

"Saya sudah mengatakan ini pada anda, jangan gegabah, anda tidak pernah tahu apa yang orang sekeliling anda pikirkan, bisa jadi mereka yang merupakan orang paling anda percayai adalah orang yang memiliki dendam paling besar terhadap anda."
"Melihat dari kejadian ini, meski aku tetap waspadapun tidak akan ada yang berubah, pada akhirnya aku tetap akan mati."

Benar, cepat atau lambat pada akhirnya hanya akan berakhir di tempat yang sama.
Ini aneh, bukan hanya Ellena, tapi Lilli dan Leaf juga memandangku dengan tatapan dingin., ugh aku mulai merasa takut.
Sedikit tersenyum padaku kemudian Ellena melajnjutkan...

"Setidaknya anda akan hidup lebih lama"
"Jika boleh aku ingin mati lebih cepat dari pada harus bertahan hidup sambil di kejar gerombolan monster aneh itu, ah tapi sebisa mungkin jangan buat aku menderita OK?"
"Hoya.. anda ingin kematian instan tanpa rasa sakit?"
"Humm, benar...."
"Hmm, saya sudah lama tidak melatih tehnik pedangku jadi itu sedikit mustahil"
"Tidak, mungkin jika kau memenggal kepalaku dengan cepat aku tidak akan merasa sakit karena tebasanmu."
"Ah benar itu ide bagus"

Mengatakan itu aku membuat sebuah senyum pada Ellena. tapi dia kembali menunjukan tatapan dinginnya.

"Baiklah sudah cukup bercandanya, saya tidak mau mengotori pedang saya dengan darah dari orang seperti anda"
"Hei, bukankah kata-katamu sedikit jahat?"
"Terserah, Saya akan pergi, sebenarnya saya ingin melihat pertunjukan yang bisa anda tunjukan pada kami saat di kejar monster-monster itu tapi, dengan keadaan kami saat ini akan sangat berbahaya jika kami juga ikut terlibat."
"..."
Dan setelah dia mengatakan itu Ellena dan yang lainya pergi meninggalkan aku.
Sepertinya kematian keduaku tidak akan semulus yang pertama.
Kemudian, saat aku sadar monster-monster hitam tersebut sudah bergerak mengepungku.
Sial, dari mana mereka muncul?!! ku kira sudah tidak ada yang mengikutiku?!!!

Part 2

 Berlari menghindari serangan Antibody yang terus mengejarku.
 Aku tidak pernah berbikir aku akan mengalami hal seperti ini selama hidupku.
Aku selalu berpikir bahwa hidupku di indonesia yang membosankan adalah hal paling buruk yang pernah aku alami.
Tapi, di sini sekarang aku tahu, bahwa masih ada kehidupan yang lebih buruk dari pada hidupku yang dulu.

"Guu.. Sial!!, Aura!!"

Melafalkan satu-satunya spell yang aku bisa aku memperkuat Statku sebanyak 30%.
Terimakasih karena skill Cheat tersebut aku bisa mempercepat gerakanku untuk menghindari para Antibody.

"Guh..."

tapi, tidak peduli secepat apapun aku menghindar, tubuh manusia tetap memiliki batas mereka. Menggunakan Spell yang meningkatkan Stat melebihi batas seharusnya, sepertinya kemampuan sederhana seperti itu tetap memberikan beban yang terlalu berat pada tubuhku.

"Sial, tubuhku menjadi mati rasa..."

Sudah kuduga meski ini adalah Spell dasar, tapi mempertimbangkan peningkatan Abnormal pada Stat dan perbandingan dengan levelku sekarang, kurasa 7 kali penggunaan sudah terlalu berlebihan.

Mungkin semua akan lebih baik jika aku terus bersama Lilli dan yang lain...mungkin aku tidak akan perlu mengalami hal ini jika aku masih mempertahankan kutukan mereka, lagi pula, masih ada kemungkinan aku bisa melewati dinding penahan yang di buat Goliath mengingat ke abnormalan diriku sendiri.

Tapi, bukankah itu berarti aku membuang para prajurit yang sudah berjuang dalam pertempuran ini.
Bodoh apa yang aku pikirkan..

"Guah..."

Aku terjatuh, sepertinya aku menendang sesuatu di tanah, tidak menghiraukan nafasku yang semakin sesak aku mencoba bangkit, tapi...

"Kakiku tidak bisa bergerak?!"

Ugh, apa ini sudah berakhir! Di sekelilingku suara logam berdenting dari pedang yang menebas sesuatu masih terdengar, sepertinya masih ada prajurit yang selamat huh?

Apa aku harus ketempat mereka untuk meminta perlindungan?...
Haha, bodoh... Meskipun aku melakukanya apa mereka mau melindungiku? Tidak, saat ini bahkan aku tidak bisa bergerak aku ragu jika aku bisa sampai ketempat mereka.
Suara gemerisik dedaunan yang bergesekan terdengar, sepertinya para Antibody yang mengejarku sudah semakin dekat.
Kakiku masih mati rasa, bukan hanya kakiku aku merasa seluruh tubuhku sudah semakin berat.
Sepertinya ini memang sudah berakhir aku tidak bisa bergerak lebih jauh dari ini.
Para Antibody bermunculan dari balik pepohonan.
Sepertinya ini sudah berakhir  untukku...

Tapi sepertinya keberuntungan masih berpihak padaku, bersamaan dengan suara dentingan logam dari armor yang bergerak cepat,  Antibody di sekelilingku terbelah dan menghilang.

"Tuan Count?!!"

Berdiri di depanku seorang pria berarmor kelabu dengan gagah membawa pedangnya, Rambut pirang dan wajah tampan yang dia memiliki menunjukan usianya yang sudah menginjak paruh baya menatapku dengan khawatir.

"Tuan Agloval?"

Benar, dia adalah Agloval Derdre, komandan ksatria yang bertugas di Aren yang aku pimpin.

"Syukurlah anda masih selamat."
"Kau tahu aku juga terkejut masih bisa hidup sampai saat ini, haaah andai saja aku ini adalah seorang purti pasti aku akan jatuh cinta padamu saat melihatmu yang muncul dengan gagah."
"Tuan Count,kupikir ini bukan saat yang tepat untuk bercanda"

Ah dia benar, tapi aku benar-benar lega saat ini. Setidaknya aku ingin sedikit mengubah suasana suram yang tadi aku rasakan.

"Tuan Count, sebaiknya anda segera kembali ke tempat berkumpul."
"Aku juga ingin melakukanya, tapi  tubuhku tidak bisa bergerak."
"Eeehh?!"
"Sepertinya aku terlalu berlebihan menggunakan spell penguat dan berakhir membuat tubuhku mati rasa"

Tuan Agloval sedikit mengernyitkan dahinya mendengar jawabanku sebelum dia menaikanku kepundaknya.
Dan dengan sekali hentakan dia berlari meninggalkan para Antibody sambil membawaku di pundaknya.
Dia bisa bergerak cepat dengan armor setebal ini?!!!

"kalau begitu saya akan membawa anda."
"Te,terima kasih, kau sangat membantu. Selain itu, bagaimana keadaan para prajurit?"
"kita kehilangan hampir separuh dari kekuatan tempur kita , dan masih banyak yang terluka."
"Apa itu di sebabkan oleh serangan Goliath?"

Tuan Agloval mengangguk pelan.
Sudah kuduga, serangan yang di lakukan Goliath sudah memberikan dampak yang sangat buruk pada kekuatan tempur kami.

"Lalu Tuan Count, tentang penghalang yang memerangkap kita"

Mengatakan itu wajah Tuan Agloval terlihat putus asa.

"Aku tahu, sepertinya kita tidak bisa melewatinya"
"Beberapa tentara dan petualang yang ketakutan mencoba kabur dengan menerobos dinding penghalang tersebut, tapi mereka langsung terbakar begitu menyentuh dinding."

Guu ternyata dinding itu memiliki kekuatan yang lebih mengerikan dari yang aku kira!
Baiklah, lalu apa yang akan kami lakukan sekarang?

"Kita akan menuju Kota Bawah untuk berlindung, satu-satunya zona aman di tempat ini hanyalah Kota Bawah yang dilindungi oleh Dinding pelindung para Mage."

Itulah jawaban Tuan Agloval saat aku menanyakan hal  itu.
Begitu, Dinding sihir yang dibuat para Mage masih berdiri.

"Tapi dengan banyaknya musuh saat ini, dinding tersebut tidak akan bertahan lebih lama lagi."
"Apa ada yang bisa kita lakukan?"
"Saat ini kami sedang mencoba mempertahankan dinding dengan menyerang Antibody yang mencoba mendekati dinding."

Semakin banyak dinding di serang, maka dinding tersebut juga akan menjadi semakin lemah, dan dengan mengalahkan musuh sebelum musuh menyentuh dinding adalah cara paling efektif untuk menjaga dinding agar bisa bertahan lebih lama.

"Tapi dengan banyaknya jumlah musuh dan keadaan prajurit kita yang sudah kelelahan sepertinya dinding tidak akan bisa bertahan sampai sehari."

Diatas pundaknya aku tidak bisa melihat wajah Tuan Agloval, tapi entah kenapa aku bisa merasakan rasa takut dari suaranya.

Beberapa saat kemudian...
Kota bawah, ini adalah ibu kota dari wilayah yang aku pimpin, Aren.
Setelah beberapa saat berlari akhirnya Tuan Agloval yang membawaku di pundaknya sampai di satu-satunya zona aman ditanah ini, meninggalkan para Antibody yang mengejar kami di luar dinding sihir yang di buat para Mage.
Oh, sepertinya para pemanah dan Mage sudah membereskan mereka saat kami memasuki dinding pelindung.

"hah, hah Tuan Muda Anda tidak apa-apa"
"Yah, tapi sepertinya aku sedikit mual"

Serius, kecepatan lari Tuan Agloval benar-benar tidak normal, mungkin dia memberikan spell penguat pada kakinya, manusia normal tidak mungkin bisa berlari setara dengan kecepatan sebuah mobil yang melaju kencang.
Tapi melihatnya terengah-engah seperti ini membuatku mengerti kalau dia sudah memaksakan dirinya..
Terima kasih karena sudah bekerja dengan baik.
Setelelah memasuki kota pemandangan yang tidak aku duga mewarnai mataku.
Tempat ini benar-benar hancur.
Apa ini di sebabkan oleh gempa yang dibuat Goliath?

"Terima kasih Tuan Agloval."
"Anda tidak perlu berterimakasih."

Mengatakan itu Tuan Agloval menurunkanku di sebuah reruntuhan rumah yang berada di dekat gerbang, di sini cukup ramai, para healer berjalan kesana kemari untuk mengobati prajurit yang terluka.
Entah kenap aku merasa kedamaian di sini, tidak seperti sebelumnya mereka tidak menujukan tatapan benci padaku, kupikir mereka terlalu sibuk mengurusi diri mereka sendiri dari pada memperhatikan keberadaanku.

"Si,silahkan airnya."

Seorang gadis berkerudung putih mendatangiku sambil memberikan air dalam botol aneh yang dia bawa., apa itu terbuat dari kulit?

"Ah, terima kasih..."
"Panggil para penyembuh untuk mengutamakan Tuan Muda"

Melihat gadis tersebut Tuan Agloval memberinya perintah.

"Sa,saya mengerti!"
"Tu,tunggu... kau tidak perlu melakuknya, utamakan mereka yang terluka parah, aku hanya perlu istirahat."

Yah, di saat seperti ini kita memerlukan pengobatan yang tepat pada orang yang tepat, jika hanya fokus padaku pada akhirnya hanya akan membuang-buang waktu.

"Eh?"

Terlihat bingung, namun dia segera mengangguk kemudian meninggalkan aku dan Tuan Agloval.

'Tuan Muda apa yang anda lakukan?!!"
"Aku tidak berguna dalam keadaan seperti ini, akan lebih baik jika kita memberikan pengobatan pada para prajurit atau petualang dengan kemampuan yang hebat, dan ku pikir sebaiknya kau juga segera ke tenda pengobatan Tuan Agloval"

Aku memberikan sebuah senyum padanya untuk membuatnya mengerti.

"Baiklah, saya mengerti..."

Dan akhirnya dia mengatakan itu dan beranjak pergi sambil tersenyum lembut padaku.
Kupikir dia adalah satu-satunya orang yang setia padaku disini
Sekarang aku sendirian, entah kenapa aku menjadi merasa kesepian.

"Haaaahhh"

Aku harus merilekskan tubuhku terlebih dulu.
Aku ingin mandi, tapi itu permintaan yang terlalu egois kan? Lagi pula tubuhku masih belum bisa bergerak dengan benar.
Mungkin di saat seperti ini aku bisa meminta para pelayan memandikanku, hmm, di mandikan oleh banyak gadis cantik, kurasa itu tidak buruk.

Mencoba, memikirkan hal-hal menyenangkan yang bisa aku lakukan untuk menangkan diriku, tapi...

"Hiks, hiks..."

Air mata justru mengalir dengan deras dari kedua mataku, aku benar-benar ingin pulang.
Kenapa aku harus mengalami hal seperti ini, kenapa harus aku, kenapa bukan orang lain!
Setelah mati dan mendapat kesempatan hidup kedua, tapi semuanya harus berakhir seperti ini! Aku harus mati dengan keadaan yang lebih buruk dari sebelumnya?!
Apa ada seseorang yang sedang bercanda dengan hidupku di luar sana?
Bukankah akan lebih baik jika aku mati saat itu juga?

Aku merindukan semuanya kehidupan sekolahku yang menyebalkan, orang-orang di kelasku yang aku benci, semua guruku yang tidak pernah mengerti tentang diriku,game-game yang aku simpan di dalam komputerku, majalah dewasa yang aku sembunyikan di bawah kasurku, bahkan file rahasia yang belum selesai aku tonton....

Dan lebih dari itu semua Nina, ibu aku merindukan kalian...

Saat itu, aku tidak bisa menghentikan air mataku, meski aku berusaha tapi aku hanya bisa membiarkan air mata itu mengalir keluar...

Seperti seorang anak kecil yang tidak bisa melakukan apapun selain menangis.
Kemudian sedikit-demi sedikit pandanganku menjadi gelap, benar aku sudah terlalu banyak bergerak dan terlalu banyak menggunakan Spell penguatan, aku harus istirahat.
Semoga setelah aku bangun nanti perasaanku akan semakin membaik.

Part 3

Didalam ruangan gelap di mana buku-buku berserakan aku berjalan melewati sebuah lorong, apa aku kembali ke ruangan itu? ruangan dari sebuah perpustakan yang disebut Invidia?

Terus berjalan menaiki sebuah tangga yang berdecit aku sampai di sebuah planetarium besar, atap ruangan tersbut di penuhi dengan bintang, planet, galaksi bahkan menunjukan bagaiman bintang tercipta dari nebula seolah ada sebuah proyektor yang menampilkan semua itu.

Tapi, apa yang membuatku tertarik justru sesuatu yang berada di tengah ruangan tersebut.
Bukan sesuatu, tapi seseorang, seorang gadis mungil berambut putih duduk di lantai sambil memeluk kedua lututnya dia melihat kelangit-langit dimana pertunjukan Planetarium di perlihatkan.

Tanpa mempedulikan keberadaanku gadis tersebut mengangkat tanganya seolah ingin menggapai sesuatu.

"Master..... Panggil aku segera demi kemenanganmu...namaku adalah______


*
*
*
*
*


"Uh?!!"

Aku terbangun...
Itu hanya mimpi huh? membuka mataku yang terasa berat aku mencoba berdiri.


"Eh? sepertinya tubuhku sudah tidak mati rasa."
"Anda sudah bangun?"

Saat aku sadar Tuan Agloval sudah berada di sampingku duduk dengan bersila, eh? sejak kapan dia berada di sana?
Hmm, banyak perban membalut tubuhnya, sepertinya dia sudah diobati dengan baik.

"Sepertinya anda sudah merasa lebih baik, apa anda tidak ingin tidur sedikit lebih lama?"
"Ah benar, sudah berapa lama aku tidur?"
"Umm, mungkin sekitar 1 jam?"

Hanya satu jam? tapi kenapa aku merasa tubuhku sangat segar seolah sudah tidur seharian?

"La,lalu bagaiman dengan keadaan di luar?"
"Hmm, untuk itu, makhluk besar itu masih tidak bergerak setelah melakukan serangan pertamanya."

Goliath berhenti bergerak? apa mungkin karena kebangkitanya tidak sempurna?

"Tapi, meski dia tidak bergerak Antibody yang melindunginya tetap menunjukan perubahan dalam gerakan mereka."

Aku tahu itu, selain itu aku masih curiga pada apa yang membuat Goliath bangkit lebih awal.

"Umm Tuan Muda, sepertinya aku tidak melihat Nona Ellena dan yang lainnya, kemana mereka pergi"

Ah, aku lupa pada mereka, baiklah apa yang harus aku katakan sekarang?

"Aaa~ aku menyuruh mereka berlindung, ku kira mereka sudah berada di kota ini, ya mungkin mereka sedang mengobati prajurit lain di suatu tempat di kota ini."

Setidaknya aku harus membuat alasan agar tidak membuat Tuan Agloval khawatir.
Kemudian tentang gadis putih itu apa dia ingin aku memanggilnya?
Ugh, bahkan aku tidak tahu siapa namanya...

"Tuan Muda apa ada yang sedang anda pikirkan?"
"Ah! Unn, tidak ada"
"Tuan Muda, anda benar-benar sudah berubah."
"Eh?"
"Tidak lupakan apa yang saya katakan"

Sambil mengatakan itu, Tuan Agloval berdiri.

"Baiklah apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?"
"Andai aku tahu aku tidak akan bernasib seperti ini."

Dan Tuan Agloval hanya tersenyum menanggapi jawabanku.

"Saya akan menyiapkan para prajurit yang bisa bergerak, sebaiknya anda istirahat."
"Tunggu, kita masih akan melawan?"
"Hmm, itu adalah hal terbaik yang bisa di lakukan kami para prajurit"
"Apa itu?, bukankah selalu ada pilihan untuk melarikan dan bersembunyi?"
"Hal seperti itu hanya akan melukai harga diri kami sebagai ksatria."
"Setidaknya itu lebih baik dari pada mati benarkan?"
"Bagi kami para prajurit kematian di sebuah medan perang adalah kebanggaan."
"Kebanggaan huh? kebanggaan tidak akan memberikan apapun kau tahu, ketika kau mati maka semuanya berakhir, meski kau menyebutnya sebagai kebanggaan apa kau tahu seperti apa perasaan orang yang kau tinggalkan?"

Saat aku mengatakan itu aku merasa ada sebuah duri yang di lempar balik padaku, ketika seseorang mati maka semuannya berakhir...
Andai itu benar seharusnya aku tidak mengalami semua kejadian merepotkan ini, selain itu aku ingin tahu apa Nina dan ibu masih bersedih karena diriku sampai saat ini?
Mungkin aku tidak berada di posisi yang tepat untuk mengatakan semua hal barusan.
Tapi aku tetap harus mengatakannya aku tidak boleh membiarkannya mati demi hal yang di sebut kebanggaan itu.

"Meski anda mengatakan itu, memangnya apa yang bisa kita lakukan di saat sperti ini?"
"...."

Benar, mungkin aku adalah satu satunya orang yang tidak mengerti pada keadaan kami semua.

"Apa anda yakin kita bisa selamat dalam keadaan seperti ini?"
"....."

Itu juga benar, melihat dari situasi saat ini kemungkinan kami selamat adalah 0%

"hanya keajaiban yang bisa membut kita selamat dari keadaan kita saat ini, karena itu kita harus terus melawan!"
"keajaiban?"
"Benar tuan muda, dan jika kita tidak mendapat sedikitpun keajaiban dalam perang ini maka kita hanya perlu mebuatnya sendiri."

Mengatakan itu Tuan Agloval tersenyum padaku, dari wajahnya terlihat tekad kuat yang sudah dia tempa . Meski begitu, keajaiban huh? jangan bercanda padaku, dalam keadaan seperti ini mungkin keajaiban adalah satu-satunya hal yang bisa kita harapkan.
Tapi, bergantung pada hal seperti itu dalam keadaan genting seperti ini... aku benar-banar tidak bisa mengerti cara pikir orang-orang ini.

"Tuan Agloval, kau tahu aku sama sekali tidak mengerti pada apa yang kau katakan."
"Eh?!..."
"Membuat keajaiban dengan tanganmu sendiri huh?, jika keajaiban bisa di ciptakan semudah itu maka hal  itu tidak bisa di sebut keajaiban. Setidaknya itu adalah apa yang aku percayai."

Benar, keajaiban harusnya bukan sesuatu yang bisa manusia ciptakan, dan mungkin bergantung pada hal seperti itu bukanlah sesuatu yang salah, karena itu adalah hal normal yang akan di lakukan oleh setiap manusia yang putus asa, meski begitu...

"Tapi aku lebih suka berjuang demi sebuah tujuan dari pada berjuang demi mengharap sebuah keajaiban terjadi, karena itu mari kita menangkan pertarungan ini?"

Saat aku mengatakan itu, Tuan Agloval menatapku dengan mata lebar, dan dia mulai tertawa dengan keras.
Apa dia menganggap ini lucu, ayolah aku sedang serius disini?

"Dalam keadaan dimana kekalahan kita sudah di pastikan dan anda masih bisa mengatakan hal seperti itu?"
"Setidaknya itu masih lebih baik dari pada berjuang demi sesuatu yang kau sebut kebanggaan atau terus menyerbu ke arah musuh demi keajaiban yang entah kapan akan terjadi, benarkan?"
"Benar, sekali... itu adalah semangat yang hebat tun muda!"

Menanggapi kata-kataku Tuan Agloval mengangguk dengan tegas, menunjukan semangatnya sebagai prajurit.

"Hoya, sepertinya aku kalah... baiklah ini kemenanganmu, Leaf."
"Tentu saja, Tuan Nicho yang saat ini bersama kita bukanlah Tuan Nicho yang dulu"

Saat aku sedang bicara pada Tuan Agloval seseorang menghampiri kami,

"Ellena, Leaf, Lilli?!"(Nicho)
"Yo, Tuan Muda"(Ellena)
"Se,selamat malam Tuan Nicho."(Leaf)
"Selamat malam Tuan Muda"(Lilli)

Benar itu adalah Trio Maid yang berdiri menatap kami dari atap sebuah bangunan.

"Nona Ellena, Nona Lilli, dan Nona Leaf penampilan apa itu?"

Ah, benar penampilan mereka sudah berubah, apa itu karena aku melepas segel mereka? dan Tuan Agloval yang juga menyadari perubahan itu menatap mereka dengan wajah terkejut.
Jujur aku juga terkejut, karena Ellena yang terlihat cantik dan menggoda sekarang memiliki 9 ekor berwarna emas yang terlihat kontras dengan rambut merah darah dan mata rubinya. Selain itu corak aneh berwarna merah di kulitnya juga membuatnya terlihat lebih garang.

Kemudian Leaf, selain tubuhnya yang menjadi dewasa rambut pirang platinumnya sekarang memiliki corak merah dan memanjang sampai di pinggangnya, dua buah sayap berwarna merah menyala mengembang dari pinggangnya, selain itu bulu-bulu di telinganya yang dulu berwarna emas sekarang menjadi berwarna merah seperti bulu di sayapnya. Tunggu bahkan kedua kakinya sekarang menjadi sepasang cakar burung?!!
Meski begitu penampiln mirip monster itu tidak menghilangkan kecantikan di wajahnya.

Dan Lili, hampir tidak ada yang berubah dari dirinya kecuali warna matanya yang sekarang terlihat seperti warna kaca dan sebuah tanduk seperti kristal yang muncul di tengah dahinya, entah kenapa itu justru membuatnya terlihat anggun.

"Anda tidak perlu melihat kami sampai seperti itu Tuan Muda."
"Sebentar Ellena, kukira kalian sudah pergi meninggalkan aku!"
"Fufufu ... sebenarnya saya sudah menduga anda akan melepas segel kami di saat genting seperti sekarang, karena itu saya dan Leaf sedikit membuat taruhan pada apa yang kan terjadi selanjutnya."

Apa?!! kalian tahu seberapa kerasnya aku menghindari para Antibody karena kalian!!

"Saya sudah memperingatkan mereka, tapi mereka sama sekali tidak mendengarkan saya."
"Dan kau justru berakhir mengikuti mereka Lilli?"
"..Tehehe.."

Sudah kuduga!, melihat Lilli tersenyum kecut aku menepuk dahiku dengan keras.

"Tu,Tuan Nicho, maaf tapi saya benar-benar tidak suka ketika kak Ellena mengatakan hal tidak baik tentang anda."

Hal tidak baik? tunggu hal macam apa yang dia maksud?!
Mendengar Leaf yang mencoba membelaku aku benar-benar senang dan membuatku ingin mengusap kepalanya.

"Fuueee"

Hmm, dia terlihat senang ketika kepalanya di usap huh? Benar-benar Leaf...
Bahkan setelah tubuhnya mejadi dewasa dia tetap seperti anak-anak.

"Boo, Tuan Muda selalu saja baik pada Leaf, anda tahu itu tidak baik hanya memberi perhatian pada satu orang!!"

Ellena mengatakan itu saat aku mengusap kepala tri Leaf.
Jangan mengatakan hal seoalh kau adalah isyang di duakan!!

"Begitukah, andai saja kau tidak merencanakan hal seperti ini aku juga akan mengusap kepalamu. tapi!!... saat ini aku ingin tahu hal buruk seperti apa yang kau katakan pada Leaf tentang diriku!."
"Ahahah.. itu..."

Mendengar aku menanyakan itu, wajah Ellena menjadi pucat.

"Tapi kau tidak harus menjawabnya sekarang."
 "Eh?..."
"Karena ada hal yang harus aku katakan pada kalian...Uhm ... Lilli, Ellena, Leaf  selamat datang kembali."

Mengtakan itu aku juga mengusap kepala Ellena dan Lilli, dan tanpa alasan yang jelas wajah mereka menjadi merah, dan mereka...

""" Yes, my master"""

Menjawabku dengan semangat, guu mendengar cara mereka memanggilku membuatku merasa malu.

"Aaa~te,terima kasih..."
"Ahaha tuan Nicho mukamu jadi merah!"
"Leaf diam!"

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tapi aku merasa sesuatu akan berubah dalam pertempuran ini.
Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka? Kenapa penampilan mereka berubah seperti itu?.
Tapi saat aku akan menanyakan hal itu.

"Semuanya bersiap, makhluk besar itu kembali bergerak!!"

Seorang prajurit yang berjaga di menara pengawas meneriakan itu sambil menunjuk kearah Goliath yang mulai mengembangkan sayap hitamnya.

"Dia mulai bergerak huh..."
"Anda tidak perlu khawatir Tuan Muda"

Melihat kekhawatiran di wajahku Lilli memegang pundakku dengan lembut.

"Kali ini biarkan kami yang mengatasinya."
"Benar, lagi pula saya sudah mengatakan kalau saya akan melindungi anda. "
"Tu,Tuan Nicho, saya pasti akan semua yang bisa saya lakukan untuk melindungi anda"

Jika kalian mengatakan itu semua dengan wajah seserius itu aku jadi tidak tahu harus berkata apa kalian..
Pada akhirnya aku hanya bisa tersenyum pada mereka...
Tapi aku harus tetap mengatakan sesuatu pada mereka, benarkan...

"Meski kalian mengatakan hal seperti itu, aku tetap ingin mendengar alasan kenapa kalian mempermainkanku mengerti!"

Mungkin itu bukan kalimat yang baik, tapi itu adalah kalimat terbaik yang bisa aku katakan pada mereka.
Lagi pula Nicholas bukanlah orang yang bisa mengatakan hal baik dalam keadaan seperti ini, Nicholas bukanlah orang yang bisa memerikan tujuan hidup pada orang lain, tapi dia bisa membuat seseorang untuk terus bertahan hidup, meski itu berarti membuat orang tersebut membenci dirinya.

Menyiapkan seluruh pasukkan, kami memulai serangan kedua kami.
Meski kekalahan berada di depan mata, bukan berarti terus berjuang mengincar kemenangan adalah hal yang salah.


Note: maaf kalo cerita kali ini lebih pendek n agak aneh, lg kehabisan ide.. >,<

6 Responses so far.

  1. sorry baru review chapter ini, soalnya lagi sibuk hehe
    entah mengapa aku lebih berharap trio maid kalah lalu pada saat semua putus asa nicho menunjukan kekuatannya
    tapi serius chapter kali ini nyempetin review karena emang chapter ini keren gila... seriusnya dapet, tegangnya dapet, putus asanya dapet pokoknya mantep bener deh hahah

  2. makasih kk, tp saya malah kurang puas dengan cerita chapter ini, setelah saya baca ulang kok rasanya kurang gimana gitu...
    ini lg mikirin kekuatanya nicho masih lom dapet ide T_T... dulu sih udah ada, tp masih kurang mantep hahaha,
    belom lagi mikirin situasi yang pas buat nicho make kekuatanya...T_T...

  3. secara pribadi saya juga kurang sreg dengan chapter ini...mungkin karena basic saya adalah romance. juga ada beberapa typo yg cukup banyak menurut saya. overall, bagus kok. tunggu nextnya.

  4. kk kalau bisa tolong kasih referensi bagian mana yg agak janggal biar saya bisa belajar dari kesalahan saya...

    sebelumnya terimakasih atas pujianya ^_^

  5. Bagus kok chapter ini.. Serius
    Plis buat karakter cowoknya lebih kuat dari ceweknya kalau bisa badass
    Soalnya jijik aja lihat karakter cowok cengeng yg selalu dilindungi cewek hahaha (abaikan permintaan egois ini)

  6. enggak ada yang janggal, cuma ada beberapa kesalahan ketik yg bisa diperbaiki. ceritanya masih unggul sih.

Posting Komentar

    About Me

    Medusa Lilly Fans
    Lihat profil lengkapku

    Followers