Part 1
Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah serangan terakhir itu, tapi sekarang aku berada di sebuah tempat yang dipenuhi aroma kertas tua...
"Mmmhh..."
Aku merasakan sesuatu yang lembut di belakang kepalaku, apa ini?...dan saat aku membuka mataku yang terasa berat...
"Hmm? sepertinya anda sudah bangun..."
"??!!..."
Wajah si gadis putih yang menyebut dirinya Bibliotecaria dari Nividia berada di depanku...
Ah, dia menidurkanku di atas pangkuanya...
Ugh!!, apa yang sebenarnya sudah terjadi?!!
"Uurrgg..."
Aku tidak bisa bergerak...
"Anda masih belum pulih, sebaiknya anda tidak memaksakan diri untuk bangun..."
Menahan kepalaku dengan tangan lembutnya gadis itu tersenyum sambil menyuruhku untuk berbaring.
Ummmh, belum pulih?... Ah benar, aku baru saja bertarung sekuat tenaga melawan Goliath.
"Jadi, aku masih hidup?... kukira tubuhku sudah mencapai titik dimana tidak akan bisa pulih lagi."
"Ya, anda masih hidup, anda tidak perlu mengkhawatirkan apapun..."
Mengelus pipiku gadis putih itu membuat wajah seolah dia merasa lega karena aku selamat tapi, cara dia bicara membuatku merasa tidak nyaman.
"Bisakah kau berhenti bicara dengan bahasa formal padaku?"
"Tapi, saya adalah..."
"Mmhh, aku mengerti....kalau begitu..."
"kalau begitu?..."
"Ini perintah, berhentilah berbicara secara formal padaku..."
"Huh?.. fufufu anda benar-benar Master yang aneh...."
"Maaf jika aku aneh tapi sejak awal kaulah yang sudah memilihku."
Jadi jangan salahkan aku jika kau merasa tidak puas...
"Umm, saya-maksudku aku mengerti..."
Nah, begitu lebih baik...
"Jadi, ada yang ingin kau jelaskan?..."
"Jelaskan?..."
"Ya... semacam alasan kenapa aku bisa berada di tempat ini lagi..."
Lebih tepatnya kenapa aku bisa terhubung dengan tempat yang seharusnya tidak bisa di jangkau oleh siapapun...
"Tentu saja karena aku mengundangmu Master..."
Hmm... lalu apakah dia juga yang bertanggung jawab dengan apa yang sudah terjadi padaku?, maksudku apakah dia yang sudah membawaku ke dunia ini?...
"Iya..."
Dan itulah jawaban yang aku terima saat menanyakanya.
"Apa Master tidak suka karena aku sudah seenaknya membawa jiwa master kedunia ini?"
"Tidak, justru sebaliknya, aku sangat berterima kasih."
"Apa Master tidak ingin tahu alasan kenapa aku membawamu kedunia ini?..."
"Tentu saja aku ingin tahu, tapi untuk saat ini aku tidak ingin membahasnya, yang pasti aku sangat bersyukur kau sudah membawaku kedunia ini. "
Ya karena berkat dirimu aku bisa merasakan hidup yang sesungguhnya, merasakan hidup dimana aku di butuhkan, dimana aku bisa melindungi dan juga di lindungi oleh orang lain.
Meski begitu, suatu saat nanti aku ingin dia memberitahuku alasan kenapa dia membawaku ke dunia ini.
"Umm? kenapa kau tiba-tiba diam, Master?"
"Oh? tidak apa-apa... Uuhhh... ijinkan aku istirahat sebentar, padahal ini di dalam mimpi tapi aku merasa sangat lelah..."
Ya, aku merasa benar-benar lelah...
Tapi saat aku memejamkan mataku, aku mengingat sesuatu...
"Uh!! tunggu sebentar!!"
"Y, ya?..."
"Ka,kau Iona kan?"
"Hmm, bisa di bilang begitu..."
'bisa di bilang begitu'? kenapa dia menjawab dengan kalimat ambigu seperti itu?
"Jawabanmu terdengar ambigu, tapi kali ini kita anggap kalau kau adalah Iona..."
Meski aku mengatakan itu, aku merasa gadis ini memiliki kepribadian yang sangat berbeda dengan Iona...
"...Kemudian, apa yang sudah terjadi dengan sifat ceriamu sebelumnya?..."
"Hmm? apa maksudmu, sejak awal aku memang seperti ini..."
Tidak, Iona yang aku gunakan untuk bertarung memiliki kepribadian yang sangat mengganggu dan tidak memiliki aura menenangkan seperti gadis ini...
Dan saat aku menjelaskan itu semua...
"Fufufu...Begitu, sepertinya dia memiliki karakter yang sedikit berbeda denganku."
dia mengatakan itu sambil tertawa kecil, dan itu tidak menjelaskan apapun!
Lagi pula perbedaan antara kau dan Iona bukan hanya sedikit tapi sudah benar-benar berbanding terbalik!!
"....."
"Ahaha, maaf, akan aku jelaskan, Iona yang bersama Master waktu itu adalah belahan diri dari Ratu pedang yang saat ini sedang berbicara padamu."
"Belahan diri?..."
"Ya, dengan kata lain aku adalah Ratu pedang yang sesungguhnya,..."
Saat mengatakan itu, aku melihat kesedihan di matanya.
Tapi , karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan , pada akhirnya aku hanya diam.
Meski begitu, masih ada hal lain yang mengganjal pikiranku...
"Apa maksudmu dengan Ratu pedang yang sebenarnya?"
Tapi saat aku menanyakan itu, tiba-tiba suara dentangan lonceng yang mirip seperti dentang jam tua terdengar...
"Maaf waktunya sudah habis, Master harus segera kembali..."
Dan seolah mengerti pada apa yang sedang terjadi dia mengatakan itu padaku...
Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku, hanya memandangku yang semakin di telan kegelapan dengan mata sedih di balik senyum cantiknya....
part 2
Saat kesadaranku kembali apa yang aku rasakan adalah aroma obat-obatan yang memenuhi udara, kemudian aku membuka mataku yang terasa berat mencoba memastikan sekelilingku.
Tempat dimana aku berada sekarang adalah sebuah ruangan gelap yang hanya di terangi oleh lampu minyak yang digantung pada tiang penyangga, dari apa yang terlihat sepertinya tempat ini adalah ruang pengobatan, mungkin akan lebih tepat jika di katakan sebuah tenda besar yang di sediakan untuk keperluan pengobatan.
Kemudian aku mencoba menggerakan tubuhku untuk bangun tapi...
"Ugh.. huaaakk..."
Rasa sakit tiba-tiba menyerang tubuhku saat aku mencoba bergerak,.
sakit sekali, seolah ada jarum-jarum kecil yang diselipkan di dalam dagingku.
"Ugh, aku benar-benar masih hidup huh?..."
Menggumamkan hal itu pelan aku merasakan kelegaan yang sulit dikatakan.
"Setelah apa yang terjadi, dan aku masih bisa selamat..."
Untuk beberapa alasan aku merasa tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku selamat.
Mengingat kerusakan yang sudah di alami tubuh ini akan menjadi hal biasa jika aku mati dalam keadaan mengenaskan, tapi disini, aku masih bisa hidup dan menghirup nafas seperti biasa, seolah semua rasa sakit dan darah yang aku muntahkan dalam pertarungan itu hanyalah bualan.
memikirkan semua itu, aku tidak bisa menahan diriku untuk tersenyum, ajy kira semuanya akan berakhir begitu saja setelah pertempuran itu selesai.
[Umm? kau sudah bangun Master?]
Dan saat itu suara Iona terngiang di kepalaku.
"Umm? Iona?..."
[Yohooo... si hebat Iona di sini!!]
Apanya yang 'yohoo'!! , sudah kuduga dia terlalu berisik, sangat berbeda dengan Iona di perpustakaan Nividia.
"Umm, sepertinya kau sudah tidak bicara dengan bahasa formal padaku?"
[Uh? aku juga tidak tahu, aku hanya merasa aku bisa melakukannya sekarang... apa Master tidak suka?]
"Unn.. tidak, aku merasa lebih baik jika kau tetap seperti ini."
Ya, aku merasa aneh setiap kali ada orang yang berbicara dengan bahasa formal padaku.
Dan yang lebih penting apa semua yang terjadi pada Iona di dalam Nividia juga akan terjadi pada Iona yang ada di sini?
Mungkin aku akan menanyakan itu nanti.
"Hei. Iona..."
[Umm?]
"Apa kau yang membuatku tetap hidup?"
[Ya, bisa di bilang begitu, tapi dengan keadaan seperti itu tidak mungkin untuk tubuh anda bisa pulih jadi saya sedikit melakukan modifikasi pada tubuh anda.]
"Eh?..."
Tunggu, apa yang dia maksud dengan modifikasi? Aku merasa akan ada hal buruk yang terjadi.
"Tadi kau bilang, kau melakukan sesuatu pada tubuhku?"
[Umm, begilulah...]
"Jadi, apa yang kau lakukan padaku?"
Jujur saat itu aku merasakan perasaan tidak enak, tapi aku merasa harus menanyakanya.
[Aku mengubah tubuh Master untuk memulihkan dan menyesuaikannya denganku...]
"Apa maksudmu?"
[ Intinya, saat ini Master bisa di katakan sudah bukan lagi manusia sepenuhnya, dan karena kita sudah melakukan penyetelan, sekarang anda bisa menggunakanku dengan aman. Meski mulai sekarang master tidak akan bisa menggunaka kekuatan penuhku]
Lupakan tentang bisa menggunakanmu dengan aman, apa yang kau maksud dengan bukan sepenuhnya manusia?!
[Aku tahu jika Master tidak menyukainya, tapi itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Master.]
"Ugh, baiklah aku mengerti, lalu apa yang sudah kau lakukan padaku?"
[Aku mengambil daging naga dari ruang harta Nividia dan menyatukanya pada tubuh Master yang rusak untuk menggantikanya."
"....."
Daging naga?!!, jadi sekarang aku adalah seekor reptil? Baiklah aku masih bisa menerima hal itu, setidaknya untuk saat ini...
" jadi, sekarang aku setengah naga... lalu naga macam apa aku?..."
[Abyss dragon, naga terlarang yang hidup di celah dimensi, naga terkutuk yang tidak boleh memasuki dunia manapun.]
"....."
Dia menyatukan tubuhku dengan bagian tubuh makhluk berbahaya seperti itu?!!
Ugh aku ingin pingsan...
[Eh? Master kenapa wajahmu menjadi pucat?!!]
Sudah cukup, aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi padaku.
***
"Tu,tuan Nicho!!... anda sudah bangun syukurlah..."
Beberapa saat setelah aku bangun Blance memasuki ruanganku sambil membawa air dan kain lap.
Melihatku yang sudah sadarkan diri, air mata mulai mengalir dari sudut matanya diikuti senyum manis yang dia buat.
"Syukurlah, syukurlah...."
Datang kearahku dan dia memeluku dengan cepat...
"Tu, tuggu seben...GYAAHH!"
Dia membuat rasa sakit di tubuhku kembali muncul!...
"Hiiii, ma,maaf saya tidak bermaksud menyakiti anda."
Sambil membuat ekspresi takut yang lucu, dia menjauhkan tubuhnya dengan cepat.
"Ugh.. ti,tidak apa-apa, aku sudah merasa lebih baik."
Biasanya aku akan marah padanya setiap kali dia tiba-tiba memeluku seperti itu, tapi melihat kantung matanya yang berwarna hitam aku menahan diriku.
Sepertinya dia sudah mejagaku bahkan sampai mengurangi waktu tidurnya.
"Kau tidak perlu khawatir...
"Su,sunguh?..."
Mengatakan itu dia membuat ekspresi sedih, bahkan dengan ekspresi seperti itu dia masih sangat manis!!
Menyadari betapa manisnya dia, tanpa sadar aku memalingkan wajahku.
Guu, apa yang terjadi padaku sih?!!
Tidak lebih tepatnya sejak kapan Blance mejadi semanis ini?
"Tu,tuan Nicho kenapa anda memalingkan wajah?...ja,jangan-jangan...Huwaaaa anda membenciku sekarang?!!"
Mengatakan itu air mata mulai mengalir deras dari mata merahnya.
"Tidak bukan seperti itu, kau salah paham....Tunggu, kenapa tiba-tiba ada pisau di tanganmu."
" Kalau sudah begini tidak ada jalan lain..."
"Huh?... tu,tunggu apa maksudmu dengan "tidak ada jalan lain"?, dan kenapa matamu terlihat kosong seperti itu?"
"Sa,saya akan membunuh anda dengan pisau ini, kemudian saya akan bunuh diri!!"
"Hiiiiee... Tu,tunggu sebentar...dengarkan penjelasanku!!!"
Dan itu membutuhkan 10 menit penuh bagiku untuk menjelaskanya.
"Aaaahhhh...begitu... karena saya manis yah...tehehe..."
Meski aku malu mengatakan kalau alasanku memalingkan wajah adalah karena Blance tiba-tiba terlihat manis, tapi pada akhirnya aku tetap mengatakanya...
Mau bagaimana lagi, kalau aku tidak melakukanya aku mungkin akan terbunuh.
"Ja,jangan mengulanginya terus bodoh..."
Karena itu sangat memalukan tahu!!
Tidak bisa menahan rasa maluku aku terus memalingkan wajahku menghindarinya.
Kenapa aku merasa malu seperti ini?! ini tidak seperti diriku yang biasanya.
"Eehh? muka anda jadi merah!"
"Berisik!!"
lalu tiba-tiba Blance memeluku lagi.
"Tapi Tuan Nicho, anda tahu, saya sangat senang mendengarnya."
Dia memeluku lebih lembut dari sebelumnya seolah dia mencoba untuk tidak menyakitiku, terus menekankan berat tubuhnya padaku seolah aku adalah sesuatu yang paling berharga untuknya, dia menekankan wajahnya, membuatku menyadari kalau tubuh Blance sangat ringan, lembut dan juga hangat...
Kalau aku ingat dia bahkan pernah melakukan ini sambil telanjang sebelumnya, lalu kenapa saat itu aku tidak menyadarinya?
Mengabaikan rasa sakit di lenganku, aku memaksakan tanganku bergerak untuk membalas pelukkanya.
Dan saat itu dia berkata dengan lirih.
"Tuan Nicho, tolong jangan lakukan hal itu lagi...."
"Eh?..."
"Saya sudah mendengarnya dari kak Ellena..."
"....."
"Saya sudah mendengar semuanya...Saat segel budak itu tiba-tiba menghilang, saat itu benar-benar menakutkan saya menegira kalau Tuan Nicho sudah mati tapi saat ini saya benar-benar lega karena anda sudah selamat tapi, tetap saja bertarung menggunakan kekuatan yang bisa membunuh anda itu sudah keterlaluan!"
"Maaf...aku tahu aku salah tapi, itu adalah satu-satunya hal yang bisa aku perbuat untuk melindungi semuanya."
"Anda tidak perlu minta maaf, karena sifat anda yang seperti itu juga salah satu keistimewaan anda yang membuat saya sangat menyukai anda."
Mengatakan itu muka Blance menjadi merah, dan seolah mencoba menutupinya dia menekankan wajahnya kedadaku lebih kuat lagi.
Aku, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan, aku tidak menyangka jika Blance benar-benar menganggapku sebagai orang yang penting untuknya.
Haaah, aku benar-benar tidak mengerti, bagian mana dari diriku yang membuatnya menyukaiku.
Dan saat itu dia melanjutkan...
"Tuan Nicho, jika anda tidak bisa peduli dengan diri anda sendiri, setidaknya pedulilah pada perasaan orang-orang di sekitar anda.."
"..."
"Tidak masalah jika anda menjadi egois, tidak masalah jika anda menjadi pengecut yang hanya bisa bersembunyi tapi setidaknya...teruslah bersama kami..."
Dan saat itu akubenar-benar kehilangan kata-kataku...
"Saya tahu jika anda memiliki banyak tanggung jawab yang anda pikul di pundak anda, tapi jika anda sudah benar-benar tidak kuat memikulnya anda tidak harus memaksakan diri anda."
"A,apa maksudmu , a,aku tidak mengerti sama sekali..."
"Jika anda memang tidak mengerti anda tidak harus memikirkanya tapi, jika anda tahu apa yang saya katakan tapi pura-pura tidak memahaminya...."
Tidak, aku memahaminya, meski begitu...
"Maaf, aku paham...apa kau tidak suka jika aku memaksakan diriku untuk orang lain?..."
"...ya..."
"Apa kau merasa bahwa apa yang aku lakukan sudah terlalu jahat untukmu?"
"...Ya... sangat jahat, anda tidak tahu sebanyak apa saya sudah menangis karena anda?"
"Maaf..."
"Anda tahu seperti apa perasaan saya saat menyadari segel budak saya dan yang lainya menghilang?"
"maaf...
"Apa...Hiks anda tahu..hiks..seperti apa perasaan takut saya ketika anda tidak sadarkan diri...hiks..hiks... saya kira anda sudah tidak akan bangun lagi...tujuh hari tidak sadarkan diri itu sudah terlalu lama hiks..hiks.."
lagi,bersama tangisanya pelukan Blance semakin erat, seolah dia tidak akan membiarkan aku menjauh darinya.
"Maaf...
Dan hanya kata itulah yang bisa aku berikan untuknya.
Saat itu aku menyadari kalau tidak semua hal baik yang di lakukan bisa membuat orang lain bahagia..
Sambil memmikirkan itu aku mengusap rambut Blance pelan, sangat lembut...
Dan bersamaan dengan suara' Shuu...shuu' pelan yang memasuki telingaku, aku melihat Blance sudah tertidur pulas di sampingku, sepertinya dia sudah merasa tenang...
part 2
"Hoya... sepertinya saya sudah menganggu kalian..."
"Mmh? Ellena?"
Beberapa saat setelah Blance tertidur, Ellena memasuki ruangan.
"Umm? ada apa dengan anak itu?"
"Dia tertidur sejak beberapa saat yang lalu."
"Sepertinya dia sudah tenang, anda tahu dia sudah tidak tidur selama 3 hari."
Selama itu?!...
" Empat hari pertama dia bisa menahan dirinya karena dia percaya anda akan baik-baik saja tapi, pada hari keempat kondisi anda semakin menurun, dan sejak saat itu dia selalu di samping anda dan mengurus anda."
"...."
Tiga hari tidak tidur hanya demi orang sepertiku?
Apa aku seberharga itu untuknya?
"Sebaiknya saya mengantarnya ke tempat tidur."
"Umm, tolong ya..."
"Kenapa anda memasang wajah bersalah seperti itu? anda sudah berjuang untuk meyelamatkan tanah ini, jika anda sampai terluka dan memasuki kondisi seperti itu, itu adalah hal yang biasa."
Begitukah? ...
"sebenarnya saya sangat terkejut ketika mendapati anda masih hidup waktu itu."
Kemudian Ellena menarik Blance kedalam pelukanya.
"Umm Ellena bagaimana dengan keadaanmu?"
Meski dia terlihat baik-baik saja, ada banyak perban yang yang diikat di tubuhknya.
"Saya baik-baik saja, di antara aku , Lilli dan Leaf, aku adalah Demigod dengan regenerasi paling cepat."
"Begitukah? kupikir kau akan mendapat luka paling parah... lalu bagaimana dengan Leaf dan Lilli?"
"Mereka ada di ruangan lain, luka mereka tidak separah anda jadi mereka di masukan kedalam tempat perawatan umum, Leaf sudah mulai membaik, bahkan dia beberapa kali memaksa untuk melihat anda, dan Lilli, dia masih sangat lemah. sepertinya 'Nama'nya tidak bangkit dengan sempurna saat perang."
Memang benar, kalau aku ingat hanya Lilli yang perubahanya tidak terlalu mencolok waktu itu.
Saat aku memikirkan itu, Ellena memindahkan Blance ke kursi panjang yang ada di sudut ruangan, kemudian mendekat padaku.
Bukankah sebelumnya dia bilang akan mengantar Blance ke kamarnya?
"Kupikit kau kemari intuk menjemput Blance..."
"Haaah, anda sudah membuat saya khawatir..."
"Ada apa denganmu, kenapa kau memasang muka seperti itu?"
Ya, kenapa Ellena yang selalu semangat tiba-tiba memasang wajah sedih seperti itu.
"Unnn, bukan apa-apa..."
"Ahhh!..."
Dia menggelengkan kepalanya, dan di saat yang sama aku ingat jika ada sesuatu yang harus aku tanyakan pada Ellena...
"Ellena..."
"Umm?..."
"Saat kau berkata akan menghisap kekuatan hidupku, kenapa kau tidak melakukanya?"
Ya, jika dia melakukanya dia tidak perlu sampai harus menggunakan skill berbahaya itu.
Saat aku menanyakan itu, pundak Ellena sedikit tersentak, seolah dia terkejut karena aku menanyakanya.
"Terlalu ingin tahu rahasia wanita itu tidak baik..."
Dan itu adalah apa yang aku dapat sebagai jawaban...
Dan saat itu pula tangan Ellena mulai bergerak menuju dadaku, memasuki selimut dan bersentuhan langsung dengan kulitku.
Aku tidak pakai baju?!!!
Ah, karena aku tidak bisa bergerak aku jadi tidak bisa melihat apa yang aku kenakan di balik selimut.
"Ellena?!!"
"Ssssttt, jangan keras-keras atau akan ada orang yang datang."
Mengatakan itu dia menutup mulutku dengan jarinya.
Tunggu sebentar, bukankah sudah ada orang lain di sini?!!
"A,apa maksudmu dengan 'akan ada orang yang datang'!!, bukankah sudah ada Blance di sini?"
"Anda tidak perlu khawatir, saya sudah memberikan mantra yang membuat dia tidak akan bangun, setidaknya untuk satu jam kedepan ."
Justru kau adalah orang membuat kekhawatiranku memuncak disini tahu!!
"...Selain itu, saya juga sudah memasang penghalang di sekitar tempat ini, selama kita tidak terlalu berisik tidak akan ada orang yang datang... semuanya akan baik-baik saja."
Dia mengacungkan jempolnya padaku...
Baik-baik saja kepalamu!!
Terus menghiraukan kata-kataku dia memasang senyum menyeramkan...
Apa aku akan menjadi dewasa malam ini?!!
Tapi apa yang terjadi tidak seperti yang aku pikirkan, dari tangan Ellena aku merasakan kehangatan yang menyerbar pelan keseluruh tubuhku, dan di saat yang sama rasa sakit di seluruh tubuhku semakin melemah hingga di titik dimana aku bisa menggerakan badanku secara normal.
"Eh..."
"Hoya? apa anda kecewa? apa anda ingin melakukan sesuatu yan lebih panas?"
"Tidak, bukan seperti itu, hanya saja... tubuhku..."
"Mmmh? Anda tidak perlu memikirkanya, anggap ini hadiah dari saya."
"Ah?.. Umm, terimakasih..."
Mmmh, sepertinya dia menggodaku lagi.
Ellena tersenyum melihatku berterima kasih padanya kemudian, dengan cepat dia memeluku...menekankan wajahku kedada besarnya.
"Tuan Muda, terima kasih karena anda sudah bekerja keras"
Aku tidak tahu ekspresi macam apa yang dia gunakan saat ini, tapi saat dia mengatakan itu aku merasakan pelukanya semakin erat, sangat nyaman...
"Terima kasih karena anda tetap menjadi tuan muda yang baik hati setela pertempuran ini."
"Mmmh, itu semua karena aku sudah berjanji kalau aku akan tetap seperti ini selama kalian memintanya, tapi sepertinya sebutan 'baik hati' bukan kata yang cocok untuku."
"Anda memang tidak bisa jujur pada diri anda sendiri..."
"Maaf jika aku memang orang seperti itu..."
"Unnn, anda tidak perlu minta maaf, karena anda yang seperti inilah yang kami sukai."
"Aku sama sekali tidak mengerti, kenapa kalian bisa menyukai aku yang seperti ini."
"Hmm, itu karena anda bodoh."
"Guu, sudah kuduga sepertinya kau terlalu banyak mengataiku bodoh."
Tapi aku lega karena bisa melewati hari-hari seperti ini lagi dengan Ellena, mungkin dia adalah budak yang terlalu lancang terhadap tuanya, tapi aku lebih suka Ellena yang seperti ini.
"Ummh. Ellena, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan tentang penduduk kota."
"Sebagian kecil penduduk kota sudah kembali, dan sekarang sedang berada di pengungsian, tapi sebagian besar dari mereka sudah keluar dari wilayah ini dan tinggal dengan saudara mereka di wilayah lain."
"Begitukah?, syukurlah jika mereka memiliki tempat untuk pergi."
"Ah, ada juga beberapa kelompok yang memilih tinggal di desa-desa sekitar kota ini."
"Ummh.. aku mengerti."
Setidaknya mereka memiliki tujuan setelah kota ini hancur.
Baiklah, aku hanya perlu membangun kembali dengan emas yang aku miliki...
Dan saat aku memikirkan itu seseorang masuk ke dalam tenda.
"Leon?"
Itu adalah Leon Djantsal Antharas, bocah bangsawan dari keluarga Antharas yang sudah membuat semua bencana ini terjadi.
"Hmm, jadi anda di rawat disini Count Silvester "
Saat aku mencoba memanggil Leon seseorang yang lain juga memasuki tenda.
Seorang gadis kecil berambut merah dengan rambut di ikat dua yang terlihat hanya sedikit lebih tua dari Leon.
Kemudian dengan menundukan kepalanya dengan elegan dia berkata
"Nama saya Kitty Ellenoela Antharas, senang bertemu dengan anda Tuan Nicholas Edward Silvester..."
Ditunggu next arcnya. Nice epilog.
yah di chapter ini aku jatuh hati sama blance ahh padahal aku sudah punya ellena apa yg harus aku lakukan?
THQ kk, maaf kalo next arc bakalan lama lg riset>,<
sebagai bapak mereka saya hanya bisa memberikan 1 dari putri saya mas =="
tetep Ellena aja deh wkwk
eh tapi yg punya telinga kucing gk buruk juga eh..