. post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Background

Pages

Senin, 14 Desember 2015 di 05.49 Diposting oleh Medusa Lilly Fans 9 Comments


Part 1

Beberapa saat setelah pembicaraan dengan Count muda Silvester.
Kitty Ellenoela Antharas berjalan di sekitar distrik kota untuk memeriksa kerusakan yang sudah terjadi.

"Lebih buruk dari yang aku kira."

Dengan parahnya kerusakkan yang sedang dia saksikan, Kitty menyadari sedasyat apa kekuatan dari Ancient Spirit yang sudah mengamuk beberapa hari yang lalu.

"Bahkan aku masih bisa merasakan miasma hitam yang bertebaran di tempat ini."

Dengan skala kerusakan dan tingkat kepekatan miasma yang masih tersisa, pasti pertempuran yang dialami sang Clever Rabbit sangatlah berat.

memikirkan itu Kitty melanjutkan perjalananya mengelilingi kota.

"Meski begitu, melihat dia bisa bertahan setelah pertempuran melawan makhluk seperti itu, mungkin dia memang harus di waspadai."

Sejak awal Nicolas Edward Silvester sang Clever Rabbit adalah eksistensi yang sangat membahayakan, mungkin dari segi kekuatan tempur dia sangatlah lemah, ada yang bilang jika dia tidak bisa menggunakan sihir seperti bangsawan lain tapi, pengetahuan yang dia miliki bukanlah sesuatu yang bisa di remehkan. Bahkan ada yang bilang bahwa dia bisa memicu perang dunia hanya dengan satu kata saja, dan hal itu telah terbukti dengan kemenanganya melawan Ancient spirit yang disegel di dalam hutan terlarang hanya dengan pasukan yang sangat sedikit..

"Tidak memiliki kekuatan tapi bisa menundukkan Ancient Spirit... apa dia itu monster?"

Dimulai sekitar 3 tahun lalu, Clever Rabbit muncul di hadapan Kaisar untuk pertama kalinya karena kaisar mengundangnya. Tapi di balik undangan kehormatan tersebut, Kaisar sudah merencanakan pembunuh pada sang Clever Rabbit karena dia sudah tahu terlalu banyak tentang rahasia kerajaan..
Saat itu sang Clever Rabbit hanyalah seorang Baron rendahan dengan wilayah sangat kecil, tapi apa yang sudah dia lakukan terhadap Kaisar telah mengubah kehidupanya.

Dalam pertemuan tersebut bukan hanya Kaisar yang hadir, bahkan beberapa bangsawan sengaja di minta mengikuti pertemuan untuk memastikan keberhasilan rencana tersebut tapi, apa yang terjadi justru sebaliknya.

Kaisar dan para bangsawan pada akhirnya justru memberikan perlindungan mutlak pada sang Clever Rabbit Nicholas Edward Silvester.

Bagi Kitty itu adalah peristiwa teraneh yang pernah terjadi dalam sejarah, meski Kitty memiliki informan untuk melacak rencana Kaisar, tapi informasi yang dia terima masihlah terbatas.

Meski begitu, ada satu hal ganjil yang dia dengar dari informan terpercayanya...

~"Setelah acara itu selesai, kaisar dan bangsawan yang hadir dalam acara tersebut berteriak seperti orang gila di kamar mereka masing-masing"~

Tidak peduli sekeras apapun dia memikirkan apa yang sudah dia dengar, Kitty tetap tidak bisa membayangkan apa yang sudah terjadi dalam pertemua itu, tapi yang pasti, Clever Rabbit Nicholas Edward Silvester bukanlah orang yang bisa diabaikan apapun yang terjadi.

Dan sekarang Kitty benar-benar merasa lega karena dia berhasil membuat kontak dengan orang tersebut dan berhasil membuat kesepakatan dengannya.

"Tadi itu benar-benar membuatku seperti mau mati."

Benar, meski dia terlihat sombong dan percaya diri dalam pertemuan tersebut, tapi dalam pembicaraan dengan Clever Rabbit beberapa saat yang lalu  sudah benar-benar membuat Kitty seperti akan kehabisan nafas.

"Aku tidak bisa merasakan ancaman yang dia berikan, aku tidak bisa memahami apa yang sedang dia pikirkan... aku merasa seperti sedang bicara dengan orang yang berbeda dengan rumor yang aku dengar. Sang Clever Rabbit, Nicholas Edward Silvester sebenarnya dia orang seperti apa? Aku merasa seperti sedang bicara dengan orang yang berbeda."

Itulah apa yang dia pikirkan, meski begitu bukan berarti hal tersebut membuat orang itu lepas dari kecurigaanya.

"Meski begitu, aku tidak boleh menurunkan kesiagaanku, mungkin dia terlihat seperti orang normal dari luar tapi aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan."

Kitty adalah penyihir yang sudah melewati hidup selama hampir 3000 tahun dan dia juga adalah salah satu pahlawan yang sudah ikut serta dalam penyegelan Ancient Spirit Goliath bersama para Forest Elf, selama itu dia sudah bertemu dengan banyak orang dengan banyak kepribadian, dan di antara mereka orang dengan penampilan baik biasanya adalah penipu handal yang akan menghancurkan targetnya bahkan sebelum targetnya menyadari dia telah hancur..

Dan Clever Rabbit, Nicholas Edward Silvester adalah tipe orang seperti itu, tidak, mungkin dia adalah yang terburuk.
Untuk orang selicik dia bisa membuat wajah polos seperti itu di hadapan Great Witches, itu terlalu mencurigakan, jika setidaknya dia memperlihatkan sedikit kewaspadaan mungkin Kitty akan menganggapnya normal, tapi dari apa yang dia rasakan dalam pembicaraan tadi...

"Dia seolah tidak menganggap aku ini ancaman untuknya, apa aku sebegitu tidak berharganya di hadapan Clever Rabbit?!"

Bahkan dia tidak mengingat namaku sebagai Ancient Witch, menyebalkan!

Untuk seorang Great Witches, harusnya tidak mungkin ada bangsawan yang tidak mengenal mereka, karena keberadaan mereka sendiri seperti bayangan dari Clever Rabbit, sekelompok orang yang harus di waspadai.
Dan bagi Kitty, melupakan namanya yang juga seorang Ancient Witch adalah sebuah penghinaan besar. Meski begitu, dia sedang berhadapan dengan Sang Clever Rabbit, menghadapi orang seberbahaya itu dia harus bisa merendahkan harga dirinya demi keselamatan wilayahnya.

Kemudian saat dia sedang memikirkan itu, seseorang menghampirinya.

"Nenek..."
"Umm? Leon?"

Itu adalah cucu yang selalu dia sayangi, Leon Djantsal Antharas.
Mungkin memang aneh saat melihat seorang bocah yang umurnya terlihat tidak terlalu jauh darinya memanggil Kitty dengan sebutan 'nenek', tapi dilihat dari umur Kitty yang sebenarnya bahkan panggilan 'nenek' masih terlalu muda untuknya.

"Maafkan aku nenek gara-gara aku nenek harus berhadapan dengan orang itu."
"Umm, nenek juga harus minta maaf padamu karena sudah berniat mengorbankanmu demi kepentingan keluarga."

Melihat cucunya menangis di hadapanya Kitty tersenyum lembut dan menepuk kepala Leon pelan.

"Saat aku menghinanya,  aku bahkan tidak tahu kalau orang itu adalah orang yang sangat berbahaya, aku benar-benar takut jika terjadi sesuatu pada nenek."

Mungkin dari derajat kebangsawanan keluarga Silvester memiliki derajat lebih rendah dari pada  keluarga Antharas, tapi dari apa yang sudah terjadi antara Clever Rabbit dan sang Raja, harusnya sangat mudah baginya untuk mendapat derajat tertinggi dari kebangsawanan, tapi Clever Rabbit tidak melakukanya, dan sampai sekarang pun alasan kenapa dia tidak melakukanya masihlah sebuah misteri.

memikirkan itu Kitty membawa Leon dalam dekapannya.

"Tapi lihat, tidak terjadi apapun padaku'kan?"
"...."
"Mungkin orang itu hanya menganggap kita sebagai orang yang tidak penting, bahkan dia tidak mempermasalahkan penghinaan yang sudah kau lakukan."

Kitty mengatakan itu sambil terus menunjukan senyumnya, meski itu adalah senyum yang hanya dia buat-buat untuk menenangkan cucunya, tapi...

"Unn, kurasa tidak seperti itu."

Leon justru menggelengkan kepalanya menanggapi perkataan Kitty.

"Aku sudah beberapa kali berbicara dengan orang itu tapi, aku sama sekali tidak melihat dia seperti apa yang sudah nenek katakan."
"Apa maksudmu?"
"Umm, dia...dia mungkin agak sedikit kasar dan juga terlihat tidak peduli pada orang lain, tapi aku tahu jika dia sebenarnya adalah orang yang selalu memikirkan orang-orang di seklilingnya."

Mendengar apa yang Leon katakan Kitty hanya bisa diam sambil melebarkan matanya.

Apa-apaan itu? kenapa Leon bisa berkata seperti itu...

"... dan dia sebenarnya sangat lembut seperti ibu."
"Lembut seperti Medea?..."

Mendengar apa yang cucunya katakan Kitty mengernyitkan dahinya..
Ada sesuatu yang tidak beres, apa yang orang itu rencanakan, apa dia berniat memanfaatkan Leon?
Memikirkan hal tersebut sambil memandang ketempat dimana Clever Rabbit berada, Blizzard Witch , Kitty Ellenoella Antharas mengepalkan tanganya erat.

Part 2


Beberapa saat setelah gadis bernama Kitty itu meninggalkan tendaku.

"Ummh, Tuan Muda saya akan pergi mengantarkan Blance ke ruanganya."
"Ummh, aku mengerti..."

Bukankah harusnya kau mengantarkanya sejak tadi?.
Aku ingin mengatakan itu, tapi aku menahan diriku sambil melihat Ellena keluar dari tendaku.
Nah, sekarang apa yang harus aku lakukan? Kupikir terus berbaring tidak akan memberikan efek baik untukku.
Tidak, sebenarnya aku memang harus banyak istirahat, tapi karena tubuhku sudah membaik dan bahkan bisa bergerak karena penyembuhan Ellena, kurasa aku harus segera memeriksa keadaan di luar.
Kemudian saat aku berdiri...

"UGH!!!"

Aku merasa ada sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhku.
Tubuhku terasa sangat kaku!, apa karena aku sudah tidak bergerak selama 7 hari penuh?
Mmmhh, mungkin aku harus mencari tongkat atau semacamnya untuk membantuku berjalan.

"...!!!"

Dan saat itu aku melihat sebuah tongkat panjang yang di sandingkan di sebelah tong yang di jadikan sebagai pengganti meja.

"Oh, Ada satu."

Aku segera menghampirinya dengan susah payah karena kakiku terasa seperti bukan kakiku sendiri, tapi...

"Woa.."

Aku kehilangan keseimbanganku tepat saat aku melangkahkan kaki kananku, aku terjatuh dengan mukaku menyentuh tanah lebih dulu.
Ugh, Aku merasa seperti bayi yang sedang belajar berjalan.

"Sa,sakit..."
"Tu, Tuan Nicho?!"

Dan saat itu, Noir muncul dari pintu masuk tenda.

"A,apa yang sedang anda lakukan, anda harus beristirahat dengan baik."
"Ahaha, sepertinya aku tidak bisa terus melakukan hal membosankan seperti 'berbaring' dan 'menunggu'."
"Huh?"
"Yaa~ sebenarnya aku hanya ingin keluar menghirup udara segar sebentar."
"Ummh begitu, baiklah..."

Mengatakan itu, Noir membantuku berdiri.

"Saya akan membawa anda keluar, tapi hanya sebentar saja, mengerti."
"Ummh, Ok...terima kasih"

Sebentar, ada sesuatu yang tidak beres di sini,

"Ummh, apa kau benar-benar Noir?"
"Saya tahu jika anda bodoh, tapi setidaknya anda harus bisa mengenali budak yang selalu dekat dengan anda tahu."

Tidak, justru aku menanyakan itu karena aku selalu dekat denganmu, maksudku,  Noir yang aku kenal tidak pernah bersikap sebaik ini padaku, selain itu....

"Aku tahu kalau aku ini bodoh tapi, jika kau mengatakanya secara langsung seperti itu..."

Rasanya agak sedikit sakit.
Aku sedikit membuat senyum kecut menanggapi perkataan tajam Noir, dan dia...

"Tapi, anda yang seperti ini juga sudah cukup."

Mengatakan itu sambil memalingkan wajahnya..

*
*
*

Setelah beberapa saat berjalan sambil menopangku akhirnya Noir membawaku kesebuah bangku di dekat tebing.
Aku tidak tahu jika ada sebuah tempat khusus untuk berlindung di dataran tinggi perbukitan yang menglilingi  Kota Bawah.

"Ummh, hanya di sini? kukira kau akan membawaku berjalan lebih jauh."

Ya, karena ini hanya sekitar 20 meter dari tenda pengungsian tahu.

"Dengan kondisi anda saat ini sebaiknya anda tidak terlalu banyak bergerak."
"Ummhh, benar..."

Mungkin aku terlalu bersemangat sampai lupa dengan keadaanku sendiri.

Mendudukanku di bangku panjang di dekat tebing, kemudian dia duduk di sampingku.
Ada apa ini, kenapa dia terasa lebih ramah dari biasanya.

"Noir..."
"Umm?"
"Ha,hanya perasaanku atau kau menjadi lebih tenang dari biasanya, tunggu apa kau marah padaku?"
"...!!!"

Dan saat aku menanyakan itu Noir mengarahkan pandangan setajam pisau padaku.

"Apa aku terlihat aneh jika aku bersikap tenang di sekitarmu?!! apa aku seberisik itu?!! apa hanya ketika marah aku terlihat tenang?!!"
"Tidak, bukan seperti itu.... Uuu, maaf!!"

Mungkin Noir sudah mulai melunak padaku, tapi sepertinya justru aku yang tidak berubah, aku selalu saja membuat dia marah.

"Jangan meminta maaf!"

Saat aku memikirkan itu, pandangan setajam pisaunya menjadi semakin menyeramkan.
Aku tarik kembali kata-kataku, sudah kuduga dia memang marah.

"Haahhh... saya tidak benar-benar marah hanya saja..."

Tiba-tiba Noir menghentikan kalimatnya dan dia memalingkan wajahnya sekali lagi, kemudian tanpa melihat langsung padaku dia berkata.

"Jangan lakukan itu lagi."
"Huh?"

apa maksud kalimat yang dia katakan?

"Jangan buat Blance khawatir seperti itu lagi."

Ah, aku mengerti, Blance adalah satu-satunya keluarga yang Noir miliki, jadi wajar jika dia marah saat ada seseorang yang membuat keluarganya sedih.
Aku tahu jika Noir tidak terlalu suka padaku, tapi jika keadaan terus seperti ini bisa-bisa aku akan di benci olehnya, tidak,  mungkin dia memang membenciku sejak awal.

"Uuuu... maaf, sepertinya aku semakin di benci ya?"

Mendengar aku mengatakan itu, dia membalikan wajahnya padaku dengan cepat tapi, seolah ingin mengtakan sesuiatau tapi tidak bisa terucap dia hanya memandangku sambil membuka mulutnya.
Dan setelah beberapa saat terdiam, akhirnya dia mulai bicara.

"Saya, saya tidak membenci anda."
"Begitukah,terilakasih"

Sejujurny aku tidak terlalu mengerti dengan sikap yang dia tunjukan. dia seolah mencoba menyembunyikan wajahnya saat mengatakan itu.
Umh, wanita memang sulit dimengerti.

"Ummh ada apa dengan cara bicaramu?"
"Uu,uuh?..."
"Biasanya kau selalu menggunakan "Aku" dan "Kau" saat bicara denganku, Uummh, kira-kira sejak kapan kau mulai bicara menggunakan "Saya" dan " Anda"?"

Jika aku ingat pertama kali aku mendengar dia berbicara seperti itu saat kekacauan ini dimulai kan?
Tidak , mungkin itu hanya perasaanku...

"A,anda tidak suka dengan cara bicara saya?"
"Ummh?, bukan berarti tidak suka, hanya saja aku merasa lebih nyaman jika Noir tetap menjadi Noir yang biasanya."
"Saya yang biasanya..."
"Ummm, benar."
"Tapi, bukankah anda tidak suka dengan saya yang seperti itu."

Mendengar Noir mengtakan itu, aku memandang kelangit luas di atas kepalaku.
Ah, hari ini langit terlihat biru cerah, solah membuat langit merah dalam pertempuran tersebut hanyalah sebuah kebohongan, dan sambil memandang langit biru tersebut aku mulai berpikir...

Mungkin Noir memang menyebalkan dan terkadang juga menakutkan, tapi sebagai manusia hubungan seperti itu adalah hubungan yang paling cocok di sebut normal, di duniaku sebelumnya tidak ada hal seperti budak dan tuan, mungkin ada beberapa orang yang di juluki 'pembantu' tapi mereka masih memiliki hak dan perlindungan dari pemerintah.
Dan kadang antara pembantu dan majikan,  mereka bersikap seperti teman dekat yang sedang saling bicara.
Saling mengejek, saling mencela, tapi tetap tertawa bersama, dan aku adalah orang yang berasal dari dunia seperti itu, OK mungkin sebelumnya aku hanya seorang pecundang, tapi bukan berarti aku tidak bisa memahami hal dasar seperti itu.
Dan karena itu pula...

"Tidak masalah jika kau terus bersikap seperti itu, karena Noir yang seperti itu adalah Noir yang selalu aku suka."

Ya, mungkin bagiku Noir dan Blance seperti seorang anak yang sedang dalam masa memberontak, anak yang seperti itu masihlah sangat manis menurutku, dan karena itu aku akan selalu menyayangi mereka.
Di duniaku sebelumnya aku tidak penah berpikir untuk menyayangi seseorang, bahkan keluargaku sendiri.
Tapi saat ini semuanya sudah berbeda, selain itu aku juga sudah memutuskan untuk memperbaiki hidupku di masa lalu, karena itu aku juga harus mulai berubah dan mencoba memperhatikan orang-orang di sekelilingku.
Sambil memikirkan itu, aku mengarahkan pandanganku pada Noir ,dan...

*Blush*

Huh? mukanya menjadi merah?

"Uh,uh,uh...Su,suka?!!"
"Eh?, ada apa?kenapa mukamu jadi merah? apa kau sakit?"
"Tidak, tidak apa-apa!!"
"Huh?"

Tapi aku masih khawatir dengan keadaanya, ada kemungkinan dia juga kelelahan karena menemani Blance menjagaku jadi, aku mencoba memeriksa suhu badanya dengan meletakan tanganku di leher dan menumpelkan dahiku di dahinya, lalu...

"Uwaaahhhh!!"

Tiba-tiba dia berteriak dan lari meninggalkan aku seperti angin...
Eh... kenapa dia juga membawa tongkatku!!

Part 3

Langit biru cerah seolah langit tersebut adalah lautan luas yang di bentangkan di angkasa, meski begitu keindahan tersebut tidak menutupi kerusakan yang sudah terjadi di Hutan Terlarang Sanctum Sanctuary.

"Lala, Lila apa kalian sudah selesai?"
"Eehh? kak Emisa, tunggu sebentar."

Di dalam kedalaman hutan Emisa Triginta dan dua anak kembar yang juga budak dari Nicholas Edward Silvester sedang mencari jamur dan beberapa tanaman yang bisa dimakan.

"Kak Emisa, lihat-lihat Lala menemukan daun yang terasa manis."

Mengatakan itu gadis bernama Lila menunjuk pada kembaranya yang bernama Lala.

"Ummh, itu daun Stevia, kau bisa menggunakanya sebagai pengganti gula jika mau."

Mendengar Emisa, kedua gadis kembar tersbut menggerakan telinga kelici mereka sambil bergumam "Ooohh"

Lala, dan Lila, mereka adalah Demihuman kembar tipe kelinci, Lala adalah gadis kelinci dengan telinga berwarna coklat kemerahan, dan Lila adalah gadis kelinci dengan telinga berwarna Coklat castanye, dan saat mereka bersama perbedaan lembut warna mereka memberikan rasa manis yang khas.

"...."

Dan Emisa hanya bisa tersenyum memandangi mereka berlarian.

"Aku tidak menyangka aku bisa akrab dengan mereka."

menggumamkan itu Emisa kembali menatap kelangit.
Emisa adalah serpentia, Demihuman yang di sebut sebagai keturunan Dewa ular dan wabah, Serpentra.
Karena itu, sebagai Serpentia dia selalu dibenci oleh ras lain.

Bahkan dalam perjalananya, Emisa tidak pernah menggunakan jalur umum, dia selalu melewati tempat-tempat gelap dan terowongan agar tidak terlihat siapapun, hingga suatu hari saat dia sedang berjalan di dalam pembuangan air gerombolan prajurit menangkapnya.

Dan saat dia mulai berpikir bahwa hidupnya akan segera berakhir, dia justru bertemu dengan orang yang tidak pernah dia duga.
Seorang laki-laki dengan tampang yang sangat manis seperti perempuan, seorang yang sudah membiarkan dia untuk duduk disampingnya dan membiarkan dia untuk menyentuhnya.
Seseorang yang menganggap semua oang di tempat Emisa tinggal sekarang adalah keluarganya dan membuat Emisa bisa akrab dengan Demihuman yang lain.

Nicholas Edward Silvester.

" Aku berpikir, apa aku bisa membalas apa yang sudah dia berikan."
"Kak Emisa, kenapa kakak melamun."

Dan saat itu, tiba-tiba Lala, dan Lila menarik lengannya.

"Ah! ti,tidak apa-apa...hari sudah siang, sebaiknya kita segera kembali.

Medengar perkataan Emisa kedua gadis kecil tersbut menangguk dengan semangat sambil mengatakan"Umm!!" secara bersamaan.

Melewati jalan yang sama saat mereka memasuki hutan Lala dan Lila berlari berputar-putar mengitari Emisa sambil melompati ekor ularnya.

"Kalian berdua jangan berlarian seperti itu, nanti kalian bisa jatuh."

Tapi seolah tidak mendengar Emisa, kedua gadis itu masih berlarian mengelilinginya.
Pada dasarnya, meski mereka memiliki wujud seperti manusia, mereka masih tetap memiliki insting seekor kelinci di dalam diri mereka, karena itu mungkin mereka tidak bisa menahan diri untuk terus bergerak.

Kemudian saat mereka mulai memasuki area pengungsian, mereka melihat seseorang sedang merayap di pagar seolah berusaha untuk menjaga keseimbangannya.

"Tuan Nicho?"

Ya, itu adalah Tuan yang telah memberikan banyak harapan pada Emisa.
Nicholas Edward Silvester.

"Uuuh, Emisa, bisa tolong bantu aku kembali ketenda."

Mengatakan itu, Nicho memasang senyum rumit pada Emisa.

"Saya mengerti, Lala, Lila tolong pegangkan ini."

Memberikan keranjang berisi jamur dan sayuran liar Emisa menghampiri Nicho yang merayap di pagar.

"Aahahaha, Tuan Nicho seperti kakek-kakek..."

Dan saat Emisa menuntun Nicho, Lala dan Lila mulai mengejek Nicho yang kesulitan berjalan.

"heeehhh.. apa katamu, aku akan menggelitik kalian jika aku menangkap kalian."
" Ahaha, kejar kami kalau bisa..."

berlari mengelilingi Emisa dan Nicho, Lala dan Lila menjulurkan lidahnya dengan suara "Weeekkk" pada Nicho.
Sebagai budak, mungkin apa yang Lala dan Lila lakukan memang terlalu lancang.
Tapi, Nicho sendiri tidak keberatan dengan apa yang mereka lakukan, dan dari pada memarahi mereka, Nicho justru membalas mereka dengan candaan dan senyum.
Melihat itu Emisa mulai berpikir, mungkin tidak apa-apa membiarkan mereka terus seperti itu...

"Umm Tuan Nicho, sejak kapan anda bangun?"
"Belum lama ini, ummh, sepertinya aku belum melihatmu sejak aku bangun."
"Umm, seperti yang anda lihat saya sedang mengumpulkan bahan makanan dan obat untuk pengungsi."
"Sendirian?"
"Tidak, kami terbagi menjadi tujuh grup untuk mengumpulkan makanan dari tujuh tempat, mungkin awalnya sedikit susah karena hanya ada tiga grup terdiri dari 8-10 orang yang bisa di bentuk dari para budak, tapi anak-anak dari pengungsian juga mulai membantu setelah beberapa saat melihat kami mengumpulkan bahan makanan."
"Ummm, begitu...Tunggu tapi kalian hanya bertiga?"
"Awalnya saya hanya sendirian, lalu kedua anak itu memutuskan untuk bergabung dengan saya."
"Ahhh...begitu."

Mendengar itu Nicho memandang pada Lala dan Lila sambil tersenyum.

"Tuan Nicho kenapa anda memandang kami seperti itu?"

Menyadari tatapan Nicho, kedua gadis tersbut berjalan mendekati Nicho dan Emisa.

"Umm, bukan apa-apa...aku hanya ingin berterima kasih"

Tidak mengerti dengan apa yang Nicho katakan kedua gadis tersebut memiringkan kepalanya.
Kemudian mereka bertanya bergantian...

"Berterima kasih?"
"Untuk apa?"

Dan Nicho hanya menjawab mereka dengan tersenyum sambil mengusap kepala mereka.

"Anda seperti seorang ayah."

Emisa yang melihat mereka, mengatakan itu sambil tersenyum juga.

"Yah, mungkin kau benar, aku merasa harus melakukanya untuk menebus kesalahanku."

Nicho memasang wajah suram saat mengatakan itu.
Emisa tahu tentang siapa Nicho yang sebenarnya, tentang Nicho yang di sebut sebagai Clever Rabbit yang licik dan kejam tapi mendengar apa yang Nicho katakan Emisa merasa lega dan menggumamkan " menebus kesalahanya dia bilang?"  sambil tersenyum, melihat Nicho yang saat ini berada di depanya Emisa hanya bisa menghiraukan semua yang telah dia dengar tentang kejahatan sang Clever rabbit, karena dia tahu bahwa Nicho yang dia ikuti sekarang bukanlah Nicho yang dulu ditakuti oleh semua orang.

"Emisa? Kenapa kau tersenyum seperti itu?"
"Eh?!...Maaf!!"
"Kenapa kau meminta maaf?... kupikir kau terlihat sangat cantik saat tersenym."
"Eh..Eh..Eh.."
(Blush!!)

Sepertinya Emisa tanpa sadar tersenyum saat memikirkan itu, dan saat mendengar Nicho mengatakan sesuatu yang tidak Emisa duga entah kenapa ada perasaan aneh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya muncul.

Ke,kenapa aku jadi merasa aneh begini.. kenapa mukaku jadi panas!!

"Umm. Emisa kau tidak apa-apa?"
"Tuan Nicho bodoh..."

Sambil mengatakan itu dia memukul perut Nicho pelan.

"Ke,kenapa kau memukulku?
"Bukan apa-apa..."

meski mengatakan itu Emisa masih terus melakukanya sambil memanggul Nicho.

"Ta,tapi..."
"Aku bilang bukan apa-apa."

Part 4

Setelah membawaku sampai di tenda Emisa langsung pergi setelah mengatakan...

"Maaf saya harus membawa sayuran dan obat ke gudang."

Dan dia pergi tanpa melihatku sama sekali, ada apa denganya?
Bagiku Emisa dan budak-budak di tempat ini sudah aku anggap seperti keluargaku, mungkin bisa di bilang mereka adalah teman berharga bagiku.

Aaahhh, tapi hari ini aku merasa seperti sedang dijauhi, mulai dari Noir dan sekarang Emisa, apa aku sudah melakukan sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman?

Kurasa tidak...

 Aku merasa perasaanku terasa lebih ringan dari sebelumnya, apa itu mempengaruhi perilakuku?.

"Ugh, bahkan aku merasa Blance menjadi sedikit menarik perhatianku."

Dan saat itu wajah manis Blance terbayang di kepalaku.
Gaaaa, Tidak!!, aku tidak boleh memikirkan hal aneh tentang dia, dia sudah aku anggap seperti anakku sendiri aku tidak bisa meminta lebih dari itu.
Mmhh, sudah kuduga ada sesuatu yang tidak beres dengan diriku.

"Ummh? Nicho kau sudah sadar rupanya."

Saat aku masih membayangkan banyak hal yang berputar di kepalaku suara seseorang mengejutkanku, dan saat aku melihat kearah dimana suara itu berasal, disana berdiri seorang pria tampan berambut hijau seperti batu mulia, ketampanannya menunjukan rasa khas dari dunia lain karena dia adalah pimpinan dari para Forest Elf

"Cerudim?!"
"Hmm? kau terkejut?"

Mengatakan itu dia tersenyum kemudian berjalan menghampiriku.
Sebentar, kukira dia sudah kabur ke tempat yang sangat jauh.

"Kau benar-benar menarik,  kau bahkan bisa menghancurkan Goliath dalam bentuk setengah sempurna."
"Setengah sempurna huh?"

Ugh, masih setengah sempurna dan dia sudah hampir membunuhku, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia sudah berada pada bentuk sempurnanya.

Sambil memikirkan itu aku menyadari sesuatu yang membuat punggungku terasa membeku saat melihat keadaan Cerudim.

"Apa yang terjadi padamu?..."
"Hmm? bukan apa-apa, itu bukan sesuatu yang perlu untuk di bicarakan."
"Apa maksudmu dengan 'bukan apa-apa'!! Tanganmu..."

Ya, Cerudim kehilangan tangan kirinya.
Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan padanya.

"Jangan bersikap seolah tidak ada yang terjadi..."

Sebenarnya apa yang sudah terjadi padanya?

"Cerudim..."
"Kau tidak perlu khawatir, justru sebaliknya aku ingin berterima kasih padamu karena telah membebaskan kami para Forest Elf."
"Membebaskan?"
"Sejak jaman kuno kami para Elf di sebut sebagai pemilik energi spiritual tertinggi, karena itu banyak tugas-tugas spiritual yang di bebankan pada kami oleh ras lain. Dan sebagai gantinya, ras lain tidak akan berani menyentuh kedamaian kami. Meski begitu, tugas yang di emban oleh suku Forest Elf yang aku pimpin terlalu berat, menjaga segel dari Ancient Spirit yang hampir setara dengan dewa tidaklah seperti menjaga ancient Spirit lain."
"Apa maksudmu?"
"Segel yang di gunakan untuk menyegel Goliath, apa kau tahu nama benda tersebut?"
"...."
"Berlian Darah..."

Sepertinya aku pernah mendengar Leon membicarakan benda itu, lalu ada apa dengan Berlian Darah?

"Untuk membuat satu berlian darah kami membutuhkan tujuh orang dari ras kami untuk di korbankan..."
"Pengorbanan manusia? kau bercandakan?..."
"Kau pikir aku bercanda?"
"....."
"Dan satu hal lagi yang salah dengan persepsimu, kami bukan manusia."
"Berhentilah mengatakan hal seperti itu, aku benar-benar tidak mengerti kenapa kalian merasa berbeda."
"Karena sejak awal kami memang berbeda."
"...."

Tidak peduli seperti apa aku memikirkannya aku tidak bisa menerima apa yang Cerudim katakan. Bagiku Manusia dan Demihuman tidak sepenuhnya berbeda, mungkin bisa di katakan seperti perbedaan antara monyet dan kera, karena itu...

"Aku sama sekali tidak mengerti, selain bentuk apa lagi yang membuat kita berbeda..."
"Kau tidak perlu memikirkanya, yang perlu kau lakukan adalah menerima semuanya, lagi pula ketidak mampuanmu untuk menerima perbedaan yang ada di dunia ini menunjukan jika kau masih anak kecil."
" Aku tahu itu, aku tahu jika masih banyak hal yang harus aku pelajari, meski begitu aku tidak bisa menerima diskriminasi seperti ini."
"Jika kau tidak terima, lalu apa yang akan kau lakukan? kau pikir kau bisa mengubah hal itu."
"...."
"Akan aku katakan hal ini padamu,  jika kau ingin menjadi dewasa, kau harus bisa berpikir dan memutuskan kapan kau harus menyerah."
"Tahu waktu kapan aku harus menyerah?"
"Menyerah bukanlah sesuatu yang bisa di banggakan tapi itu masihlah sebuah pilihan, mungkin menyerah tidak akan membawamu kemanapun, dan tidak akan memberikan apapun padamu tapi, jika kau melihat sekelilingmu kau akan mengerti, masih ada beberapa orang yang lebih senang melihatmu menyerah dari pada melihatmu terus berusaha memaksakan dirimu dan menyakiti dirimu sendiri."
"Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?"
"Singkatnya, kau harus lebih memperhatikan sekelilingmu, dan sadarilah jika ada orang yang selalu menyayangimu yang tidak ingin melihatmu menderita."

Dia benar, Mengingat dari apa yang sudah terjadi, mengingat dari apa yang di katakan Blance dan yang lainya, aku hanya bisa mengerti satu hal...

"Begitu, bahkan kebaikan yang kita berikan bisa menyakiti orang lain."
"Bagus kalau kau paham."
"Tapi Cerudim, sebenarnya apa yang terjadi padamu, bukankah kau bilang akan pergi jauh ketempat aman?"
"Aku sudah mengatakanya, ini bukan sesuatu yang perlu di bicarakan."

Dan dia meninggalkanku setelah mengatakan itu.


Part 5


Rawa Bamar, adalah daerah netral yang terletak di perbatasan antara Turingen yang merupakan batas tenggara dari kekaisaran manusia dan Aden yang merupakan batas barat laut dari kerajaan Demihuman.
Meski terletak di wilayah perbatasan dua negara yang saling berseteru tempat ini sangat tenang seolah perseteruan kedua negara tersebut hanyalah sebuah permainan anak-anak tapi, alasan sebenarnya kenapa wilayah ini tidak terjamah oleh perang jauh lebih sederhana dri yang kalian pikirkan.

"Seperti biasanya kau membuat tempat yang merepotkan untuk bersembunyi."

Jauh di dalam kedalaman rawa, di dalam rumah megah yang seolah menyatu dengan pohon raksasa yang merupakan inti dari rawa tersebut, satu dari dua raja dunia, raja pertama, King of Civilization Anasthasya L.Rastaban duduk dengan anggun menemui pemilik rumah tersebut.

"Senang bertemu dengan anda yang mulia."

Dan di depanya seorang gadis berkulit pucat dengan raut wajah dingin menatap lembut pada Anasthasya dengan mata gelapnya, dan telinga panjangnya yang mencuat dari kepalanya menunjukan rasa khas dari makhluk fantasy.
Ya pemilik rumah ini adalah seorang Dark Elf itulah alasan kenapa tempat ini tidak terjangkau perang, dalam perjanjian, Elf akan menerima kebebasan penuh dan kedamaian mereka tidak akan diganggu sebagai ganti dari tugas yang mereka emban , selain itu alasan lainya adalah karena Dark Elf tersebut adalah...

"Peringkat ke 8 dari 13 Great Witch, Witch Of Swam, Aurora Lucretia senang bertemu denganmu."

Mendengar Anasthasya mengatakan itu, Aurora Lucretia  menundukan kepalannya tanpa mengubah ekspesi wajahnya yang seperti orang mati.

"Saya merasa sangat tersanjung karena anda mengenal orang seperti saya yang mulia."

Anasthasya terus menatapnya dengan waspada, karena orang di depanya bukanlah orang yang bisa di anggap remeh.
Bagi seseorang dengan gelar Raja Dunia, tidak ada satupun makhluk yang berjalan di atas bumi mampu mengalahkan mereka, tapi hukum itu hanya berlaku jika mereka bertarung secara frontal.
Bahkan jika seorang Raja Dunia harus melawan pasukan dari seluruh dunia yang di satukan di satu pertempuran, Raja Dunia akan tetap memenangkan perang tersbut meski dia sendirian.
Tapi, meskipun Raja Dunia memiliki kekuatan yang tidak tertandingi, bukan berarti mereka tidak bisa di bunuh.

Pembunuhan terselubung dengan serangan kejutan dan juga racun yang di masukan langsung kedalam tubuh masih bisa membunuh mereka dengan bantuan sedikit keberuntungan.
Karena itu, Anasthasya harus tetap waspada dengan orang-orang di sekelilingnya, terutama jika orang tersebut adalah orang-orang berbahaya yang menyandang gelar Great Witch.

"Aurora, aku ingin meminta sedikit bantuanmu."
"Bantuan? Bantuan macam apa yang anda inginkan dari orang seperti saya?"

Masih menatap Anasthasya dengan tatapan lembut namun tanpa ekspresi Aurora menanyakan itu.

"Sebgai Dark Elf yang menjaga Ancient Spirit Urd Of The Past, aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

Aurora Lucretia, sebenarnya kemampuan sihirnya tidaklah sehebat Great Witch yang lain, tapi kemampuanya mengakses spirit yang dia jaga dan menggunakan kemampuan spirit tersebut seperti kekuatanya sendiri membuatnya menjadi musuh yang tidak bisa di remehkan oleh musuh-musuhnya, termasuk Anasthasya sendiri.
Absolutae nama yang di berikan pada kemampuan spesian yanng dimiliki oleh aurora oleh orang yang pernah melawanya,Absolutae adalah salah satu kemapuan yang Aurora dapat setelah mengakses Ancient Spirit Urd Of The Past, Aurora selalu menggunakan kemampuan ini  saat melawan musuh-musuhnya, tidak ada yang tahu apa efek kemapuan ini tapi yang pasti, tidak akan ada yang pernah bertahan setelah terkena Abslutae.

"Apa anda ingin menggunakan kemampuan Urd untuk menacari pengetahuan dari masalalu?"
"Aku senang jika kau memahami apa yang aku inginkan."
"Tentu saja saya paham, karena satu-satunya spesialisasi dari Urd adalah untuk memanipulasi masalalu, jadi apa yang ingin anda tanyakan?"
"Raja Dunia ketiga, aku ingin tahu tentang keberadaan raja tersebut."

Dan saat Aurora mendengar apa yang Anasthasya katakan, sebuah senyum cerah yang menunjukan ketertarikan mekar di wajah pucatnya.




Maaf karena lama updatenya, augh lagi banyak tugas kuliah n sempet stuck juga idenya,,, tapi ya~ silahkan di nikmati, maaf kalau terlalu pendek \ (^,^) /
.












9 Responses so far.

  1. apa ini? apa ini? Nicho membayangkan blance? ahh makin penasaran
    seperti biasa kk mantap abis...
    makin kesini cerita yang dibuat kk sepertinya makin berat ya? tapi berat yang masih bisa dimengerti, bagus juga buat pembaca berpikir sedikit hahah makin maju terus deh kk

  2. Mantap,terima kasih updatenya. Goodjob

  3. makasih kk pujianya, ya saya mencoba membuat cerita ini se alami mungkin jadi mungkin makin lama jadi makin berat.. btw kalau ada perubaha pada tulisan saya _ entah itu penurunan atau perkembangan) tolong kasi notifikasi kk biar saya lebih berkembang

  4. makasih n sama-sama terus ikuti blog saya kk...

  5. makasih kk pujianya, ya saya mencoba membuat cerita ini se alami mungkin jadi mungkin makin lama jadi makin berat.. btw kalau ada perubaha pada tulisan saya _ entah itu penurunan atau perkembangan) tolong kasi notifikasi kk biar saya lebih berkembang

  6. Lanjutkan gan...ditunggu next chapternya

  7. Haha,aku terus menunggu,tp blum update.Hahaha

  8. Ok Ok chapter berikutnya lg agak stuck ceritanya...jd agak lama deh >,<

  9. Maaf, cerita lagi stuck soalnya>,< tp udah ampir selesai kok...

Posting Komentar

    About Me

    Medusa Lilly Fans
    Lihat profil lengkapku

    Followers